DANDIM
0715/KENDAL
Letkol
Kav Widhioseno
Merangkul
masyarakat merengkuh kepercayaan
Kendal,
sebuah kota Kabupaten di sebelah barat Semarang menyimpan potensi alam yang
luar biasa mengagumkan, mulai dari sektor perikanan laut hingga perkebunan
cengkeh serta teh untuk diekspor ke mancagenara, namun dibalik segala kekayaan
alamnya Kendal ternyata dikenal juga sebagai daerah “Sumbu pendek” dalam arti masyarakatnya gampang tersulut
emosinya dan jika tidak waspada maka akan gampang meledak menjadi sebuah
kerusuhan massal, tengok saja kasus disanderanya satu truk Polisi di desa
Margorejo Cepiring beberapa tahun silam dan betapa situasi Kendal selalu
menghangat ketika Pemilu mulai digelar, hal tersebut jelas membuat seorang
Letkol Kav Widhioseno harus ekstra keras memimpin Kodim 0715/Kendal yang
notabene merupakan tulang punggung Kabupaten ini dalam hal menjaga keamanan
masyarakat.
Lulusan
AKABRI 1988 ini sebelum menjabat Komandan Kodim 0715/Kendal tercatat pernah
sembilan tahun bertugas di Batalyon Kavaleri 10 Makasar Sulawesi Selatan,
kemudian satu setengah tahun di Pusat Pendidikan Kavaleri Padalarang Jawa
Barat, di tahun 1999 hingga 2001 bertugas sebagai Komandan Detasemen Kavaleri
Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), setelah itu pria jawa kelahiran
Bandung ini melaksanakan pendidikan Seskoad di bandung, setelah selesai pendidikan kemudian menjadi
Komandan Batalyon Kavaleri 2 di Ambarawa hingga kini menjadi Dandim
0715/Kendal.
Berikut adalah petikan wawancara dengan pria berzodiak
Cancer, ayah dari Adhitya Rizky Ridhotomo (10) dan Adhitya Truly Mahatvavirya
serta suami dari Dra. Shinta Wahyuningtyas.
Aryo Widiyanto (AW) : Menghadapi tipikal/karakter masyarakat Kendal yang “Mudah
meledak” apa kiat Pak Dandim 0715/Kendal
mengatasinya ?
Letkol Kav Widhioseno (WS) : Dalam
menyikapi masyarakat bertipe sumbu pendek seperti di Kendal ini, saya selalu
berpesan kepada anggota Kodim 0715/Kendal agar dalam mengatasi masalah harus
ekstra hati-hati, sabar walaupun hati panas pikiran harus dingin, berikan
pengertian dengan pendekatan kekeluargaan, selama masih dalam koridor adat
ketimuran dalam situasi apapun TNI harus mampu menyerap aspirasi masyarakat
dengan begitu akhirnya masyarakat memahami dan menerima apa yang disampaikan
TNI dalam segala hal, sehingga emosi bisa ditekan dan terhindar dari kejadian
yang tak diinginkan.
AW : Bagaimana kiat meghadapi kendala Geografis
Kendal yang terdiri dari pesisir laut dan pegunungan dalam menjalankan tugas
sebagai angota TNI ?
WS : Pengetahuan terhadap kultur masyarakat harus
terus diasah, pendekatan antara orang pesisir dan pegunungan tentu harus
dibedakan, di daerah pesisir pantai yang masyarakatnya cenderung “Panas”
dan mudah emosi dibutuhkan saling pengertian dan pemahaman terhadap
keinginan mereka sementara untuk daerah pegunungan kami selalu berkoordinasi
dengan seluruh lapisan masyarakat, kedua kultur itu juga harus selalu dihormati
adat istiadatnya, tak lupa pendekatan personal dari hati ke hati selalu dijaga
agar masyarakat merasa dekat dengan TNI.
AW : Langkah apa yang sudah dilakukan Kodim
0715/Kendal untuk menjalin kemitraan dengan masyarakat ?
WS : Dandim dan seluruh warga Kodim selalu terbuka
terhadap segala kritik, saran dan atensi masyarakat agar mereka tidak merasa
sungkan dan takut pada TNI, salah satunya dengan kegiatan keagamaan, datang
ketempat ibadah menyatu dengan rakyat, setiap malam Jum’at Yasinan dan Tahlil
ditiap Koramil, mengundang tokoh masyarakat, lalu untuk para pemuda kita adakan
kegiatan Olah Raga bersama, diskusi tentang situasi lingkungan terkini dan
untuk para pelajar dan seluruh elemen masyarakat kita berikan wawasan tentang
Cinta Kebangsaan, Bela Negara dan yang paling penting Cinta pada NKRI.
AW : Efek positifnya Pak ?
WS : Efek positifnya TNI bisa diterima oleh
masyarakat dan kinerja kita lebih mudah karena mereka merasa dekat dan percaya
pada TNI.
AW : Apa program terkini dari Kodim 0715/Kendal ?
WS : Program terkini dari Kodim 0715/Kendal adalah
Karya Bhakti TNI diberbagai sektor, dalam kemungkinan menghadapi bencana alam
seperti pengerukan sungai diwilayah Kota Kendal, dimana diwilayah itu orangnya
terkenal sulit diajak kerjasama bahkan sudah 20 tahun sungai itu dibiarkan tak
terawat karena sulitnya koordinasi, dengan pendekatan pihak TNI, akhirnya
masyarakat sadar dan bersama-sama menormalisasikan sungai tersebut, pembuatan
selokan, pembersihan saluran air, memperbaiki sarana umum seperti masjid, MCK
dan Sekolah. ( KIlas balik saat Letkol Kav Whidioseno masih menjabat sebagai Dandim Kendal)# Artikel ini dimuat di Majalah Gema Diponegoro Kodam IV Diponegoro edisi sekitar tahun 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar