Reog Ponorogo Milik Indonesia Bung !!.
Isu lama bahwa negara tetangga yang
baik yaitu Malaysia berniat mengklaim kesenian Reog Ponorogo Jawa Timur sebagai
miliknya ternyata tetap bergaung di benak para pegiat seni Reog Indonesia, Rabu
1 April 2015 saat pertunjukan kolosal di lapangan Seplangensari Karangayu Kecamatan
Cepiring Kabupaten Kendal , beberapa kali sang pembawa acara yang bernama
Parlan (50) meneriakkan bahwa Reog Ponorogo adalah milik Indonesia bukan milik
negara lain “ Reog Ponorogo milik Indonesia Bung !!” teriaknya lantang.
Nasionalisme kebangsaan seluruh
seniman menurut Mbah Pujo (60) seniman lain yang bertindak selaku pawang di
pertunjukan itu, terus tersulut dan membara begitu mendengar isu Malaysia
mengklaim reog sebagai budaya mereka, “Ketemu berapa perkara Malaysia berani klaim
reog miliknya, akar budaya dan asal usul jelas ini berasal dari Ponorogo dan
kami selaku seniman akan terus berupaya memperkenalkan dan mempromosikaan serta
melestarikan” tuturnya sembari menghisap rokok klobotnya.
Kemudian disusul dengan tari Bujang Ganong yang
menceritakan legenda dilatarbelakangi oleh kisah perjalanan Raja Kerajaan
Bantarangin, yaitu Prabu Kelana Sewandana yang tengah mencari calon
permaisurinya pada tahun 900 Saka. Calon permaisuri tersebut dicari karena
kabur dari kerajaan Bantarangin. Calon permaisuri yang bernama Dewi
Sanggalangit yang juga adalah putri kerajaan Kediri ini kabur karena tidak
ingin dijodohkan dengan sang Prabu Kelana.
Prabu Kelana Sewandana kemudian mengutus Patihnya yaitu Pujonggo Anom atau yang lebih dikenal dengan Bujang Ganong untuk melamar Dyah Ayu Dewi Songgolangit. Dalam perjalanan menuju ke kerajaan Kediri, Bujang Ganong dihadang oleh Singo Barong seorang raja dari segala harimau yang menjaga tapal batas kerajaan Kediri.
Prabu Kelana Sewandana kemudian mengutus Patihnya yaitu Pujonggo Anom atau yang lebih dikenal dengan Bujang Ganong untuk melamar Dyah Ayu Dewi Songgolangit. Dalam perjalanan menuju ke kerajaan Kediri, Bujang Ganong dihadang oleh Singo Barong seorang raja dari segala harimau yang menjaga tapal batas kerajaan Kediri.
Singo Barong mempunyai bentuk tubuh yang tidak
lazim yaitu orang yang berbadan manusia tetapi berkepala Harimau. Prabu Singo
Barong mendapat perintah dari Raja Kediri untuk memeriksa atau melarang
siapapun tanpa seijin sang Raja masuk ke wilayah kerajaan Kediri.
Perjalanan Bujang Ganong terpaksa berhenti di
perbatasan kerajaan Kediri karena dihadang oleh Singo Barong. Perang mulut
antara keduanya sulit dihindari sehingga memuncak menjadi perang fisik. Karena
kesaktian dan keperkasaan Singo Barong, Patih Bujang Ganong dapat dikalahkan
dan bertekuk lutut dikaki Singo Barong. Kemudian Singo Barong menyuruh Bujang
Ganong pulang ke kerajaan Bantar Angin dan melaporkan kekalahannya.
Sesampainya di kerajaan Bantar Angin, Bujang
Ganong langsung menghadap Prabu Kelana Sewandana. Mendengar kekalahan dan
ketidak berhasilan utusannya, beliau langsung marah dan memerintahkan Bujang
Ganong untuk mengerahkan segala kekuatan bala tentaranya untuk menyerang Singo
Barong dan kerajaan Kediri. Prabu Kelana Sewandana akan menghancurkan Kediri
apabila Dyah Ayu Dewi Songgolangit menolak lamarannya. Dalam perjalananya,
Prabu Kelana Sewandana diiringi suara bended an Gong yang riuh sekali dengan
maksud untuk member semangat kepada prajuritnya. Seperti perjalanan sebelumnya,
setelah sampai di tapal batas kerajaan Kediri, pasukan Bantar Angin dihadang
oleh Singo Barong dan bala tentaranya. Akhirnya peranngpun terjadi dengan
dahsyatnya. Ternyata kekuatan dan kesaktian bala tentara Singo Barong sangat
sulit dikalahkan oleh prajurit Bantar Angin, sehingga Prabu Kelana Sewandana
harus turun tangan sendiri.
Adu kesaktian antara Prabu Kelana Sewandana dan
Singo Barong berlangsung seru dan mengagumkan. Keduanya sangat sakti mandraguna
dan saling serang. Prabu Kelana Sewandana sangat terpaksa mengeluarkan pusaka
andalannya yaitu Cemethi Samandiman. Dengan sekali cambuk Singo barong langsung
lumpuh kehilangan kekuatannya. Singo Barong menyatakan dan mengakui
kekalahannya dan takluk kepada Prabu Kelana Sewandana. Prabu Kelana Sewandana
tidak keberatan menerima takhlukan Singo Barong asalkan mau menunjukkan jalan
menuju ke Kerajaan Kediri dan membantu mewujudkan keinginan Prabu Kelana Sewandana. Dua pasukan itu
bergabung di bawah pimpinan Singo barong dan Bujang Ganong menuju kerajaan
Kediri. Tanpa perlawanan yang berarti, pasukan kerajaan Kediri dapat dikalahkan
oleh Pasukan Prabu Kelana Sewandana. Akhirnya Prabu Kelana Sewandana berhasil
mempersunting Putri Kediri Dyah Ayu Dewi Songgolangit.
Untuk memperingati perjalanan dan kemenangan Prabu Kelana Sewandana ini
diciptakanlah suatu kesenian yang dikenal dengan Reog.
Setelah pertunjukan legenda selesai dilanjut dengan atraksi
pembarong atau pemain reog yang disiram
dengan air mendidih , parade Duapuluh Satu
Reog menari kolosal mengelilingi penonton dan terakhir pertunjukan
seorang Bujang Ganong yang konon pernah mendapat penghargaan dari Presiden
Indonesia menari diatas seutas tali diantara dua bambu ditengah lapangan.
Reog, sebuah seni yang tak akan
luntur dan lekang oleh jaman selama para senimannya tetap bersemangat melestarikannya,
nampaknya kita harus berterimakasih kepada negara Malaysia yang menetaskan isu
klaim reog sebagai miliknya, karena berkat klaim mereka, para seniman Indonesia
malah seperti terlecut dan semakin menggila dalam menciptakan kreasi dalam
berkesenian Reog Ponorogo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar