Senin, 27 Desember 2010


Danrem 073/Kolonel Inf Sakkan Tampubolon

“ Ciptakan ide brillian dalam melaksanakan tugas sebagai Danramil”


“ Komandan Rayon Militer (Danramil) sebagai pemimpin di tingkat Kecamatan mempunyai tugas sangat penting karena langsung berinteraksi dengan masyarakat, oleh karena itu diharapkan kedepan Danramil mampu menciptakan ide brilian dalam melaksanakan tugasnya, dengan ide dan inovasi maka tugas menjadi lebih mudah dan keberadaan Koramil sebagai bagian dari gelar postur pertahanan TNI akan semakin dicintai masyarakat” tegas Danrem 073/Makuratama Kolonel Inf Sakkan Tampubolon saat memberikan pembekalan kepada peserta Apel Danramil seluruh Jajaran Korem 073/MKT bertempat di Aula PTP IX Selokaton Kecamatan Sukorejo Kendal.
Dalam acara yang diikuti 148 Danramil dan Pasiter dari seluruh Korem 073/Mkt serta Kodim 0733/BS bermaterikan Jam Komandan dari Danrem, Ceramah penanggulangan Terorisme di wilayah Jateng oleh Kapolres Kendal, Manfaat Gar TMMD Reg dan Sengkuyung dalam pembangunan oleh Kabapermas Pemprov Jateng, Gar Komsos Dalam membangun system pertahanan daerah oleh Dandim 0720/Rembang, Kultum oleh Kabintal Rem 073/Mkt, Diskusi tentang penyelenggaraan Binsat di Koramil oleh Dandim 0718/Pati, Apel malam oleh Kasiterrem 073/Mkt, Ceramah tentang kepemimpinan oleh Dandim 0716/Demak, Gar Binsat dan Binter oleh Dandim 0722/Kudus, Penyelenggaraan Binter di Koramil oleh Dandim 0714/Salatiga dan evaluasi pelaksanaan kegiatan oleh Kasiterrem 073/Mkt.
“ Apel Danramil ini merupakan penjabaran dari Apel Danrem dan Apel Dandim se Indonesia beberapa waktu lalu, intinya adalah untuk saling bertukar info terkini, menyamakan persepsi dalam tugas, evaluasi dan petunjuk program kerja 2011, menimbulkan integrasi sesama Danramil dan sekaligus mendorong terciptanya ide dan gagasan baru yang cerdas dalam menjalankan tugas kedepan” tambah Danrem didampingi Dandim 0715/Kendal Letkol Inf Erwin Rustiawan ketika diwawancarai oleh reporter majalah ini di Lobi PTP IX.
Kapolres Kendal AKBP Agus Suryo Nugroho memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini, “ Apel Danramil yang diselenggarakan Korem 073/Makuratama di Selokaton Kendal ini memberikan pencerahan baik kepada para Danramil maupun Pasiter sekaligus mempererat kemitraan dengan Polri dalam hal ini Polres Kendal yang diberi amanah memberikan ceramah mengenai penangggulangan teroris, sebagaimana kita tahu bahwa teroris adalah musuh bersama bangsa ini, jika TNI, Polri dan Masyarakat bersatu maka tentu akan semakin memperkuat kondusifitas dan kesolidan pertahanan keamanan di Wilayah “ Tandas Kapolres.(Aryo Widiyanto)

Memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia

“ Kejari Kendal Sidik dan Tuntut 5 Perkara Korupsi di Kendal”



Genderang perang terhadap Korupsi nampaknya terus digemakan oleh jajaran Kejaksaan Negeri Kendal , saat memberikan amanat dalam Upacara memperingati Hari Anti Korupsi sedunia yang diselenggarakan secara sederhana di halaman kantor Kejari Kendal Kamis 9 Desember 2010 Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Jaya Kesuma SH. M.Hum menandaskan bahwa perjuangan untuk memberantas korupsi tidak boleh berhenti karena korupsi tidak hanya merugikan pemerintah tapi lebih dari itu korupsi pada hakekatnya merugikan rakyat, dana yang seharusnya bisa digunakan untuk kemajuan bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan oleh segelintir oknum malah diselewengkan untuk kepentingan pribadi.
“ Tahun ini Kejari Kendal melaksanakan 5 Penyidikan dan 5 penuntutan terhadap kasus korupsi di Kabupaten ini, diantaranya Kasus Terminal Kayu Terpadu/TKT dengan berkas dari Mabes Polri, Kasus PNPM, Yanarti DPRD, Pelabuhan , Pengadaan Mobil BPR Kendali Artha dan Bansos Rowosari” papar Kajari di ruang kerjanya ketika ditemui reporter majalah ini.
Dari sejumlah kasus itu Kejari melimpahkan tiga berkas perkara korupsi itu ke Pengadilan Negeri Kendal Kamis 16/12, diantara perkara itu adalah kasus dugaan korupsi PNPM Mandiri sejahtera Kecamatan Gemuh dengan tersangka Budi Setiawan (33) Warga Desa Krompaan Gemuh dan Qodhi Nasrudin (31) warga Pamriyan Gemuh.
Sementara satu berkas perkara lain adalah kasus dugaan korupsi pembebasan lahan pelabuhan Kendal yang berada di Wonorejo Kecamatan Kaliwungu tahun 2003-2004 dengan tersangka Ir Samsu Hidayat M.Si mantan Kepala DPU Pemkab Kendal.
“Harapan kedepan Kejari Kendal akan menggandeng masyarakat dan aparat terkait melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan keuangan di daerah, sehingga imbasnya nanti akan menekan tingkat tindak pidana korupsi serendah mungkin” tandas Jaya Kesuma
Orang nomer satu di Jajaran Kejaksaan Kendal ini juga menghimbau kepada internalnya untuk selalu berpola hidup sederhana sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat, “ Mari berbenah diri untuk meningkatkan citra kejaksaan di mata masyarakat, hindari praktik penegakan hukum yang tercela sehingga pada akhirnya mewujudkan harapan dan kepercayaan masyarakat” harap Kajari.
Selain hal tersebut diatas, Kajari juga mengatakan bahwa saat ini Kejari Kendal memprogramkan peningkatan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan dan pembekalan kepada para penyidik dan jaksa yang materinya disesuaikan dengan topic dan modus perkembangan jaman seperti Informasi dan Tekhnologi (IT), Cyber crime, transaksi on ljne dan sejenisnya yang kini sedang marak di masyarakat .(Aryo Widiyanto)

Bupati Kendal : “Saya ingin angkat Citra Positif LSM”

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai sebuah organisasi yang berfungsi sebagai wahana kontrol sosial, kritisi, dan pemberi masukan kepada penyelenggara pemerintahan di semua bidang, pada awalnya sering dianggap batu sandungan dan bahkan dipandang sebelah mata alias diremehkan, namun seiring perkembangan jaman akhirnya keberadaan LSM menjadi diakui dan dibutuhkan karena para aktivisnya, diakui atau tidak , telah berhasil mengawal beberapa kasus besar di negeri ini hingga memperoleh kejelasan status hukumnya.
Di Kabupaten Kendal sendiri terdapat lebih dari seratus LSM dan tercatat masih aktif melakukan berbagai pendampingan dan pemantauan mandiri dalam berbagai bidang, untuk mempererat tali persaudaraan , mengakrabkan dan menyatukan visi dan misi dalam beraneka perbedaan, para aktivis LSM dan Ormas mengadakan acara bertajuk “Silaturahmi LSM dan Ormas” bertempat di Aula Mapolres Kendal Rabu 23/12 dihadiri oleh Bupati Kendal Dokter Widya Kandi Susanti MM, Kapolres Kendal Drs Agus Suryo Nugroho SH, Dandim 0715/Kendal, dan Kajari Kendal
Dalam kesempatan itu, Dokter Hj widya Kandi Susanti MM selaku pembicara mengungkapkan rasa bangganya bahwa aktivis LSM dan Ormas di wilayahnya mempunyai ide brilian mengadakan forum silaturahmi seperti ini, Bupati juga mengungkapkan keinginannya untuk mengangkat citra positif LSM melalui berbagai kegiatan pendampingan ditengah masyarakat dalam format kemitraan dengan Pemkab seperti pemantauan pajak PBB, pendampingan bidang pariwisata, pembangunan, kesenian, olahraga dan lingkungan hidup sesuai tugas pokok dan fungsi LSM.
“ Kemitraan ini bukan untuk mengekang kebebasan berekspresi dan kontrol sosial LSM tapi lebih sebagai bentuk bahwa kami menghargai para aktivis, saya ingin mengangkat citra Positif LSM melalui berbagai kegiatan yang kedepan akan menciptakan iklim kondusif di Kendal, jika situasi sudah kondusif maka tentu para investor akan nyaman menjalankan roda investasinya di Kendal” Tutur Widya dihadapan puluhan hadirin , Bupati juga menambahkan bahwa saat ini Kendal sedang gencar menarik investor diantaranya untuk proyek Pelabuhan Kendal, Terminal Kayu Terpadu (TKT), dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta yang paling fenomenal adalah Pembangkit Lisrik Tenaga Uap {PLTU) yang konon akan mampu menyerap 3000 tenaga kerja dan Memorandum Of Understanding (MOU) atau penandatanganan Akta Perjanjian Kerjanya dilakukan di New Delhi India bersamaan dengan saat HUT Proklamasi India dimana dalam acara itu Presiden SBY akan menanda tangani berbagai proyek kerjasama antara Indonesia dan India, salah satunya Bupati Kendal juga akan menandatangani MOU dengan perusahaan investor PLTU disaksikan Presiden SBY dan Presiden India.
“ Kultur masyarakat yang agamis didukung oleh pemerintahan yang bersih dan LSM yang kompeten dan kapabel, saya yakin akan mampu membuat Kendal maju di masa datang, mengingat semua Investor membutuhkan situasi kondusif maka disinilah LSM akan memegang peran penting karena merekalah yang mempunyai akses di Masyarakat” sambung Bupati yang dalam acara itu mengenakan baju warna maroon.
Sementara Kapolres Kendal yang memberikan pembekalan dalam tajuk “ Peran Kamtibmas dalam kehidupan masyarakat” mengungkapkan bahwa langkah Buapti memberdayakan aktivis dalam format kemitraan dengan Pemkab patut diapresiasi tinggi karena selain mengoptimalkan potensi anak bangsa juga kedepan akan tercipta hubungan yang baik sehingga iklim kondusif yang diharapkan akan tercapai, “ Jika ingin kuat harus bersatu dan jika bersatu pasti akan kuat” tandas Kapolres.
Dalam konteks Kamtibmas sesuai materi yang diberikan, Kapolres mengungkapkan bahwa saat ini Polres Kendal telah melaunching Sitem Komunikasi masyarakat dan Sistem Pengendalian dan Operasi Patroli Pelayanan Masyarakat (SPPOPPM} dimana system itu merupakan proyek pertama /Pilot Project di Jawa Tengah, sekitar 5000 nomer perdana khusus dan ratusan Telepon Genggam dibagikan kepada para Kepala Desa, Perangkat Desa dan tokoh masyarakat dimana nomer dan HP itu dirancang terkoneksi langsung dengan system pengendali di Polres akan memantau semua kejadian di masyarakat , begitu masyarakat melaporkan ada sebuah kejadian misalnya kecelakaan atau kriminalitas maka system pengendali akan langsung merespon dengan memerintahkan mobil patroli milik Dalmas,Reserse, Polsek atau Satlantas untuk mendatangi lokasi sehingga dalam hitungan menit polisi sudah berada di TKP dan menangani moment tersebut.
Dalam hal kemitraan, langkah Polres adalah mengadakan konsolidasi dengan Kecamatan dan desa melalui Bintara Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat( Babinkamtibmas) secara rutin dan berkala sehingga situasi dan kondisi senantiasa terpantau kondusifitasnya.
Sikat Habis Penyakit Masyarakat
Untuk Penyakit masyarakat Kapolres menegaskan bahwa jajarannya tidak akan memberi toleransi “ Semua penyakit masyarakat seperti Perjudian dan Minuman keras akan kami gilas dan Sikat Habis, bahkan jika ada satu korban saja di wilayah hukum Kendal akibat dari minum Miras, maka tidak saja penjualnya saya gulung tapi Kapolsek juga akan saya Sel sebagai betuk sanksi atas kelalaian memantau dan mengamankan wilayahnya” Tegas Kapolres disambut tepuk tangan dari peserta.
Dalam sesi berikutnya Kepala Kesbangpolinmas Pemkab Kendal Sigit Priyono SH memberikan materi mengenai Fungsi LSM dalam Dinamika Masyarakat memaparkan bahwa legalitas LSM/Ormas di Negara Kesatuan Republik Indonesia diatur dalam UU no 8 tahun 1985 dan Permendagri no 5/1986 dimana disebutkan bahwa LSM dan Ormas adalah wadah untuk menyalurkan pendapat dan pikiran guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur, Kakesbang juga menghimbau bagi LSM yang belum mendaftarkan legalitasnya kepada pemerintah dalam hal ini Kesbangpolinmas
Khumaedi dari LSM MPPH dan R. Unggul MM dari LSM KPK jateng selaku perwakilan para aktivis mengatakan bahwa pihaknya berterimakasih atas difasilitasinya pertemuan antara Muspida dengan LSM di Mapolres ini, “ Ini sebagai awal perekat antara kami dengan segenap penyelenggara pemerintahan, semoga kedepan situasi kondusif akan tercipta di Kendal dengan menyatunya semua elemen masyarakat dengan pemerintah” kata Khumaedi yang juga sebagai ketua panitia Forum silaturahmi ini.( Aryo/Eli /Oki)

