Sam Poo Kong Temple
Sebuah Cinderamata Nostalgia Untuk Sang Laksamana.
Beliau adalah salah seorang panglima perang dan pelayar yang terbilang hebat pada zamannya. Terutamanya di zaman Dinasti Ming., Sejarah perjalananya tercatat diantaranya dari Para cendekiawan Tiongkok yang mendampingi Cheng Ho membuat catatan perjalanan; umumnya menggambarkan keadaan sosial-budaya di Nusantara. Tak heran jika di masa inilah terdapat bahan sejarah paling kaya dan lengkap mengenai hubungan kedua bangsa. Di antaranya Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming) dan Ming Shu Lu (Catatan Kejadian Aktual Dinasti Ming) yang merupakan koleksi terbesar dengan 2.965 jilid dan 16 juta karakter Tionghoa. bakat dan ketokohannya tersebar dalam berbagai kisah, sejarah dan mitos setelah dia berjaya mendapat kepercayaan dari Kaisar Ming Cheng Zhu untuk memimpin pasukan dan armada Kapal untuk menjelajah dunia melintas berbagai benua 7 kali berturut-turut dalam jarak masa hanya 28 tahun saja (1405-1433) dengan estimasi jumlah armada yang dipimpinnya memiliki 27,000 personil, dan 307 kapal laut. Artinya Armada Laksamana Cheng Ho 5 kali lebih besar dari armada Christopher Columbus saat menemukan benua Amerika pada tahun 1492 dengan hanya 3 buah kapal dan 88 orang anak buah kapal.
Dari skala perbandingan besaran
kapal layar yang dipakai oleh Laksamana
Zheng He , sebutan lain untuk Cheng Ho, Kapal terbesar yang dibawanya mempunyai
panjang sekitar 400 kaki atau 120 meter dan lebar 160 kaki atau 50 meter dan
bertiang layar 3 layar serta 9 layar. Tidak kurang dari 30 negara di
Asia, Timur Tengah, dan Afrika pernah disinggahinya. Vasco da Gama yang
berlayar dari Portugis ke India tahun 1497 pun tidak dapat menandingi kehebatan
Laksamana Cheng Ho bahkan Ferdinand Magellan yang merintis pelayaran
mengelilingi bumi pun tertinggal 114 tahun di belakang ekspedisi Cheng Ho
Rute
ekspedidi Pelayaran Waktu Daerah yang dilewati oleh armada laut Cheng Ho
( Haji Mahmud Shams ) antara lain :
- Pelayaran ke-1 1405-1407 : Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut
- Pelayaran ke-2 1407-1408: Champa, Jawa, Siam, Sumatra, Lambri, Calicut, Cochin, Ceylon
- Pelayaran ke-3 1409-1411 : Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur
- Pelayaran ke-4 1413-1415 : Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar
- Pelayaran ke-5 1416-1419 : Champa, Pahang, Java, Malacca, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochin, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden
- Pelayaran ke-6 1421-1422: Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab
- Pelayaran ke-7 1430-1433 : Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz...
Interaksi sang Laksamana dengan Semarang adalah saat pada masa pemerintahan Kaisar Yung Lo dirinya
diutus untuk kembali melakukan pelayaran muhibah, sesampai di Semarang Cheng Ho dan kru kapalnya konon mengalami
sedikit masalah pada kapal yang ditumpanginya serta ada seorang anak buah kepercayaannya
yang sakit, akhirnya dia beserta seluruh
armadanya mendarat di pantai Semarang , ditempat ini
Cheng Ho dipercaya mendirikan sebuah Masjid kecil di atas sebuah bukit batu yang hingga kini dinamakan Gedong Batu, ada
beberapa versi tentang penamaan lokasi Gedong Batu ini diantaranya ada juga
yang meyakini kalimatnya berasal dari kata “Kedung Batu” yang artinya kurang
lebih sebuah bendungan dari batu.
Kini, ratusan tahun setelah
Cheng Ho meninggalkan Semarang, jejak peninggalannya masih lestari, tempat dulu
dirinya singgah di Simongan, Gedong Batu, kini telah berubah menjadi sebuah
bangunan yang maha megah untuk ukuran tahun 2014 ini, berbeda ketika di tahun
1996-97-98 saat saya masih mahasiswa dan dibimbing untuk dicetak menjadi
seorang Pemandu Wisata handal hasil didikan AKABA 17 Semarang via beberapa
dosen mumpuni nan ahli seperti Ibu Esther D Tamtama, mbak Vera dan beberapa
senior lain, saat itu bangunan kuil Sam Poo Kong masih sangat sederhana, kami
bisa masuk kapan saja untuk riset dan pengenalan medan, para penjaga yang ada
disana ramah dan bersahabat, kami biasa berdiskusi dibawah pohon yang mirip
rantai kapal yang dipercaya adalah jelmaan rantai kapalnya Cheng Ho, menghirup
aroma Hioswa disamping petilasan Kyai Jurumudi yang ada replika Jangkar yang
konon adalah jangkar kapal sang Laksamana, It’s Very Romantic at those time,
believe me.
Tahun 2014 ini saya
kembali mengunjungi Sam Poo Kong Temple , sangat jauh beda dengan masa lalu,
bangunannya megah, didominasi warna merah dan kuning, hanya bangunan Pat Kwa
Ting atau bangunan segi delapan yang ada di sebelah depan yang terlihat masih
sama , berbentuk seperti Joglo rumah Jawa berwarna Hijau,dan beraksen kuning
dan merah, jika kita lelah maka puluhan kursi panjang nyaman yang disediakan
oleh pengelola akan membuat kita lebih asyik menikmati panorama yang ada , dari
kursi itu kita kan melihat serentetan lampion digantung diatas pohon yang
rimbun namun rapi, dari bangku itu juga kita akan menatap dari kejauhan patung
Cheng Ho dilatari pintu gerbang besar dibelakangnya dan bangunan nan cantik di
kanan kirinya yang dikelilingi rerimbunan pohon besar yang meneduhkan ,romantis,
apalagi jika malam tiba, karena menurut Pak Indung seorang sekuriti yang
bertugas disana, lokasi ini buka hingga sekitar jam 9 malam.
Di sebuah bangunan lain saya melihat beberapa
pengunjung sedang melakukan Ciamshie yaitu sebuah ritual untuk dapat melihat suatu
keberuntungan peziarah di masa depan. Untuk melakukannya peziarah membakar
hio/dupa dalam gua batu dan melemparkan kepingan didepan altar sembahyang yang
ditandai dengan “Im” dan “Yang”. Bila hasil lemparan tersebut
salah satu keping terbuka dan satunya lagi tertutup, maka dipercaya akan
memperoleh keberuntungan. Hal lain, peziarah dapat melemparkan sekumpulan
batang bambu secara acak dan apabila terdapat batang bambu yang jatuh di
hadapan altar sembahyang, maka batang bambu tersebut tinggal diserahkan kepada
petugas. Nantinya, petugas/juru kunci akan mengambil selembar kertas yang
bernomor 1 sampai dengan 28 disesuaikan dengan batang bambu yang jatuh. Kertas
tersebut berisi syair-syair dengan maknanya akan diterjemahkan oleh jurukunci
tersebut yang merupakan bagian dari peruntungan nasib kita di masa depan.
Dilokasi ini juga bisa dijumpai altar dan makam
orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Hoo saat di Jawa, yang sering pula
dikunjungi pengunjung untuk berziarah. Pemberian nama bangunan/gedung tersebut
cukup unik mengingat pemberian nama didasarkan pada benda yang berasal dari
kapal tersebut. Sebagai contoh, Mbah Kiai Cundrik Bumi merupakan tempat segala
jenis persenjataan yang digunakan untuk mempersenjatai awak kapal. Kiai/Nyai
Tumpeng berkaitan dengan urusan makanan di kapal dan Kiai Djangkar tempat
meletakkan jangkar kapal.
Sedangkan Mbah Djurumudi dipercaya sebagai makam dari jurumudi kapal. Dalam
bangunan tersebut dihiasai dengan berbagai lukisan dan patung-patung yang
menggambarkan perjalanan Cheng Hoo sampai ke Jawa termasuk pula di permukaan
dua pilar bangunan utama.Pecinta Fotografi, penulis travelling dan petualang penjelajah pasti akan meneteskan air liur saat melihat bangunan nan cantik dan gagah di kompleks Sam Poo Kong ini, suasananya benar benar seperti di Tiongkok, beberapa pengunjung yang saya tanyai tentang pendapatnya juga mengatakan hal yang sama, ini adalah Tiongkok yang ada di Indonesia.sangat elegan. Kita hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Tiga Ribu Rupiah sebagai pengganti tiket, dan jika perlu pemandu, pengelola juga menyediakannya dengan pengganti jasa sekitar Tigapuluh atau Tigapuluh Lima Ribu Rupiah.
Sam Poo Kong Temple di masa kini adalah sebuah cinderamata nostalgia untuk Sang Laksamana, sebuah akulturasi budaya yang harmonis antara Tiongkok dan Jawa , tercipta sebuah cerita persahabatan dan kerjasama di berbagai bidang yang terbingkai rapi dalam sebuah kisah sang Laksamana Sam Poo Taijian. Semoga teladan beliau menjadi cermin bagi kita sebagai generasi penerus, dimana kerukunan kita akan sekuat rantai kapal Cheng Ho, dan kerjasama kita akan menjadi pintu kesuksesan mendunia seperti hebatnya Kapal Sang Laksamana Zheng He menaklukkan samudra dari Kalikut di India Hingga Mogadhisu di Afrika
(Aryo Widiyanto,
Traveller , Backpaker, Photograper, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com ,
twitter di @aryowidi , dan Jurnalis serta buruh Negara yang tinggal di
087747970200, Fesbuk :Aryo Widiyanto )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar