Kopi Jahe Panas, Getuk Hangat , Kolam Dingin dan Kemilau Akik di Owabong.
Mengunjungi
Objek Wisata Air Desa Bojongsari (Owabong) di Purbalingga bersama rekan rekan
sekerja yaitu Pak Misri dan kawan kawan Kamis 11/6 menambah satu lagi tempat bagus yang saya
singgahi.
Berangkat
dari Jungsemi Kangkung Kendal sekitar jam 6 pagi lebih sedikit kami menumpang
Bus Nusantara yang nyaman, dua kru Bus Kami, Pak Kumis dan asistennya yang
berasal dari Kudus adalah orang yang ramah dan enak diajak diskusi, namun tetap
profesional menjalankan tugasnya.
Kami
menikmati suasana pagi yang cerah melewati Jalur Pantura dari Kendal, Batang, Pekalongan,
Pemalang via Randu Dongkal, Belik, Bobotsari,hingga tibalah di Owabong, jalanan
yang asri dan hijau karena melewati dataran tinggi dan pegunungan di jalur
antara Pemalang dan Purbalingga sangat indah, tanaman mulai dari Jati hingga
Pinus terhampar di sepanjang lereng pegunungan yang biru dan berkabut, jalanan
yang mulus aspal halus , membuat kami berdecak kagum.
Tiba
dilokasi , Bus diparkir disamping kanan Lokasi Wisata, sangat ramai saat itu
karena bertepatan dengan jelang kenaikan kelas para pelajar, hawa dingin mulai
menusuk, saya melepas jaket Green Army dan menggantungnya di Bus, sesaat
mengisi perut dengan ayam goreng, kami lalu
menjelajah masuk ke dalam Owabong.
Kesan
bersih dan teratur nampak jelas, ada
beberapa tempat sampah besar dari bambu di sejumlah spot, begitu masuk
pandangan kami tumpah pada sejumlah besar kolam dan arena bermain yang didominasi
warna biru, nama kolam kolam itu juga enak didengar, seperti : Kolam Bebas
Tsunami, sangat kreatif bukan?.
Saya
bukan type wisatawan yang suka air, so, saya hanya bercengkrama dengan dua
sahabat setia yaitu Kamera Canon dan Nikon , mengikuti irama dari para rekan
yang enjoy, terlihat Pak Misri , Pak Sulthon , Bu Jiyah, Bu Hanif , Bu Yuni dan
Bu Fatin menikmati pijat refleksi air, Pak Suraya dan Pak Taryono cuci mata, anak anak bermain seluncur dari ketinggian
lebih dari 10 meter, di kolam sebelah ada arena gebuk gebukan memakai semacam
balon yang dibungkus jadi berbentuk seperti Gada, ada juga air mancur , konon
air disini adalah air alami yang berasal dari pegunungan , jadi tak ada bahan
kimia apapun, dan yang lebih penting, airnya mengalir sehingga selalu bersih,
benar bersih dan jernih.
Usai
puas berenang, para senior itu kemudian menikmati terapi ikan dimana mereka
berendam dan kaki serta tubuh mereka dikecupi ratusan ikan kecil yang konon
membersihkan kulit manusia, setelah itu berendam di air hangat yang memancur
dan mengalir dengan hanya membayar Sepuluh ribu rupiah, apa yang bisa saya
potret ? nothing.
Lalu saya memanjat tangga ke resto yang ada di
lantai dua, memesan Kopi Jahe dengan Gula Merah khas Purbalingga, menyesapnya
dengan ditemani sigaret, melihat pemandangan dari atas memang beda, ada venue
Gokart dan mobil Bungy di sebelah kiri bawah resto ini, mau naik satu putaran
bayar Empat Puluh Ribu untuk Gokart dan Limapuluh Ribu untuk Bungy, kemudian
saya menyesap kopi dan menoleh ke kolam , jelas terlihat banyak sekali para
wanita yang tadinya tak terlihat kini jelas nampak, banyak typikal wanita
dataran tinggi, kulit agak kemerahan , body serupa Kate Winslett, wajah manis khas
Jawa, wow, ternyata efek Kopi ini membuat mata saya lebih jernih dan jeli.
Aktifitas selanjutnya adalah
menonton Bioskop 4 Dimensi di Theater sebelah selatan kolam, masuk membayar Rp
20 Ribu, sampai didalam memakai kacamata hitam, diputarkan film , dan
terdengarlah jeritan para pemirsanya karena mereka mengira Ular dan Hiu yang
ada di layar itu mau mencaplok mereka, sesi kedua film tentang Roller Coaster
yang juga membuat jeritan semakin kencang, semua tegang kecuali Bu Jiyah yang
melepas googlenya dan tersenyum geli melihat kanan kirinya pada heboh beteriak.
Diakui, para perancang Owabong
ini hebat dan berjiwa bisnis tinggi, pintu tempat kami dan para pelancong lain
keluar dari lokasi wisata dirancang melewati taman burung dan ikan dimana
berbagai species seperti Oriolus Chinensis alias Kepodang yang berbulu kuning
nan indah jinak berkicau, Ikan besar, dan aneka parkit berada dilanjut masuk ke
Pusat Jajanan dan Oleh Oleh, dimana ada banyak sekali Souvenir mulai dari
Shirt, Kacamata, hingga Akik yang kemilau berharga lebih murah dibanding harga
diluaran mulai dari bentuk lempengan
bahan berupa batu jenis “Klawing” atau Pancawarna dan yang sudah jadi cincin semua komplit
tersedia, namun untuk urusan Getuk Goreng saya lebih percaya ke Warungnya Bu
Endah yang ada di depan parkiran Bus, karena cara menggorengnya yang bersih dan
minyaknya berkualitas.
Puas di Owabong, kami beranjak
pulang kembali ke rumah, sebuah pelajaran berharga dari Owabong adalah,
siapapun pemilik lokasi wisata itu jika perorangan dia kaya raya, tapi jika itu
Pemerintah Daerah, percayalah berarti mereka punya Pemda dan Dinas Pariwisata
yang cerdas sehingga mampu mengolah sebuah potensi alam berupa suasana nyaman
dan air yang melimpah hingga menjadi sebuah objek wisata yang mampu mengeruk
ribuan pengunjung, kapan Jawa Tengah punya satu objek wisata dengan manajemen
dan kreatifitas serupa Owabong ini di tiap kabupatennya?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar