Resensi Film Terbaik
Dunia.
Hachiko A Dog’s Story.
Sebuah
film produksi Consolidated Pictures Group yang niscaya akan membuat anda terkuras emosi
dan airmata karena keharuan dari menit pertama
hingga terakhir yang terus dialirkan oleh Sutradara Lasse
Hallstrom ,diproduseri oleh Richard Gere, Bill Johnson, Vicki Shigekuni Wong
dan penulis naskah Stephen P. Lindsay tersebut, Diadaptasi dari kisah
nyata di Jepang tentang seekor
anjing bernama Hachiko yang sangat setia
pada tuannya, Seorang Profesor tua tinggal sendirian di Kota Shibuya, bernama
Profesor Hidesamuro Ueno, hingga masyarakat Jepang yang mengetahui membaca kisah
Hachiko merespon Hachiko untuk dijadikan
teladan oleh masyarakt jepang tentang kesetiaanya. Pada tahun 1934, warga
setempat ( disekitar tempat tinggal Hachiko) mendirikan patung Hachiko tepat
ditempat ia menunggu tuannya di stasiun Shibuya sebagai sapresiasi dari
masyarakat terhadap kesetiaan . Film ini dibuat dengan menggabungkan dua kultur
budaya yaitu Amerika dan Jepang lengkap dengan segala filosofinya , musik
klasik dengan denting piano dan terkadang dibeberapa bagian disisipkan sentuhan
khas Jepang menambah haru biru nuansa keesedihan namun sarat oleh makna dimana Hachikomengajarkan pada kita
tentang arti sebenarnya dari kalimat Setia,tanpa pamrih apapun.
Adegan dibuka dengan
suasana malam stasiun Kereta Api dimana Profesor Parker Wilson (Richard Gere) menemukan anjing
kecil dari Ras Akita Jepang yang tanpa
sengaja terlepas dari Sangkar Rotan akibat kecerobohan Porter pengangkut barang
dari pesawat yang mengirim anjing itu dari sebuah kuil di negeri matahari
terbit.
Anjing itu coba ditawarkan
kepada Charles Boilins sang penjaga
stasiun, Myra penjual daging dan Jess penjual Hotdog namun mereka semua menolak, bahkan tempat
penampungan hewan terlantar juga menolak padahal anjing ras Akita itu sangat
lucu, akhirnya Wilson menemui rekannya Ken Fujiyoshi (Cary Hiroyuki Tagawa)
yang mengatakan bahwa Wilson dan Anjing itu “Berjodoh” bisa jadi bukan Wilson
yang menemukan anjing itu tapi sang Puppy lah yang menemukan Wilson, dari
Kalung yang dipakai anjing iitu bersimbolkan kalimat Hachi yang artinya
“Delapan” angka keberuntungan bagi bangsa Jepang, Ken Fujiyoshi sendiri menolak
untuk memelihara Hachiko nama baru dari anjing Akita itu, karena menurut Ken,
takdir sudah mempersatukan Wilson dan Hachiko.
Persoalan terus
berlanjut,mengalir khas Amerika, Istri Wilson , Cate (Joan Allen) awalnya menolak memelihara Hachiko, hingga
anjing kecil itu terpaksa harus tinggal di gudang, akhirnya hati Cate luluh
melihat sang suami dan putri semata wayang mereka Andy (Sarah Roemmer)
mencintai Hachiko dengan tulus, kehidupan berjalan dengan bahagia saat Hachiko
tumbuh besar dan gagah namun menggemaskan, namun Wilson sempat heran karena
Hachiko tak mau diajak bermain lempar bola seperti anjing lainnya, Kembali Ken
Fujiyoshi sang teman mengatakan bahwa satu keunikan ras Anjing Akita ini adalah
dia bersifat melayani dan mengabdi tak
seperti ras lain seperti Springer Spaniel atau Doberman “ Ingat Wilson, ini
adalah anjing Jepang bukan Amerika”tutur Ken seakan mengimgatkan kekhasan
bangsanya sembari tersenyum.
Suatu pagi ketika Wilson hendak
berangkat bekerja Hachiko menggali pagar
rumah sehingga dia bisa lolos dan menyusul tuannya ke stasiun Bedridge ,
akibatnya Wilson terlambat bekerja dan
pulang untuk menutup lubang yang digali Hachiko, tak kurang akal sang anjing
melompat pagar untuk mengantar tuannya bekerja, tak berhenti disana, sepulang
kerja, Hachiko sudah menunggu di taman Stasiun , berulang setiap hari hingga
bertahun tahun dan menjadi sebuah kebiasaan .
Hingga suatu ketika saat Wilson
akan berangkat kerja ada sebuah keanehan, Hachiko terus menggonggong dan
memutar tubuh seperti meminta tuannya untuk kembali, saat Wilson memaksa untuk berangkat Hachiko
tak mengikuti ,ini tentu menjadi pertanyaan dan pembicaraan para sahabat seperti Charles Boilins penjaga stasiun, Jess
penjual Hotdog dan Myra pemilik toko daging, “Kemana Hachi??,Apa yang
terjadi??” begitu ucap mereka, belum
habis mereka bicara tiba tiba Hachiko datang dengan membawa bola karet dan
mengajak Wilson bermain Lempar bola..!! sebuah ketidak biasaan selama hidupnya,
Wilson senang,” Ini yang pertama kali ,catat itu “ kata Wilson kepada Boilins
sambil berjalan menuju kereta untuk berangkat mengajar.
Rupanya perilaku aneh yang
ditunjukkan Hachiko adalah sebuah pertanda, Sesampai di Kampus saat mengajar,
Wilson mengalami serangan jantung dan meninggal , kesedihan mendalam dialami
oleh seluruh keluarganya, perubahan drastis terjadi pada Hachiko, dia menjadi
sering tepekur seperti melamun
merindukan tuannya.
Andy putri Wilson mengajak
Hachiko untuk tinggal bersama dia dan suaminya di kota lain, keadaan seperti
normal kembali tapi suatu hari ketika suami Andy datang dengan membawa belanjaan
untuk putri kecilnya, Hachiko lari keluar rumah , anjing itu menyusuri rel
kereta api berhari hari untuk kembali ke rumah Wilson, tapi sayang, rumah
Wilson sudah dijual dan hanya beberapa orang asing pengangkut barang yang ditemui Hachiko disana, anjing bersedih
hati itu kemudian menuju Stasiun dimana tuannya biasa berangkat dan pulang
kerja, rupanya Hachiko tak menyadari jika sang tuan sudah meninggal dunia.
Charles Boilins, Jess dan Myra
sempat kaget dengan kehadiran Hachiko, seperti layaknya sahabat lama, mereka
menyambut Hachi dengan hangat, menyapa dan memberi salam, kembali Hachiko duduk
menanti tuannya di Taman depan stasiun tua itu.
Andy , putri Wilson segera
menyusul ke stasiun Bedridge dan membawa Hachiko kerumahnya, sampai suatu
masa saat anjing itu ingin pergi Andy berkata “ Hachiko kamu tau apa yang harus
kamu lakukan, tapi ingat, aku tetap sayang padamu” tutur Andy sambil membuka
pintu, Hachiko menatap Andy sekejap seperti berterimakasih lalu berlari menuju
Stasiun.
Sesampai di stasiun itu cuaca
musim dingin menyambutnya, dengan setia dia duduk menanti sang tuan ,posisi
duduk Hachiko tak berubah, saat pagi dan malam dia menunggu mengamati satu
persatu para penumpang yang turun dari kereta, tapi sang tuan tak kunjung
datang, saat tubuh mulai lelah Hachiko merebahkan diri dibawah kereta api tak
terpakai yang ada dipojok stasiun, saat perutnya mulai lapar, Hachiko menggaruk
pintu toko daging milik Myra dan mendapatkan sesuap daging hangat, musim semi
berganti menjadi musim gugur dan kemudian musim salju tiba, Hachiko tetap setia
menunggu Wilson.
Seorang wartawan muda yang
bersimpati kemudian mengangkat kisah kesetiaan Hachiko ini di korannya, sebuah
artikel besar berjudul “ Anjing setia menunggu tuannya yang telah tiada”
menjadi headline, beritanya menyebar ke seluruh negeri, simpati berdatangan,
mulai dari anak sekolah yang mengirim uang makan siang untuk anjing itu
hingga Ken Fujiyoshi sang sahabat dari
Wilson juga datang menjenguk Hachiko, dia berkata “Hachiko, kau tahu tuanmu tak
akan datang, tapi jika Hachiko ingin menunggu ,maka Hachiko harus menunggu”
bisik Ken dalam bahasa Jepang sambil mengelus lembut bulu Hachiko .
Cate istri Wilson yang telah
pindah keluar kota pun datang menengok Hachiko, dia menangis melihat Hachiko
tampak lelah dan lusuh “ Hachiko, kau sudah tua sekarang, tapi kau tetap
menunggu Wilson”Isak tangis Cate pun pecah. “ Aku akan temani kau hari ini
menunggu hingga malam tiba Hachiko” tutur Cate .
Musim berubah, bulan berganti,
sembilan tahun Hachiko setia menunggu tuannya, saat tubuhnya mulai menua, sakit
dan lelah tak dirasakan, Hachiko hanya ingin menunggu tuannya, sampai akhirnya
di musim dingin beersalju, saat Hachiko menutup mata dan menghembuskan nafas
terakhirnya, Wilson sang Tuan menjemput Hachiko , sang Tuan turun dari kereta
api diiringi seberkas sinar putih ,rintik salju
dan menyapa Hachiko dengan senyumnya “ Come here boy” kata Wilson,
mereka berdua dilukiskan menuju alam keabadian dengan senyum dan kebahagiaan, penantian
Hachiko berakhir bersama dengan berakhir hidupnya di dunia ini, farewell
Hachiko.
(Aryo Widiyanto, penulis Resensi Film yang bisa dihubungi di pin
Blackberry 21DC007F, email ; aryo_widi@yahoo.co.id Twitter : @aryowidi
Facebook : Aryo Widiyanto dan tinggal dialamat surat : Jalan Sriagung
234 Cepiring Kendal Jawa Tengah Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar