Seuntai airmata di “Perempuan Kembang Jepun” .
Sembari
menikmati secangkir kopi panas sore ini, saya menyelesaikan membaca sebuah
novel karya Lan Fang berjudul “Perempuan Kembang Jepun”, sebuah novel yang
sangat menyentuh, membacanya seperti kita
dipaksa naik roller coaster, di satu bagian menanjak enak, tertawa, di bagian
lain kita dipaksa memeras air mata, saya sempat tersengal dan berhenti di
beberapa bait di sejumlah halamannya, damn Lan Fang, kau membuatku tercekat di
tenggorokan dan menangis karena narasimu.
Novel
ini berkisah tentang Matsumi, seorang Geisha dari distrik Gion Jepang yang
merupakan geisha favorit dari Shosho (Setingkat Mayor Jenderal) bernama Kobayashi,
sejak usia belasan tahun Matsumi sudah dilatih untuk menjadi geisha dengan
Yuriko sebagai mentornya, menjelmalah Matsumi menjadi yang tercantik dan
termahal karena keahliannya hingga suatu masa Mayjen Kobayashi menebus Matsumi
untuk dibawanya ke Surabaya Indonesia dimana sang Jenderal menjadi petinggi
disana, namanya disamarkan menjadi Tjoa Kim Hwa yang artinya Ular Bunga Emas
karena geisha jepang tidak menghibur di luar negaranya dan itu adalah aib jika
diketahui bangsa lain, dari sinilah cerita bermula.
Sebagai
wanita simpanan dari seorang Jenderal, Matsumi hidup berkelimpahan, namun Sang
Hidup mulai bermain dengannya, dia bertemu dengan seorang kuli angkut bernama Sujono
yang nekat mencuri uang milik Babah Oen
majikannya demi bisa membayar untuk menidurinya di pusat hiburan “Kembang Jepun”
Surabaya, lelaki tengil ini dipecat setelah sang majikan mengetahui
kelakuannya.
Matsumi
alias Tjoa Kim Hwa jatuh cinta pada Sujono, karena lelaki Jawa ini jantan,
ketika Matsumi sebagai geisha setiap harinya harus memuaskan para pemujanya,
ditangan Sujono wanita ini bertekuk lutut, dialah yang terpuaskan,namun hidup
tak hanya seks, saat Matsumi memutuskan untuk berhenti sebagai wanita penghibur
dengan harapan bisa menjalani biduk rumah tangga normal dengan Sujono,
harapannya sirna, Sujono pemalas, tak mau bekerja dan hanya menghabiskan
tabungan yang dipunyai wanita Jepang ini, kemudian lahirlah Kaguya putri kecil
mereka yang secantik ibunya namun berkulit dan bermata Jawa.
Saat
Jepang kalah perang Matsumi kembali ke negaranya, baginya sebagai orang Jepang
dia wajib kembali ke negara Matahari apapun keadaannya, meninggalkan Sujono dan
kelakuan tengiknya, meninggalkan Kaguya untuk dititipkan pada seorang Nenek
bernama Ibu Nio di kelenteng Hok An Kiong atas jasa baik kakek China
bernama Paman Tan .
“
Okasan (Ibu_red) pergi dulu kau jadilah anak manis, Okasan cinta padamu, okasan
akan menjemputmu” ucap Matsumi berulang ulang. “ Haik..Haik...” putrinya
menyahut berulang ulang dengan kepala mungil yang berayun ayun, “tapi aku tahu
, ia tak mengerti apa apa” batin Matsumi.
Waktu berlalu
sampai suatu ketika Sujono menemukan Kaguya dan menamainya Lestari , Lestari
dibawa untuk tinggal bersama istri Sujono yang bernama Sulis yang sekejam binatang ,
Lestari tak pernah mendapat figur ibu dari sosok sulis yang selalu menyebutnya
lonte kecil, sundal dan balon, tamparan,
hinaan dan perlakuan tak manusiawi diterima putri kecil ini hingga dia dewasa,
namun hanya Kaguya alias Lestari yang mampu merubah Sujono dari sosok yang
pemalas menjadi bapak yang bertanggung jawab, mau bekerja keras dan menjadi
bapak yang baik, sampai suatu ketika Joko anak Sujono dari Sulis memperkosa
Kaguya dan membuat Sujono dan Kaguya pindah mendiami rumah lama milik Matsumi
yang pelan berubah menjadi panti asuhan karena kasih sayang Kaguya yang merawat
beberapa bayi terlantar yang dibuang orang tuanya.
Akhirnya
Nasib mempertemukan Matsumi dan Kaguya ketika Sujono sudah meninggal karena kanker
paru paru stadium empat, Maya anak asuh dari Matsumi menikah dengan Higashi anak
asuh Matsumi, bertemulah keduanya dalam suasana yang tak bisa terlukiskan.
Matsumi menemukan sosok lelaki bernama Takeda seorang pelukis miskin namun
dicintainya sepenuh hati karena sadar Takeda serba kekurangan, namun Kaguya
alias Lestari tetap memilih sendiri karena baginya cinta adalah ketika dia bisa
mengasihi semua anak asuhnya.
Ditangan
Lan Fang, cinta bisa menjadi begitu panas, romantis, tapi bisa juga menjadi
sangat menyedihkan, saya sempat menitikkan airmata saat membaca bagian dimana
Matsumi membatukan hatinya untuk menitipkan Kaguya di kuil Ibu Nio, melangkah
mengejar kapal yang berlayar ke Jepang sementara telinga dan batinnya
mengetahui langkah kecil Kaguya mengejarnya dengan suara
kecilnya..Okasan..Okasan...
Bacalah
Novel ini, saya membacanya dengan cara meminjam di Perpustakaan Pemda Kendal,
setelah membacanya, yakinkan untuk lebih mencintai anak anak kita karena
bagaimanapun mereka akan sangat berharga dimasa depan, hargai setiap waktu yang
ada untuk anak kita, Ingatlah Matsumi yang
menyesal seumur hidup karena meninggalkan putrinya, selamat membaca .
Aryo Widiyanto, Journalist, Traveller , Backpacker, , Photographer, dan Abdi Negara, Blogger
di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di
@aryowidi , Facebook :Aryo Widiyanto, email di : aryo_widi@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar