Belajar Dari Kartunis Malaysia
Setiap
hari kita disuguhi acara Kartun dari negeri tetangga Malaysia berjudul Upin dan
Ipin dan sebuah kartun nan cerdas
bermuatan cerita tutur legendaris yang berisi kisah si Kancil dan koleganya
para hewan di kerajaan fabel berjudul “Pada Zaman Dahulu”.
Apa
yang bisa kita pelajari dari dua kartun itu disamping efeknya yang membuat anak
anak kita jadi fasih menirukan logat Malaysia dengan baik dan benar?.
Ada
beberapa point yang membuat kita harus belajar dari sang tetangga negara,
diantaranya yaitu mereka dengan cerdik
bisa memanfaatkan sebuah cerita rakyat yang bahkan kita, rakyat Indonesia, sudah
dengar cerita itu dari kecil, saya bertanya siapa sih yang belum pernah
mendengar cerita tentang Kancil yang menipu buaya untuk berbaris disungai untuk
dihitung demi mendapatkan undangan makan
siang dari Raja Sulaiman, atau Kancil yang menipu Harimau dengan mengatakan
bahwa Bambu adalah Seruling Raja Sulaiman, dan Sarang Lebah adalah Gong dari
sang Raja sehingga ketika Gong itu ditabuh tersengatlah sang Harimau oleh
ratusan lebah?, Cerita itu bahkan ada di pelajaran bahasa Indonesia kelas 1
(data terlampir), namun lagi lagi, Malaysia yang bisa menjadikan itu sebuah
komoditas cerita dalam bentuk Kartun dan populer di Indonesia , Youtube dan
seluruh mancanegara, kita merasa dicurangi seperti biasanya? Tidaklah, kali ini
kita harus ikhlas mengakui, Malaysia lebih bisa mengolah komoditas menjadi
karya yang bagus dari segi kualitas, pemasaran dan finansial.
Para
Kartunis Indonesia sudah lihai dalam
membuat sebuah karya Kartun seperti Adit dan Sopojarwo, kemudian ada juga Si
Dudung, dalam sejarahnya kita juga pernah mencetak sejarah mendahului Malaysia
membuat film Kartun dengan menetaskan kartun “Si Huma dan Si Windi” di era 80
an, itu yang seharusnya menjadi semangat para sineas kita untuk menciptakan
kartun yang menyentuh budaya dan legenda cerita rakyat dalam bentuk kartun.
Sangat
banyak bahan cerita rakyat dari seluruh Nusantara yang bisa dijadikan sebuah
film Kartun, tanpa bermaksud mengajari, barusan Museum Rekor Indonesia
menganugerahkan penghargaan untuk buku berjudul 366 Cerita Rakyat Nusantara ,buku
ini ada di Perpustakaan Umum Kabupaten Kendal dan seluruh perpustakaan di
Indonesia saya kira, dari situ saja
bisalah kerjasama dengan penerbitnya untuk mengkartunkan, belum lagi beberapa
cerita yang belum terekspose, bayangkan jika satu kabupaten bisa membuat satu
film kartun dengan tema berupa kisah sejarah leegenda di wilayahnya, akan rame
sekali televisi kita.
Alangkah
indahnya jika cerita rakyat semacam “Legenda Imiu Kamare” dari Papua, Legenda
Gunung Wurung dari jawa Tengah, Asal Mula Nyamuk Berdengung dari D.I
Yogyakarta,kisah Amat Rhang Manyang dari Nangroe Aceh Darussalam, dituturkan
dalam bentuk Kartun, tentu anak anak kita akan senang dan jelas, Invasi silent Malaysia secara budaya akan
mudah untuk kita patahkan, semoga.
((Aryo Widiyanto, Pembaca Buku,
Pemerhati Acara Televisi, Penikmat
Wisata, Traveller ,
Backpacker, Photograper, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com , twitter di
@aryowidi , dan Jurnalis Serta Buruh Negara Yang Punya
Facebook :Aryo Widiyanto )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar