Jumat, 26 Juni 2015

Buana Bakery Kendal



Buana Bakery



Menikmati tenangnya Kendal di malam hari


Pusat Kota Kabupaten Kendal yang terpusat di  Alun Alun depan kompleks perkantoran Pemda dan GOR Bahurekso senantiasa dinamis dan hidup di malam hari, berbagai kemeriahan seperti mainan anak berbagai macam tersedia, aneka makanan, minuman dan jajanan bertebaran, mulai nampak ada kesadaran bahwa berwisata tak harus mahal dan jauh , dekat rumah pun jadilah.

                Beberapa gerai perbelanjaan dan minimarket juga mulai sadar bahwa kebutuhan konsumennya tak hanya belanja, bayar dan pulang, kini mereka mulai menyediakan tempat hangout berupa sejumlah meja dan kursi didepannya, nuansanya sudah mulai semarak walaupun belum sebagus di film film Eropa atau seperti yang kita bayangkan adanya tempat nongkrong asyik dengan tenda payung dan kursi kayu sederhana namun menarik seperti di Paris atau di Italia, benar, cuaca Kendal agak panas untuk sekedar menikmati secangkir kopi di pinggir jalan di saat siang hari.

                Ada satu tempat di Kendal yang saya suka yaitu di Maura Bakery  Weleri dan Di Buana Bakery , walaupun dua tempat ini gak menyediakan kopi, tapi Roti dan Croissant nya mhhhh, enak !

Cobalah seperti saya malam ini, sembari menunggu istri mengantar anak belanja perlengkapan sekolah, daripaada bengong dan seperti orang tersesat di toko pakaian, saya ngacir ke Buana Bakery Kendal yang terletak didepan toko Emas SHS, atau timur toko sepatu Warna Agung, nyebrang dikit, sampe deh.

                Saya duduk di kursi yang disediakan didalamnya, aneka roti mulai menggoda, saya pilih Roti Pisang Coklat Keju, murah hanya Enam Ribu Rupiah, sebagai teman saya pilih Air Mineral karena gak ada kopi brow,

                Waitressnya ramah, suasananya enak, deretan berbagai roti diantaranya roti isi Daging Sapi, Roti Coklat, Keju dan isi Buah tersedia, harganya terjangkau, sembari menikmati makanan, saya perhatikan banyak wanita sibuk memesan berpuluh kardus berisi roti, ah ,ternyata untuk buah tangan pengganti nasi berkat saat selamatan, perkembangan jaman mulai menggerus makanan dalam “Besek” berganti menjadi roti dalam kardus.


                Melayangkan pandangan ada beberapa pemulung tua membawa gerobak mengais sampah, gelandangan tanpa pakaian melintas, lalu saya berpikir, ternyata negara kami belum semua warganya sejahtera.

                Above all, nyaman menikmati tenangnya Kendal di malam hari di Buana Bakery, hampir habis roti saya, tak lupa membayar ke Kasir, terimakasih atas malam yang menyenangkan..


               
               

Selasa, 16 Juni 2015

Vietnam, Kisah Kucing Untuk Pertanian Organik dan Tentang Hanoi Jam 2 Pagi



Vietnam

Kisah Kucing Untuk Pertanian Organik dan  tentang Hanoi jam 2 Pagi.
                                                                                                                                                                                                        

                Sore jam 5 saya menunggu seorang teman lama sebut saja dia Mrs Lily, dia baru saja pulang dari Hanoi Vietnam untuk sebuah pekerjaan, teman saya ini pemburu tulen, dan kami beberapa kali mengobrol tentang dinamika kerja yang dialaminya, bahasa kami mungkin jika ada yang mendengarkan terasa aneh, kadang Inggris, kadang Indonesia, kadang Jawa, dan kadang hanya isyarat.


                Dari Semarang dirinya menyetir sendiri Honda CRV hitam, simple sekali dandannya, hanya blue jeans dan Shirt putih, padahal saya tau prestasinya jauh lebih gemerlap, sederhana, humble, dan nyaris tak ada yang tau bahwa dia pernah jadi salah satu “orang” di kabupaten ini.

                Dua Jam menunggu, akhirnya sahabat ini datang, tanpa basa basi, dia mengulurkan oleh oleh yang dibawanya dari Hanoi, Ibukota negara Vietnam, tempat yang baru saja dikunjuginya dalam rangka tugas.

                “ This is special for you brow, sebuah topi tentara Vietnam yang unik, modelnya seperti topi tentara Jepang atau Korea Utara atau tentara Vietkong yang sering kita lihat di film Rambo I First  Blood lengkap dengan tanda Bintang Emas di depannya, lalu sebuah Poster, Propaganda Poster from 1966”  lalu dia pun bercerita bahwa sulit sekali mendapatkan majalah di Vietnam, karena pemerintahannya yang Komunis mengontrol ketat peredaran majalah dan media massa, poster untuk saya ini dibelinya dari sebuah toko yang bahkan tak semua warga Hanoi sendiri mengetahui, “Ada sopir taxi yang pintar bahasa Inggris dan respect pada turis asing, lalu dia yang menunjukkan toko itu, poster ini pasti cocok ma you yang suka barang kuno, antik, dan vintage” paparnya, hmmm, analisa yang tepat.

                Dia membawa dua poster , satu tentang propaganda jaman tahun 1966 yang menentang agresi Amerika, dan satu lagi yang bergambar himbauan dari pemerintah Vietnam untuk warganya agar memelihara kucing guna melindungi pertanian , tulisannya “Growth Cats for Save the fields” artinya kembang biakkan kucing untuk selamatkan pertanian, masuk akal, karena kucing makan tikus dan tentu saja mengurangi pemakaian Pestisida, dan tanpa disadari di tahun 1966 itu Vietnam sudah mulai mengembangkan pertanian berpola organik, pengembang biakan kucing ini mirip pengembang biakan Burung Hantu di Kendal Jawa Tengah beberapa tahun lalu yang kini sudah mulai dilupakan pemerintah.

                Vietnam menurut dia adalah tempat yang aman dan nyaman, pernah suatu ketika jam 2 pagi dia berjalan sendirian di tengah kota Hanoi, para sponsornya dari Australia sempat khawatir dan wanti wanti “ Come on , you are lady, this is new city for you “ kata para bule itu.

                Namun dasar naluri wanita satu ini benar benar kuat, dia jelajahi Hanoi di Pagi buta sendirian, “ Tau gak brow, kalo di Jakarta sepagi ini sendirian, gue gak jamin aman, tapi di Hanoi, percaya atau tidak, selama beberapa hari menjelajah, gak ada orang keleleran mabok atau preman di pinggir jalan, aman, clear” tuturnya.

Pariwisata di Hanoi dan sekitarnya juga mengagumkan, banyak peninggalan sejarah yang mendapatkan prioritas perawatan dan penanganan dari pemerintah, keamanan wisatawan terjamin, penduduk yang mampu mengolah potensi wisata dengan bimbingan intensif dari semacam dinas pariwisata  dan didukung oleh alam yang indah sehingga sungai pun di Hanoi bisa dijadikan objek wisata berperahu tradisional, hebat.

Hanoi dan Vietnam, sebuah kisah negara yang berkembang dan maju pelan tapi pasti dengan sebuah penataan sistem pertanian dan keamanan yang rapi, semoga di masa depan saya bisa mengunjungi negara ini, Thanks Mrs Lily, you bring a lot of knowledge untuk saya.


( Aryo Widiyanto, Penikmat Seni,  Traveller , Backpacker, Photograper, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com , twitter di @aryowidi , dan Jurnalis Serta Buruh Negara Yang  Punya  Facebook :Aryo Widiyanto.)

Jumat, 12 Juni 2015

Owabong Orchid

"Owabong Orchid"
Photo by
Aryo Widiyanto, Penikmat Wisata,  Traveller , Backpacker, Photograper, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com , twitter di @aryowidi , dan Jurnalis Serta Buruh Negara Yang  Punya  Facebook :Aryo Widiyanto

Kopi Jahe Panas, Getuk Hangat ,Kolam Dingin dan Kemilau Akik Di Owabong



   Kopi Jahe Panas, Getuk Hangat , Kolam Dingin dan Kemilau Akik di  Owabong.


                Mengunjungi Objek Wisata Air Desa Bojongsari (Owabong) di Purbalingga bersama rekan rekan sekerja yaitu Pak Misri dan kawan kawan Kamis 11/6  menambah satu lagi tempat bagus yang saya singgahi.

                Berangkat dari Jungsemi Kangkung Kendal sekitar jam 6 pagi lebih sedikit kami menumpang Bus Nusantara yang nyaman, dua kru Bus Kami, Pak Kumis dan asistennya yang berasal dari Kudus adalah orang yang ramah dan enak diajak diskusi, namun tetap profesional menjalankan tugasnya.

                Kami menikmati suasana pagi yang cerah melewati Jalur Pantura dari Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang via Randu Dongkal, Belik, Bobotsari,hingga tibalah di Owabong, jalanan yang asri dan hijau karena melewati dataran tinggi dan pegunungan di jalur antara Pemalang dan Purbalingga sangat indah, tanaman mulai dari Jati hingga Pinus terhampar di sepanjang lereng pegunungan yang biru dan berkabut, jalanan yang mulus aspal halus , membuat kami berdecak kagum.

                Tiba dilokasi , Bus diparkir disamping kanan Lokasi Wisata, sangat ramai saat itu karena bertepatan dengan jelang kenaikan kelas para pelajar, hawa dingin mulai menusuk, saya melepas jaket Green Army dan menggantungnya di Bus, sesaat mengisi perut dengan ayam goreng, kami lalu  menjelajah masuk ke dalam Owabong.

                Kesan bersih dan teratur nampak jelas,  ada beberapa tempat sampah besar dari bambu di sejumlah spot, begitu masuk pandangan kami tumpah pada sejumlah besar kolam dan arena bermain yang didominasi warna biru, nama kolam kolam itu juga enak didengar, seperti : Kolam Bebas Tsunami, sangat kreatif bukan?.

                Saya bukan type wisatawan yang suka air, so, saya hanya bercengkrama dengan dua sahabat setia yaitu Kamera Canon dan Nikon , mengikuti irama dari para rekan yang enjoy, terlihat Pak Misri , Pak Sulthon , Bu Jiyah, Bu Hanif , Bu Yuni dan Bu Fatin menikmati pijat refleksi air, Pak Suraya dan Pak Taryono cuci mata,  anak anak bermain seluncur dari ketinggian lebih dari 10 meter, di kolam sebelah ada arena gebuk gebukan memakai semacam balon yang dibungkus jadi berbentuk seperti Gada, ada juga air mancur , konon air disini adalah air alami yang berasal dari pegunungan , jadi tak ada bahan kimia apapun, dan yang lebih penting, airnya mengalir sehingga selalu bersih, benar bersih dan jernih.

                Usai puas berenang, para senior itu kemudian menikmati terapi ikan dimana mereka berendam dan kaki serta tubuh mereka dikecupi ratusan ikan kecil yang konon membersihkan kulit manusia, setelah itu berendam di air hangat yang memancur dan mengalir dengan hanya membayar Sepuluh ribu rupiah, apa yang bisa saya potret ? nothing.

 Lalu saya memanjat tangga ke resto yang ada di lantai dua, memesan Kopi Jahe dengan Gula Merah khas Purbalingga, menyesapnya dengan ditemani sigaret, melihat pemandangan dari atas memang beda, ada venue Gokart dan mobil Bungy di sebelah kiri bawah resto ini, mau naik satu putaran bayar Empat Puluh Ribu untuk Gokart dan Limapuluh Ribu untuk Bungy, kemudian saya menyesap kopi dan menoleh ke kolam , jelas terlihat banyak sekali para wanita yang tadinya tak terlihat kini jelas nampak, banyak typikal wanita dataran tinggi, kulit agak kemerahan , body serupa Kate Winslett, wajah manis khas Jawa, wow, ternyata efek Kopi ini membuat mata saya lebih jernih dan jeli.




Aktifitas selanjutnya adalah menonton Bioskop 4 Dimensi di Theater sebelah selatan kolam, masuk membayar Rp 20 Ribu, sampai didalam memakai kacamata hitam, diputarkan film , dan terdengarlah jeritan para pemirsanya karena mereka mengira Ular dan Hiu yang ada di layar itu mau mencaplok mereka, sesi kedua film tentang Roller Coaster yang juga membuat jeritan semakin kencang, semua tegang kecuali Bu Jiyah yang melepas googlenya dan tersenyum geli melihat kanan kirinya pada heboh beteriak.

Diakui, para perancang Owabong ini hebat dan berjiwa bisnis tinggi, pintu tempat kami dan para pelancong lain keluar dari lokasi wisata dirancang melewati taman burung dan ikan dimana berbagai species seperti Oriolus Chinensis alias Kepodang yang berbulu kuning nan indah jinak berkicau, Ikan besar, dan aneka parkit berada dilanjut masuk ke Pusat Jajanan dan Oleh Oleh, dimana ada banyak sekali Souvenir mulai dari Shirt, Kacamata, hingga Akik yang kemilau berharga lebih murah dibanding harga diluaran mulai dari  bentuk lempengan bahan berupa batu jenis “Klawing” atau Pancawarna  dan yang sudah jadi cincin semua komplit tersedia, namun untuk urusan Getuk Goreng saya lebih percaya ke Warungnya Bu Endah yang ada di depan parkiran Bus, karena cara menggorengnya yang bersih dan minyaknya berkualitas.

Puas di Owabong, kami beranjak pulang kembali ke rumah, sebuah pelajaran berharga dari Owabong adalah, siapapun pemilik lokasi wisata itu jika perorangan dia kaya raya, tapi jika itu Pemerintah Daerah, percayalah berarti mereka punya Pemda dan Dinas Pariwisata yang cerdas sehingga mampu mengolah sebuah potensi alam berupa suasana nyaman dan air yang melimpah hingga menjadi sebuah objek wisata yang mampu mengeruk ribuan pengunjung, kapan Jawa Tengah punya satu objek wisata dengan manajemen dan kreatifitas serupa Owabong ini di tiap kabupatennya?.