Sejarah Datangnya Brigade Tijger Belanda di Tjepiring
Brigade
Tijger menurut sejarahnya adalah pasukan elit Belanda yang khusus didatangkan dari negeri kincir
angin itu, berbeda dengan KNIL yang merupakan campuran pasukan lokal dan
Holland, jika Brigade Tijger yang
tersohor sebagai pasukan pemukul utama Netherland saja sampai didatangkan ke
Tjepiring untuk menjaga kota ini , berarti di masa itu Tjepiring yang sekarang
dikenal sebagai Desa Cepiring Kabupaten Kendal Jawa Tengah adalah merupakan sentra
ekonomi besar di jamannya, ya, hingga kini sisa kemegahan Zuikeer Fabrik alias
Pabrik gulanya masih ada.
Berikut
kesaksian seorang gadis Belanda bernama
Leonie Van Daalen yang menulis artikel berjudul Military in Tjepiring dan dikirimkan kepada saya oleh putrinya yang
bernama Eva Van Daalen melalui email beberapa waktu lalu.
“Tiba tiba di bulan November 1949 ,
barisan panjang anggota militer dan beberapa Tank meraung masuk ke Tjepiring
hingga tanahpun bergetar, para perwira berada di sejumlah truk dan jeep,
melambai pada kami, mereka memasuki
komunitas kecil kami, mereka dari Northern Light, Batalyon Infantri 403, bagian
dari Brigade Tiger, yang digeser ke pabrik gula kami, kami menyambutnya dengan
sangat antusias, karena kami gembira melihatnya, kehadirannya berarti keamanan
dan kesenangan, perkebunan kami mendadak berubah, terdengar suara dan tawa para
pemuda dimana saja, para prajurit mengisi semua rumah kosong di Pabrik Gula
Tjepiring sementara para perwira tinggal
di bangunan klinik, yang juga secara terpisah berubah menjadi kantin. Para
pemuda ini telah bertempur diseputar Jogja dan Solo selama 6 bulan, mereka
umumnya berumur awal duapuluhan, banyak yang datang dari tiga provinsi paling
utara Belanda, selama masa perang, mereka sangat sedikit melakukan perjalanan,
jadi ketika tiba di Indonesia mereka mendadak harus berhadapan dengan budaya
yang sangat berbeda, keberanian dan kegagahan diminta darinya untuk tugas
didaerah kolonial dan melindungi warga negara dan harta bendanya, saat tiba
pasukan ini berpikir mereka adalah sang pembebas tapi nyatanya mereka harus
melawan musuh tersembunyi, perang gerilya, sangat banyak, ini adalah kekecewaan
saat pemerintah Belanda menyetujui kemerdekaan Indonesia di akhir tahun itu.”
(Diterjemahkan oleh : Aryo
Widiyanto, Journalist, Traveller , Backpacker, , Photographer, dan Abdi Negara,
Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi , Facebook
:Aryo Widiyanto, email di : aryo_widi@yahoo.co.id. Address: Jl Sriagung 234
Cepiring Kendal Jawa Tengah Indonesia.WA/Line 0877470200)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar