Mural Kendal, semakin menggigit
Seni Mural atau kita untuk gampangnya kita menyebut gambar dinding menurut sejarahnya Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang memiliki arti dinding. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar lainnya. Akar muasal mural dimulai jauh sebelum peradaban modern, bahkan diduga sejak 30.000 tahun sebelum Masehi. Sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Altamira, Spanyol, dan Lascaux, Prancis, yang melukiskan aksi-aksi berburu, meramu, dan aktivitas relijius, kerapkali disebut sebagai bentuk mural generasi pertama.
Akar muasal mural ternyata sudah dimulai jauh sebelum peradaban modern, bahkan diduga sejak 30.000 tahun sebelum Masehi. Jika ditilik dari pernyataan sejarah diatas berarti manusia lebih mengenal ekspresi gambar terlebih dahulu dibandingkan dengan tulisan. Mural dalam perjalananan seni rupa tidak bisa dilepaskan dari jaman prasejarah kira-kira 31.500 tahun silam, ketika ada lukisan gua di Lascaux, selatan Prancis. Mural yang dilukis oleh orang-orang jaman prasejarah ini menggunakan cat air yang terbuat dari sari buah limun sebagai medianya. Lukisan mural pada jaman prasejarah ini paling banyak ditemukan, di Prancis, ada sekitar 150 tempat mural ditemukan, kemudian di Spanyol ada 128 tempat dan di Italia mural ditemukan di 21 tempat. Gambar mural-mural tersebut sebagian besar banyak menceritakan tentang kisah perburuan, meramu, juga aspek religius manusia pra sejarah. Terdapat juga bentuk mural ekspresi dengan gambar cetakan-cetakan tangan sebagai bentuk ekspresinya. aksi melukis di dinding goa-goa tersebut sebagai bentuk mural generasi pertama
Mural menurut Susanto (2002:76)
memberikan definisi sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang
arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut, maka mural
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding
dipandang tidak hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar unsur yang harus
ada dalam bangunan rumah atau gedung, namun dinding juga dipandang sebagai
medium untuk memperindah ruangan. Kesan melengkapi arsitektur bisa dilihat pada
bangunan gereja Katolik yang bercorak Barok yang melukis atap gereja yang
biasanya berupa kubah dengan lukisan awan dan cerita di Alkitab.
Mural mulai berkembang menjadi mural modern di tahun 1920-an di Meksiko dengan pelopornya antara lain Diego Rivera, Jose Clemente Orozco, dan David Alfaro.
Tahun 1970-1990 Mural mulai memperlihatkan eksistensinya adalah Jean-Michel Basquiat , graffitinya di sudut-sudut kota dan stasiun di New York, dengan tulisan S.A.M.O. sebagai identitas. Hal ini kemudian menginspirasi banyak seniman lain untuk berkarya di ruang publik. Salah satu seniman yang terpengaruh adalah Keith Haring yang kemudian banyak mengerjakan dan dianggap sebagai seniman mural selama kariernya (Sentoso, 2003).
Mural di Indonesia sudah ada sejak zaman perang kemerdekan. Pada saat itu, para pejuang mengekspresikan keinginannya melalui graffiti. Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep tulisan di dinding menjadi paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu (Gusman, 2005).
Perkembangan seni Mural di Kabupaten Kendal pada taahun 2015 ini semakin eksis dan menunjukkan taringnya sebagai media mengekspresikan jiwa seni, kegundahan menghadapi situasi yang terjadi, bahkan sebagai joke atu lelucon atas kejadian politis atau kemasyarakatan yang terjadi saat ini.
Beberapa tempat strategis yang menjadi sarana para
seniman Mural Kendal mengekspresikan diri adalah di Samping GOR Bahurekso,
samping TK Pertiwi depan GOR, Stasiun Lama,dan bahkaan di dinding pasar Kendal,
isinya bermacam macam, ada yang menyoroti pemerintah dan kebijakannya, luapan
perasaan terhadap kekasih , dan anti narkoba.
Sebenarnya jika
pemerintah daerah jeli, para seniman mural ini bisa dihimpun dan diajak
kerjasama untuk memperindah kota, selama ini Kabupaten Kendal hanya menjadi
jalan perlintasan para pengguna jalan dari
arah Jakarta ke Jawa Timur dan sebaliknya, tak ada kenangan khusus
tentang Kabupaten ini di benak para pelintasnya, secara pariwisata, tak ada objek wisata Kendal yang “Dijual” di
sepanjang jalan pantura, inilah vitalnya peran seniman, coba saja jika Diparta
Kendal bersama para seniman mural
lokal membuat display mural di sepanjang jalan Pantura yang
berisi tentang apa saja objek wisata di
Kendal yang indah dan marketable, tentu akan menjadi referensi tersendiri
yang unik dan mengesankan, semua tergantungg goodwill
dan inisiatif pemerintah, kita lihat nanti (Aryo Widiyanto dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar