Bermodal Bahasa Asing Jadi Ratu Ekport Sisha
Laporan: Aryo Widiyanto,A.Md/H.Nur
“Kunci utama lancarnya bisnis eksport Shisha yang saya tekuni terletak empat hal yaitu bahasa asing Arab dan Inggris, memahami budaya Negara tujuan eksport, menjaga selalu kejujuran walau dalamposisi sulit sekalipun dan memohon pertolongan pada Allah Swt,” ujar Ny.Istikhanah (37) seorang wanita karier yang bergerak dalam bidang eksport benda bernama Sisha, semacam alat untuk menghisap tembakau ala Timur Tengah yang sedang menjadi tren tersendiri di Indonesia saat ini.
Berawal dari bisnis jasa pengerah tenaga kerja (PJTKI) yang digeluti secara turun temurun oleh keluarganya ia menjadi terbiasa berinteraksi dengan para pengusaha dari Arab, ditambah kerabatnya ada yang bersekolah di Madinah serta mantan suami yang keturunan Arab membuat wanita cantik ini terbiasa ditunjuk sebagai pemandu wisata untuk mengantar kolega bisnis perusahaannya melancong di Indonesia. Dari situlah tanpa sadar ia menyerap ilmu dan cara berbisnis ala Timur Tengah sampai suatu hari Ny.Istikhanah mendapat kesempatan menjadi mitra pembuatan Sisha dari pengusaha Saudi Arabia yang telah lama menjadi sahabatnya.
Sisha atau orang lebih mengenalnya sebagai pipa/tabung rokok Arab mempunyai daya tarik karena konon dipercaya para Sheikh atau bangsawan Arab tidak membahayakan kesehatan karena nikotin tembakau tidak langsung masuk ke paru paru namun terlebih dahulu disaring lewat air dalam tabung gelas. Tembakaunyapun beraneka rasa ada strawberry, apel, cappuccino hingga marquerita, kelebihan lain Shisha produksi Ny.Istikhanah adalah rangka tabung memakai baja stainless yang dijamin antikarat. Sementara produksi dari Negara lain masih memakai kawat biasa. Pipa untuk body kreasi warga Weleri ini memakai kuningan asli. Sedang produk sejenis masih memakai tembaga plat. Menurut Istikhanah kualitas produknya memang diatas rata-rata produk sejenis hingga mampu bersaing di level internasional.
Untuk harga, satu tabung Sisha lengkap ia mematok harga Rp.600.000 hingga Rp.750.000,- per unit tergantung selera konsumen. Sementara tembakau beraneka rasa dijual terpisah dengan kemasan kaleng 250 gram dihargai Rp.70.000 untuk sepuluh kali pemakaian.Ia sendiri kini juga mampu menciptakan areng asli buatan Indonesia khusus untuk penikmat Sisha berbahan baku dari batok kelapa yang diselep kemudian dijadikan briket. Untuk menguji kandungan kimianya ia meminta bantuan anaknya yang lulusan UGM yang pengerjaannya ditangani masyarakat sekitar rumahnya dengan komposisi yang pas akhirnya areng kreasinya mampu menembus belantara eksport Arab Saudi yang terkenal sangat ketat uji kelayakan dan standar mutunya.
Satu hal yang patut diacungi jempol adalah kesetiaan wanita ini memakai label AMS Indoarab dengan imbuhan kalimat “Made in Indonesia” dengan bangga nama negeri ini selalu dicantumkan dalam setiap kemasan produknya walaupun dengan konsekuensi ia harus selalu menjaga kualitas barang hasil karyanya. Hingga kini eksportnya seratus sampai seratus limapuluh unit untuk tabung Sisha lengkap serta seribu limaratus hingga duaribu batang ‘hoses’ atau selang penghisap Sisha ludes terjual untuk pasar luar negeri diantaranya Saudi Arabia, Yordania, Mesir dan Negara Timur Tengah lainnya.
Untuk pasar dalam negeri, beberapa supermarket ternama di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bali telah menjadi mitra distribusinya.
Dengan menjadi eksportir dengan keuntungan 25% dari total omset, berarti tidak kurang dari 70 juta rupiah perbulan, ia tidak serta merta ingin memindahkan tempat usahanya ke kota besar. Ia tetap setia mengendalikan roda bisnisnya di rumahnya yang telah disulap menjadi sebuah pabrik perakitan Sisha yang berlokasi di daerah Kalidamar desa Weleri Kabupaten Kendal. Kini tak kurang dari 40 orang warga sekitar direkrut menjadi karyawannya dan puluhan plasma industri tertolong memperoleh penghasilan dari order yang diberikan Ny.Istikhanah.
Ny.Istikhanah profil seorang ibu muda sederhana yang mandiri memperoleh kesuksesan karena mampu memanfaatkan bahasa internasional serta menjalin hubungan baik dengan seluruh lapisan masyarakat. (Aryo Widiyanto,A.Md/H.Nur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar