Selamatkan Asam Jawa di Kendal
Asam Jawa (Tamarindus Indica) adalah tanaman yang
berasal dari Afrika, terutama dari Sudan, tumbuh liar dan juga terdapat di
Kamerun, Nigeria dan Tanzania, di Arab Asam berkembang liar di Oman, khususnya
Dhofar, dimana dia tumbuh di kaki gunung yang menghadap ke laut.
Ketika penyebarannya mencapai Asia Selatan melalui jalur transportasi
manusia dan dipanen selama ratusan tahun Asam didistribusikan sepanjang sabuk
tropis, dari Afrika sampai Asia Selatan, Australia Timur dan sepanjang Asia
Tenggara, Taiwan dan China.sampai sekarang Asia Selatan dan Mexico adalah
konsumen dan produsen pohon dan buah Asam paling besar sedunia.
Pohon Asam berumur panjang, tumbuh melebar dan rindang,daunnya selalu
hijau ,tunasnya hijau muda cerah, buahnya berwarna hijau jika masih muda namun
berubah jadi coklat tua saat masak yang digunakan sebagai bumbu kuliner
,pengobatan .dan semir metal diseluruh dunia, kayunya bisa digunakan untuk
bahan bangunan, tingginya bisa mencapai 12 sampai 18 meter (40-60 Feet) berkembang
bagus di daerah yang penuh sinar matahari, tanah liat , berlempung, berpasir dan
tanah yang mengandung kadar asam, serta pantai karena dia tahan garam.
Konon secara Etymologi, penyebutan
Tamarind
(Bahasa Inggris untuk Asam-Pen) adalah berasal dari Bahasa Arab Tamr Hindi yang berarti “kurma dari
India” beberapa ahli herbal di masa awal peradaban menulis Tamar Indi, terjemahan Latin menggunakan Tamarindus dan Marcopolo menulis Tamarindi.
Di Kabupaten Kendal sendiri Asam Jawa di sekitar medio 80
an masih sangat banyak dijumpai di sepanjang Jalur Pantura mulai dari Weleri
hingga Kaliwungu, namun Asam Jawa menjadi hampir punah karena adanya penebangan yang dilakukan pemerntah
guna keperluan pelebaran jalan, sisa sisa pohon Asam yang ada di tahun 2013 ini
masih terlihat di sekitar Kaliwungu di pinggir jalan tepatnya di sebelah barat pertigaan Sekopek dideretan
penjual onderdil motor bekas.
Kepunahan Asam Jawa juga diikuti dengan hampir ludesnya
Pohon Cemara Angin yang dulu
berdampingan menghiasi jalan Sriagung dari Cepiring Hingga Kecamatan Gemuh
sekitar tahun 1980 jalan Sriagung menjadi favorit bagi warga untuk jalan jalan
pagi menghirup segarnya udara karena pepohonannya rapat dan indah terdiri dari
barisan hijau mudanya pohon Asam Jawa didampingi Hijau tua segarnya semilir
angin yang diciptakan lambaian surai daun Cemara , sungguh romantis jika
mengingat jaman itu, berbanding terbalik dengan nuansa sekarang dimana pohonnya
sudah campur aduk tak tertata lagi, konon menurut mantan Lurah Cepiring
Almarhum Mbah Sastro Atmojo , Cemara Angin dan Asam Jawa ini sudah ada sejak
dirinya kecil, berarti jaman Belanda mengingat saat beliau bercerita usianya
sudah sekitar 70 tahun di tahun 1988 an. Lurah yang menjabat sejak jaman Orde
lama hingga sekitar orde reformasi itu mengatakan bahwa Cemara dan Asam Jawa
ditanam Belanda selain untuk memperindah estetika /keindahan konon juga untuk
memperkuat Aspal yang dibuat oleh Belanda terutama di jalan Daendels/sekarang Jalan
Pantura, dan jalan pendukung pergerakan pasukan dan logistik seperti jalan
Sriagung, Jalan Patebon dan sekitarnya, namun khusus untuk jalan Pegandon mbah
Lurah mengatakan tanamannya adalah pohon Trembesi.
Saat ini tahun 2013, banyak terjadi modus penebangan
secara perlahan terhadap asam Jawa baik disengaja maupun tidak oleh orang tak
bertanggung jawab, caranya dengan membakar ranting kering ataupun jerami padi
yang sudah tak terpakai dibawah pohon Asam sehingga kelamaan daun Asam akan
jadi kering batangnya berongga dan mati, batang pohon yang mati itu secara
beramai ramai dijadikan kayu bakar , sebuah tindakan bodoh tanpa mengingat
sejarah dan lamanya pohon itu tumbuh besar dan berkembang.
Dibutuhkan sebuah langkah penyelamatan tersendiri dari
pemerintah untuk menyelamatkan kekayaan hayati tersebut, semoga kedepan anak
cucu kita masih bisa menyaksikan keindahan pepohonan tua itu, tak hanya
menyaksikan lewat flickr atau media internet dan buku sejarah.(Aryo Widiyanto
Jalan Sriagung 234 Cepiring Kendal Jawa Tengah 51352)tgl 21 februari 2013