Minggu, 19 Desember 2010


Kapolres: “ Sikat Habis Penyakit Masyarakat”

Menurut beberapa penelitian dan studi yang dilakukan oleh para ahli bahwa Miras adalah minuman yang mengandung alcohol yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani dan rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyarakat sekitar (Wresniwiro, 1996) Alkohol merupakan Zat Psikoaktif yang bersifat adiksi atau adiktif(mencandu), Zat Psiko aktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang, sedangkan adiksi atau adiktif adalah suatu bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan ketergantungan atau kecanduan(Apriansyah,2008)
Penelitian lain dilakukan oleh Adisukarto (dalam Purnomowardani dan Koentjoro, 2000) yang mengemukakan bahwa sebagian besar korban penyalahgunaan Narkotika dan Minuman Keras adalah remaja yang terbagi dalam golongan umur 14-16 tahun (47.7%); golongan umur 17-20 tahun (51,3) golongan umur 21-24 tahun (31%)
Tinjauan dari tingkat pendidikan dan latar belakan status ekonomi keluarga, berdasarkan hasil survey Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) Polri memperlihatkan bahwa pemakai Narkotika dan Minuman Keras di Indonesia secara nasional terbanyak dari golongan pelajar, baik dari SLTP. SLTA maupun mahasiswa yang jumlahnya mencapai 70 % sedangkan yang lulusan SD hanya 30%. Sementara efek dari Minuman keras yang mengkhawatirkan adalah terwujud dalam bentuk kenakalan remaja, perkelahian, munculnya Geng remaja, perbuatan asusila, maraknya premanisme yang berimbas pada meningkatnya angka kriminalitas.

Mengingat imbas yang bisa merusak kehidupan generasi muda maka genderang perang terhadap semua penyakit masyarakat terutama Minuman Keras , judi dan Narkoba nampaknya terus ditabuh oleh jajaran Polres Kendal, setelah bulan lalu puluhan penjudi dan pengedar narkoba dibekuk , kini giliran para penjual Minuman Keras/Miras, digaruk oleh Polres.
Kapolres Kendal AKBP Agus Suryo Nugroho SH menandaskan bahwa perang terhadap Penyakit Masyarakat terutama Miras adalah wajib hukumnya, sebuah langkah kongkret segera dilakukan oleh Kepolisian Resort Kendal, bertempat di Halaman Mapolres Senin 29 November 2010, Kapolres gelar barang bukti berupa sekitar 2000 botol berisi minuman keras dari berbagai Merk dalam dan luar negeri yang disita dari lima orang penjual dalam Operasi Pekat Candi 2010 .

“ Operasi Pekat Candi yang digelar mulai tanggal 8 hingga 28 November 2010 dalam rangka program 100 hari Kapolri, kami akan sikat habis segala jenis penyakit masyarakat agar tidak mengganggu kondusifitas Kendal” Tegas Kapolres.
AKBP Agus Suryo menambahkan, untuk mengantisipasi semakin maraknya peredaran Miras, Polisi akan menutup akses keluar masuk miras di wilayah Kendal, warga yang tak punya ijin menjual miras atau terbukti mengedarkan miras lebih dari ketentuan Perda, akan ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku.
Gilas Preman
Menindak lanjuti pemberantasan Miras dan Pekat, dalam operasi itu Polres juga mengamankan 65 Preman yang diduga sering meresahkan masyarakat, ikut terjaring juga sekitar 15 anak sekolah yang keluyuran membolos pada saat jam pelajaran sekolah serta 46 anak Jalanan atau yang beken disebut “Anak Punk”.
“Untuk anak sekolah yang membolos dan anak jalanan yang berkeliaran dijalan kami upayakan untuk memberikan bimbingan dengan bekerjasama dengan instansi terkait, untuk Preman tetap kami adakan pengawasan intensif agar terpantau dan terdeteksi jika suatu saat ada kejadian tak diinginkan yang melibatkan preman tersebut, dan untuk Miras baik kemasan maupun oplosan langsung kami musnahkan” Tegas Kapolres.

Orang nomer satu di jajaran Polres Kendal itu menambahkan bahwa dilaksanakannya operasi penyakit masyarakat secara rutin tersebut mengandung tujuan agar kedepan diharapkan kasus kejahatan yang disebabkan oleh pengaruh miras bisa direduksi, mengingat Kendal adalah daerah yang paling bersih dari kasus kematian akibat minuman keras. ( Aryo/Eli/Oki)

Kepala DPPKD Alex Supriyono SH. MM


Pajak Adalah Untuk Masyarakat”


Ditengah isu hangat tentang segelintir pejabat pusat yang sedang bermasalah hukum menyangkut perpajakan nampaknya hal tersebut tidak mempengaruhi kinerja Dinas Pendapatan Pajak dan Keuangan Daerah (DPPKD) yang dipimpin oleh Bapak Alex Supriyono SH.MM, Pria pehobi Jeep Hardtop dan Motor Trail yang akrab disapa Pak Alex ini terlihat sumringah ketika Aryo Widiyanto reporter majalah Bhara Mitra Bahurekso (BMB) Polres Kendal menemui di kantor tempatnya bertugas untuk wawancara, didampingi oleh Drs Aral Purnomo Wahyu M.Si sebagai Kabid Pendapatan di DPPKD Kendal perbincangan antara BMB dengan Alex Supriyono (AS) berlangsung hangat dan bernuansa persahabatan.

BMB : Selamat Pagi Pak Alex, mohon ijin kami dari majalah BMB jika diperkenankan akan mengadakan wawancara dengan Bapak .


AS : Silahkan Mas, kami senang dan turut mengucapkan selamat serta sukses atas terbitnya majalah BMB Polres Kendal, saya lihat isinya cukup berbobot dan tampilannya keren, dengar dengar redakturnya dari majalah Lifestyle ya ? (Sambil tersenyum)


BMB : Terimakasih atas apresiasinya Pak Alex, langsung saja kita mulai wawancaranya, sebenarnya untuk apa sih masyarakat membayar pajak ?

AS: Sebagaimana diketahui bahwa secara hakiki, pajak sebenarnya adalah juga digunakan untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat diantaranya untuk membangun infra struktur jalan , Infra struktur pengairan, irigasi pertanian dan berbagai hajat hidup masyarakat semua itu bersumber dari pendapatan pajak yang berasal dari masyarakat ,



BMB : Bagaimana pembagian hasil pendapatan pajak semisal Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) antara pemerintah Pusat dan pemerintah kabupaten?


AS : Berdasarkan UU no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dimana pembagian hasil pendapatan pajak yaitu Pemerintah Pusat sebesar 10%, Pemerintah Provinsi 16,2% Pemerintah Kabupaten 64,8% dan 9 % untuk biaya pemungutan maka Kendal sebagai Kabupaten yang disiplin dan telah lunas membayar Pajak Bumi dan Bangunan berhak mendapat 64,8 % bagian tersebut dan langsung masuk ke APBD yang berarti menambah pemasukan untuk keuangan daerah.jika APBD bertambah maka tentu saja pembangunan akan bisa dilaksanakan dengan baik dan imbasnya masyarakat yang akan menikmati


BMB : Di era kepemimpinan Bupati Kendal dokter Widya Kandi Susanti dan Pak Alex sebagai Kepala DPPKD , terobosan apa sih yang dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan pajak misalnya Pajak Bumi dan Bangunan(PBB) ?

AS : Sesuai arahan Ibu Bupati, masih berdasarkan UU no 33 tentang Perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Pasal 12 dimana disebutkan bahwa setiap Kabupaten atau Kota , jika melunasi PBB maka akan mendapat hadiah atau insentif yang sumbernya dari bagian Pemerintah Pusat yang 10% tadi , Kendal adalah Kabupaten yang selama tiga tahun berturut turut melunasi PBB, maka kami sebagai penyelenggara pemerintahan berupaya membuat terobosan baru yaitu insentif atau hadiah dari Pemerintah pusat itu kami gunakan untuk membeli 37 Sepeda Motor (SPM) merk Honda untuk para pegawai pengawas penarik pajak di DPPKD guna peningkatan intensifikasi pendapatan PBB diseluruh kelurahan mengingat wilayah Kendal yang luas dan jarak antar desa saling berjauhan ,pengadaan motor itu bertujuan untuk mempermudah mobilitas dan meningkatkan kinerja petugas pajak dari kantor kami ,selain itu kami juga mengadakan sejumlah komputer untuk staf Kantor DPPKD agar semua data yang masuk bisa termanajemen, terorganisasi dan terdata dengan baik

BMB : Kendala yang dihadapi selama ini untuk penarikan PBB apa Pak?

AS : Selama ini pemungutan PBB ditingkat desa dilakukan oleh perangkat desa, sementara Koordinator Desa adalah Kades, Koordinator Kelurahan yaitu Lurah dan Koordinator kecamatan adalah Camat, Kendalanya adalah jaman dulu terkadang masih ada oknum perangkat desa yang “nakal”terlambat menyetorkan uang PBB ke koordinatornya, dengan berbagai alasan. Sehingga keterlambatan itu otomatis juga akan mempengaruhi hasil penerimaan PBB di DPPKD.

BMB : Pemecahan masalah tersebut?

AS : Tahun ini kami mengambil langkah tegas untuk memberikan shock therapy bagi oknum yang menyelewengkan atau tidak menyetorkan uang PBB dari masyarakat , maka kami tak akan segan untuk melakukan proses hukum terhadap pelakunya.

BMB : Proses Hukum dalam arti?

AS : Artinya, uang Pajak Bumi dan Bangunan tersebut jika terbukti diselewengkan atau digelapkan oleh segelintir oknum maka DPPKD menempuh jalur hukum dimana tentu saja akan melibatkan unsur penegakan hukum negara seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan

BMB : Apakah tahun ini sudah ada oknum yang dilaporkan ke penegak hukum terkait penyelewengan dan penggelapan pajak Pak?

AS : Sementara belum ada dan kami yakin para perangkat desa di Kendal adalah para pamong praja yang jujur, amanah dan terpercaya.

BMB : Tujuan dari langkah hukum tersebut ?

AS : Tujuannya adalah menanamkan disiplin dan kesadaran bahwa dengan menggelapkan pajak berarti oknum itu sedang berupaya menghambat kemajuan diberbagai bidang yang berarti masyarakat juga dirugikan oleh ulah tak bertanggung jawab tersebut.

BMB : Langkah apa saja yang dilakukan DPPKD untuk menyentuh hati masyarakat dalam hal perpajakan?

AS : kami berupaya mensosialisasikan himbauan membayar pajak kepada masyarakat melalui media cetak baik itu Koran maupun majalah serta siaran Radio melaui radio Swara Kendal milik Pemkab secara rutin dan berkala.

BMB : Pesan Bapak untuk warga Kendal?

AS : Kami seluruh aparatur DPPKD hanya berpesan agar masyarakat Kendal taat membayar pajak,karena pajak adalah untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat, warga Kendal sejak dulu terkenal disiplin dan taat membayar pajak, mari kita pertahankan citra positif tersebut

BMB : Terimakasih Pak Alex atas wawancaranya…

AS : Sama sama Mas, semoga kemitraan antara kita senantiasa terjaga

Kamis, 25 November 2010

Rabu, 24 November 2010


Sapi Bantuan Mati, Peternak Protes
Kendal,-
Gara gara Sapi dari program bantuan Pemda Kendal kepada Kelompok tani (Klomtan) “Cokroaminoto” di Desa Jotang ada yang mati akibat penyakit “ Dhingkelen” atau tak bisa jalan, petani yang tergabung dalam Klomtan tersebut protes.
Kepada Wartawan yang diundang untuk menyaksikan penguburan Sapi tersebut, Sutrisno (30) dan Solikhin (45) ketua dan penasehat kelompok tersebut mengatakan bahwa seharusnya Dinas peternakan mengambil inisiatif gerak cepat, artinya sebelum lebaran ketika Sapi masih hidup pihaknya pernah mengusulkan agar Sapi yang terkena penyakit itu disembelih dengan maksud agar ketika mati, binatang itu tidak merepotkan Klomtan untuk menguburkannya,namun menurut Solikin pihak Dinas Peternakan bertahan tidak memperbolehkan Sapi itu dipotong, seakan Sapi memang dibiarkan agar mati, “ Penguburan Sapi itu tidak gratis, kami harus menyewa penggali kubur, belum lagi bau Sapi mati dengan berat lebih dari satu kuintal kan menyengat dan mengganggu kesehatan warga” tutur mereka dirumahnya.
Mereka menambahkan , jika ada Sapi bantuan yang mati berarti kerugian tidak hanya diderita oleh Pemkab tapi petani yang lebih merasakan dampaknya, “ Petani sudah rugi mencarikan pakan selama satu tahun, tenaga yang dikeluarkan petani seakan tidak ada harganya.” Tandas Solikhin.
Solikhin menambahkan bahwa pihaknya merasa agak kurang nyaman dengan situasi yang dihadapi sekarang ini, pihaknya mempertimbangkan untuk mengembalikan sapi-sapi bantuan tersebut jika kinerja Dinas Peternakan tidak kunjung memberikan kepuasan kepada Kelompok Tani.
Abu Somad dan KH Nurkhamid dari Aliansi LSM Besi Merah Putih Kabupaten Kendal merasa prihatin dengan kejadian tersebut, menurut para aktivis yang terkenal vokal dan kritis terhadap kinerja pemerintah itu, seharusnya Dinas Peternakan Kendal lebih memperhatikan keluhan petani sehingga kejadian seperti protes terhadap sapi bantuan yang mati ini kedepan tidak terulang kembali, “ Yang dibutuhkan adalah koordinasi dan saling memahami antara petani dan pemerintah “ Tandas Somad dan Kyai Khamid.
Drh. Khumaedi Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kendal ketika coba dikonfirmasi melalui SMS hanya menjawab singkat “ Trims atas infonya” sebuah jawaban pendek yang tidak menyelesaikan masalah, atau malah karena tidak tahu permasalahan yang dihadapi instansinya, memang seharusnya Bupati Kendal bergerak cepat membenahi kinerja anak buahnya. ( Aryo Widiyanto)

Dandim 0715/Kendal Yasinan di semua Koramil.

Ada nuansa religius yang kental ketika wartawan GD Wilayah Kendal memasuki Musholla Koramil Cepiring Kodim 0715/Kendal siang itu Kamis 28/10, puluhan tentara berseragam loreng tampak antri berwudhu sementara yang lain masuk ke Mushola dan bergegas mengambil kitab Yasin dan Al Qur’an, tertib dan rapi para Benteng Terakhir bangsa itu bersila duduk segaris dengan tembok bangunan kecil tersebut.
Tampak seorang Perwira berpangkat melati dua menempatkan diri di depan para tentara itu, rupanya pria tersebut adalah Dandim 0715/Kendal Letkol Inf Erwin Rustiawan yang sedang mengadakan pengajian Yasinan bersama dengan jajaran Koramil 05 Cepiring.
“ Kegiatan yasinan ini kami upayakan rutin diadakan di setiap Koramil, tujuannya agar semua anggota diberi keselamatan, kemudahan dan keberkahan dalam bertugas oleh Allah SWT, setelah Yasinan saya sempatkan untuk berbincang ringan dengan anggota, menanyakan segala sesuatunya mulai dari tugasnya sebagai aparatur teritotial, kendala yang dihadapi, kesulitannya apa saja, bagaimana dengan kehidupannya dalam berkeluarga dan bermasyarakat apakah senantiasa harmonis dan menunjang dalam tugas, semuanya kami bicarakan face to face tatap muka, dalam suasana kekeluargaan, saya junjung tinggi hirarki dan karena saya pimpinan maka hati saya harus tetap dekat dengan anggota” tandas Dandim
Suasana dalam acara itu memang guyub rukun, penuh keakraban, dengan suguhan makanan kecil ringan seperti kacang goreng, sale pisang, onde-onde dan Nogosari serta teh hangat yang menjadi teman ngobrol maka seakan pertemuan itu adalah pertemuan antara Bapak dengan anaknya, beberapa persoalan seperti upaya mewaspadai tanggul kali Bodri yang rawan jebol, peran serta anggota Koramil dalam berbagai kegiatan masyarakat serta harapan Masyarakat terhadap Babinsa, semua dikemas dalam pembicaraan yang ringan namun berisi.
Kopka Edi Winarto, anggota Koramil Cepiring ketika dimintai komentarnya tentang kegiatan yasinan itu mengatakan bahwa dirinya merasakan manfaat positif, pertama dari segi batin, timbul ketenangan setelah membaca ayat suci tersebut, hati jadi tenteram dan tak mudah emosi, kedua dari segi kedinasan, ketika bertatap muka dengan Dandim dalam suasana kekeluargaan menjadikan semangat dan motivasi untuk bertugas lebih semangat dan meningkatkan kinerja, “ Malu kalau sudah diberi wejangan oleh Bapak Dandim tapi masih tetap semenjana dalam bertugas” kata Kopka Edi yang hobi membaca ini kepada GD. (Aryo Widiyanto)

Kodim 0715/Kendal Tanam 1500 pohon Trembesi dan Jati.
Fenomena pemanasan global (Global Warming) dan wacana mengenai Lingkungan yang hijau nampaknya menginspirasi jajaran TNI AD untuk gencar melakukan penghijauan di daerah tempatnya bertugas.
Ditingkat Kabupaten, Aparatur Kodim 0715/Kendal secara bertahap dan terjadwal selama tiga bulan terakhir ini giat melakukan penanaman pohon peneduh di seluruh Koramil di 20 Kecamatan di Kabupaten tersebut.
“Sesuai instruksi dari Bapak Presiden Republik Indonesia dan Bapak Pangdam IV/Diponegoro mengenai penghijauan dan penanaman pohon, Kami menanam tak kurang dari 1500 pohon peneduh jenis Jati dan Trembesi, untuk pohon Jati sudah kami sebar di wilayah atas , yaitu Kecamatan Sukorejo, Pageruyung dan sekitarnya dengan tujuan jika sudah saatnya nanti, Pohon Jati tersebut bisa dipanen dan dimanfaatkan oleh warga , sementara untuk pohon Trembesi, kami arahkan penanamannya di daerah bawah yaitu Kecamatan Kendal Kota, Kaliwungu, Cepiring dan sejalurnya. Dikandung maksud karena Trembesi adalah pohon dengan kemampuan menyerap Karbondioksida terbesar dibanding pohon lain jadi jika ditempatkan di daerah bawah yang notabene merupakan jalur Pantura dengan tingkat polusi diambang rata rata maka diharapkan keberadaan Trembesi ini mampu mengurangi dampak polusi akibat asap mobil yang mengandung C02” Papar Dandim Kendal Letkol Inf Erwin Rustriawan didampingi Kasdim Mayor Inf Sasono Hariyadi.
Untuk bibit Jati, Kodim bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Pertanian Pemkab Kendal dan Perhutani Kendal, sementara untuk bibit Trembesi , Kodim mendapatkan bibitnya dengan cara membeli dari Madiun Jawa Timur uniknya Dandim sampai harus menugaskan Danramil Patean Kapten Inf Hadi Purnomo dan Koordinator Penghijauan Kapten Inf Harmanto ke Madiun demi memperoleh bibit Trembesi karena di daerah Jawa Tengah sudah jarang terdapat penjual biji pohon tersebut. Satu kilo bibit Trembesi dengan tekhnik penanaman yang sesuai bisa menghasilkan sekitar 700 bibit siap tanam , untuk lahan pembibitan hingga siap ditanam lokasinya adalah di lahan kosong disebelah Koramil kota,
Trembesi (Albizia Saman sinonim dengan Samanea Saman) mempunyai beberapa nama baik secara domestic maupun internasional, diantaranya disebut Pohon Kolobin, Munggur, Punggur (Jawa) Kayu Ambon (Melayu) Pohon Hujan atau Ki Hujan (Sunda), Di Inggris Pohon ini disebut East India Walnut, Pohon Pukul Lima di Malaysia,Jamjuree di Thailand, Cas Mura di Vietnam dan Chorona di Portugal, diperkirakan pohon ini berasal dari Mexico, Peru dan Brazil namun kini penyebarannya sudah merambah ke Asia yang beriklim tropis. menurut situs Internet Wikipedia, Zipcodezoo, www. Setneg.com dan Alam Endah’s Blog yang konsen terhadap pelestarian lingkungan Trembesi selain merupakan pohon penyerap karbon dioksida yang efektif dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr.Ir . Endes N. Dahlan , seorang dosen Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor, satu batang Trembesi mampu menyerap sekitar 28, 442 Kilogram Karbondioksida setiap satu tahun, konon pohon yang diklasifikasikan secara ilmiah dari famili Fabaceae, Genus Albazi, Kelas Magnoliasida dan Spesies Albizia Saman ini juga mempunyai kekuatan luar biasa dan bernilai ekonomis tinggi, menurut Pak Abdul Basyir (70) warga Desa Penjalin Botomulyo yang dulu bekerja sebagai Wakeer( Petugas Keamanan) di PG Cepiring bahwa Kayu Trembesi oleh penjajah Belanda sering digunakan sebagai bantalan Rel Kereta Api, “ ketika PG Cepiring bubar, Bantalan Rel itu diambil oleh penduduk setempat untuk digunakan sebagai “Angklo” atau tungku pembakaran dirumah atau untuk Lunas badan Perahu , anehnya kayu Trembesi tidak mempan terbakar api atau lapuk terendam air sehingga banyak juragan yang mau membayar mahal untuk kayu itu” tutur Pak Basyir.. ( Aryo Widiyanto)

Sabtu, 20 November 2010


Taruna Akpol Latja di Polres Kendal.

20 Taruna Akademi Kepolisian Republik Indonesia (Akpol) terdiri dari 14 Taruna dan 6 Taruni melaksanakan Latihan Kerja di Polres Kendal medio Oktober-November tahun 2010 ini.
Kapolres Kendal AKBP Agus Suryo Nugroho kepada BMB mengatakan bahwa Latihan Kerja ini bertujuan sebagai pengenalan terhadap tugas pokok dan Fungsi Polri di tingkat Polres, “ dalam Latja Akpol angkatan 44 dari Detasemen Wiratama Bhayangkara ini, para Taruna akan dikenalkan terhadap segala tugas berkaitan dengan satuan dan Fungsi di tubuh Polri seperti Satuan Lalu lintas, Sabhara dan Reserse sehingga kelak jika nanti mereka sudah dilantik dan bertugas sebagai anggota Polisi , ilmu yang didapat bisa menjadi bekal yang bermanfaat.” tandas Kapolres.
Dalam Latja ini Taruna diwajibkan mengikuti kegiatan sebagaimana polisi pada umumnya seperti PH Pagi, piket penjagaan , Patroli, operasi penyakit masyarakat , Razia Kendaraan bermotor, pengawalan pejabat dan penjagaan tahanan, dengan bimbingan dari Perwira pendamping dan anggota Polres Kendal.
Beberapa Taruna yang sempat diwawancarai oleh reporter majalah ini yaitu Brigadir Dua Taruna( Brigdatar) Ivans Drajat, Brigdatar Dimas Arki, Brigdatar Idris Bakara dan Brigdatar Hardi Meidikson Samula mengatakan bahwa banyak sekali manfaat yang bisa mereka petik dari Latja ini diantaranya para taruna bertambah pengetahuan tentang kinerja Polri di lapangan, mengetahui wilayah, melayani masyarakat, menghadapi permasalahan klasik seperti pelanggaran aturan lalu lintas oleh oknum masyarakat dan cara mengatasinya serta berbaur dengan warga menjadi sebuah pengalaman yang berharga.
“ saat pertamakali diterjunkan ikut mengamankan arus lau lintas rasanya tangan masih kaku dan gerakannya canggung, namun lama kelamaan atas bimbingan para bapak Polisi anggota Polres kami jadi terbiasa dan malah enjoy ” tutur Brigdatar Dimas Arki dan Idris Bakara taruna dari Jakarta dan Balikpapan.
Sementara Brigdatar Ivans Drajat yang berasal dari Madura dan Brigdatar Hardi Meidikson dari Ambon menuturkan bahwa selama Latja di Polres Kendal ini pengalaman yang berkesan adalah ketika berolahraga bersama warga di Alun Alun Kendal, “ Kami jadi paham bahwa dibalik perbedaan karakter dan budaya, ternyata masyarakat Kendal dengan senang hati menerima kedatangan kami, warga Kendal ramah dan menyenangkan” kata para taruna itu.(Aryo/Eli/Oki)

Selasa, 16 November 2010


Cabuli Anak Sendiri Boneng Terancam 20 Tahun Penjara.

Perbuatan manusia di akhir jaman ini memang semakin aneh dan terkadang tak masuk diakal, ketika kemarin di majalah ini diberitakan seorang bayi dibuang diselokan kini ada sebuah kejadian lagi yang tak kalah mengerikan, seorang Bapak yang seharusnya mendidik, memberikan suri tauladan dan mengarahkan anaknya menuju masa depan yang baik, malah tega mencabuli anaknya sendiri.
Bapak tak tahu diri itu bernama Teguh Marsudi alias Boneng warga Dukuh Karanganyar RT05/II Desa Taman Gede Kecamatan Gemuh Kendal, tersangka diduga mencabuli putrinya sendiri sebut saja bernama Bunga (16) perbuatan bejat itu disinyalir dilakukan dirumahnya , dugaan itu semakin dikuatkan oleh hasil visum secara medis kepada korban.
Ketika diperiksa penyidik Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Ipda Kuwatono , Korban mengaku dipaksa berhubungan badan oleh bapaknya sendiri, sekuat tenaga korban melawan, “ Saya diancam kalau tidak menuruti ajakan itu, saya akan diusir dari rumah, “Kowe nak ora gelem minggat kono / kamu kalau tidak mau minggat saja sana” tutur Bunga menirukan ancaman Teguh yang dijuluki Boneng yaitu tokoh penjahat bergigi “mancung” dalam serial Rumah Masa Depan yang populer di TVRI sekitar tahun 80-an oleh tetangga sekitarnya itu.
Merasa takut oleh ancaman sang Bapak, Bunga akhirnya menuruti ajakan tersebut, hal tersebut menimbulkan tekanan mental luar biasa pada korban, ketika korban bertanya pada Boneng bagaimana jika dirinya hamil diluar dugaan dengan enteng pelaku menjawab “ Yen kowe meteng yo ngabrukko wong liyo/jika kamu hamil ya cari pria lain untuk mempertanggung jawabkan” kata korban kembali menirukan ucapan tersangka sebagaimana dikutip penyidik.
Ikhwal pelaporan atas diri tersangka adalah karena Korban merasa tertekan secara batin dan kemudian lari dari rumah mengajak adiknya Wiyono yang baru berumur 10 tahun, karena tak ada saudara atau kenalan yang bisa ditumpangi, akhirnya kedua anak kecil itu terlantar dan menggelandang di jalan raya, seorang Polisi dari Polsek Cepiring bernama Bripka Supriyanto menemukan kedua anak tersebut dalam kondisi lemas karena lapar dan membawanya ke Kantor Polsek, atas kemauan korban akhirnya peristiwa itu dilaporkan kepada Unit PPA Satreskrim dengan laporan polisi No.Pol : LP /158/VI/2010/Jateng/Res Kendal.
Begitu mendapatkan laporan kejadian tersebut Kapolres Kendal AKBP Agus Suryo Nugroho melalui Kasatreskrim AKP Agus Purwanto SH memerintahkan tim dibawah pimpinan Kanit PPA Ipda Kuwatono untuk segera menangkap pelaku, setelah melalui proses amati dan sanggong yang serius, akhirnya tanggal 1 November tersangka berhasil diringkus.

Suka Minum dan bertato Cewek Telanjang
Ada sebuah keunikan pada diri tersangka, ketika diperiksa oleh penyidik Unit PPA Satreskrim Kendal Briptu Anwar Shodiq dan Bripka Nugroho SH, pria ini seakan tanpa beban dan malah berkesan meremehkan, “ Saya pernah dipenjara di LP Kendal karena mencuri kayu, jadi ya udah biasa” kata tersangka, Lha pernah dipenjara kok bangga.
Selain itu tersangka juga mengaku bahwa hobinya yang tak bisa ditinggalkan adalah minum Miras murahan Merk Anggur kolesom dan Congyang yang berharga sekitar Rp 13.000,- per botolnya, terkadang bayaran kerjanya sebagai kernet habis hanya untuk minum, wartawan BMB yang menyaksikan ketika Teguh Marsudi sang pelaku sedang diperiksa oleh penyidik melihat bahwa di tubuh tersangka terdapat Tatto gambar cewek telanjang di bagian punggung berukuran besar serta symbol sex berupa jempol yang terapit jari tengah dan jari telunjuk di lengan kirinya , ketika ditanya gambar apa yang ada di lengannya kembali korban menjawab selengekan “ Itu gambar merk jamu cap kuku bima pak Pulisi” katanya sambil tersenyum memamerkan gigi kuningnya yang memang mirip tokoh Boneng.
Menanggapi hobi minum tersangka dan tato itu penyidik masih akan mengembangkan dan berkonsultasi dengan ahli psikologi apakah dua hal tersebut mengindikasikan pelaku adalah maniak seks .
Akibat perilaku bejatnya, Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, tipu muslihat, serangkaian kebohongan, membujuk atau memaksa anak dibawah umur untuk melakukan persetubuhan,pencabulan dan atau melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak yang belum dewasa, anak tiri atau anak pungutnya, anak yang dipercayakan padanya untuk dididik atau dijaga , pelaku dijerat dengan pasal 64 KUHP jo 81, 82 UURI No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak jo 46 UURI No.2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga(KDRT) dengan ancaman 20 tahun penjara.( Aryo/Oki/Eli)
Quotes Of the Day




Don’t Ever let anybody tell you that your effort don’t matter or that your voice doesn’t count, don’t ever believe that you can’t make a difference. Yes you can (Barrack Obama)

Jangan pernah biarkan orang mengatakan bahwa perjuanganmu tidak punya arti, atau suaramu tidak diperhitungkan, jangan pernah percaya bahwa anda tidak bisa membuat perubahan, Anda bisa ( Barrack Obama)

Jangan pernah putus asa untuk menggapai impianmu, dimanapun, kapanpun, suatu hari nanti bagaimanapun caranya kau akan berhasil { Danielle Steelle}.

Sesungguhnya anda sendiri yang harus membuat kerja setiap hari menjadi satu kesenangan (Edward Carpenter)


Serangan adalah seperti tawaran yang tak kita sukai , kita tidak bisa menolak untuk tidak ditawari tapi kita tidak harus menerimanya {Charles H Surgeon)

Yang membuat anda marah menundukkan anda (Suster Kenny)



Orang miskin sedih karena tak punya sepatu sampai ia bertemu dengan orang yang tak punya kaki ( Ted Helms }


Anda tak bisa lebih maju dibanding orang lain pada umumnya kalau anda tak berfikir lebih dari mereka (Dr Conant)

Jumat, 05 November 2010


Bahaya, Kandang Buaya Di Curug Sewu Jebol

Kendal,-
Kandang Buaya yang berada di Objek Wisata Curug Sewu Patean Kabupaten Kendal dianggap membahayakan pengunjung karena pagar pembatas yang terbuat dari kawat besi ram di bagian depan telah jebol lebih dari satu meter, sehingga pengunjung terutama anak anak seandainya terpeleset dimungkinkan bisa langsung jatuh dan tercebur kedalam kandang buaya yang berpenghuni dua ekor reptil bergigi tajam tersebut.
Penelusuran tim Majalah ini pada hari Senin tanggal 12/9 mendapatkan gambar pagar kawat yang jebol sehingga seperti terlihat dalam rekam gambar diatas, seorang Ibu dan anaknya dengan leluasa bisa menjulurkan kepala masuk ke kandamg buaya yang sedang menguapkan mulutnya.
Selain pembatas pagar kawat yang hilang entah kemana, kondisi kandang buaya itu sendiri ternyata kurang terawat, banyak sampah berupa bekas botol minuman, plastic dan bungkus makanan berserakan disekitar buaya dalam kandang, rumput yang mulai meninggi dan kolam berwarna hijau keruh menebarkan aroma yang kurang sedap.
Secara umum keadaan kurang terawat tidak hanya terjadi di kandang buaya, di lokasi yang disaat kepemimpinan Bupati Hendy Boedoro menjadi andalan kabupaten ini menjaring wisatawan itu, tampak ada beberapa kandang hewan yang kosong merana ditumbuhi rumput liar, hewan yang ada disana sudah cukup variatif, seperti Zebra, Kancil, Rusa, Burung local seperti elang jawa, Merak , Nuri dan Betet. Namun kembali masalah klasik perawatan tampaknya kurang diprioritaskan di Objek Wisata yang pernah dikunjungi tim dari MTV Amerika guna keperluan syuting sebuah program acara internasional tersebut.
Ular Terpanjang Didunia yang sempat menjadi ikon pariwisata Kendal jaman bupati Hendy Boedoro juga tak keliatan batang hidungnya, konon ular itu mati beberapa waktu silam, sebuah kehilangan besar bagi dunia pariwisata Kendal, karena kebanyakan turis asing datang ke Curug adalah karena ingin menyaksikan ular berjenis Phyton tersebut.
Kepedulian pejabat Kabupaten Kendal dalam hal ini bupati Kendal dr Widya Kandi Susanti tampaknya sangat diharapkan mengembalikan keindahan Kebon Binatang dan Lokasi Air Terjun Curug Sewu sehingga bisa mengangkat pamor Kendal, kembali menjadi objek wisata berkelas Internasional. (Aryo Widiyanto)

Kamis, 04 November 2010

Gembong Rampok itu Terpancing Wanita Cantik.

Konon Pasca kemerdekaan sekitar tahun 1950 hingga akhir 70-an di Kendal ada seorang gembong rampok “Dhukdeng” alias sakti mandraguna, tak mempan peluru senjata api apalagi cuma pisau dapur
Gembong rampok itu bernama Suro Grendo diyakini merupakan pria asli Kendal kelahiran Desa Galih Kecamatan Gemuh, catatan sejarah kemiliteran Kendal yang disusun oleh para veteran dan kemudian direvisi oleh Kapten Inf Suharmanto dalam bukunya yang berjudul “ Sejarah Kodim 0715/Kendal “ menyebutkan bahwa Suro Grendo pada awalnya merupakan anggota pasukan TNI dari Batalyon Infanteri “Kuda Putih” Ambarawa karena ketidak puasan pribadi kemudian dia melepaskan diri dari kemiliteran dan memilih menjadi perampok yang dalam bahasa Kendal sering disebut dengan Begal, Kecu atau Garong.
Beberapa versi cerita “Getok Tular” alias penuturan dari mulut kemulut mengatakan bahwa kisah Suro Grendo hampir mirip dengan cerita Robin Hood dari Inggris, dimana dia merampok untuk membantu rakyat miskin, hasil jarahannya dibagikan kepada warga yang membutuhkan. Merampok dari orang kaya kemudian disebarkan kepada orang miskin di sepanjang jalan yang dilaluinya, heroik namun tak jelas halal haramnya.
Sosok Suro Grendo digambarkan oleh seorang saksi mata bernama Kamto alias Salpani (70) warga desa Kalirejo Kecamatan Kangkung sebagai Pria yang tampan, berkulit kuning, tinggi dan gagah, khas typical warga Kendal.
“ Suatu ketika saya bangun pagi, saat itu usia saya sekitar 17 tahun , didepan rumah ada dua orang sedang Ngorok {Tidur-red), ketika dibangunkan orang berpostur tinggi gagah itu tiba-tiba berteriak keras ” Ojo ganggu” sambil menendang hingga saya terjungkal, belakangan saya diberitahu oleh orangtua bahwa dialah Suro Grendo si Perampok ulung, benar dia itu dermawan, saya ditawari kambing hasil rampokannya untuk berpesta orang sekampung, tapi tawaran itu ditolak warga karena takut nanti makan barang haram ” tutur Salpani.
Sejumlah mitos mewarnai perjalanan hidup Suro Grendo, dia dikabarkanmemiliki sejumlah “Jimat” dan ilmu kesaktian , yang paling terkenal adalah ajian “Belut Putih” dimana pemiliknya mampu melepaskan diri dari ikatan atau borgol menggunkan media Lumpur atau air sebagai media melepaskan diri , dan “Lembu Sekilan”yaitu ilmu yang bisa menghindarkan pemiliknya dari pukulan atau benda tajam termasuk peluru hingga tak mampu menembus kulit dan seakan hanya sekilan atau sejengkal dari kulitnya. Konon suatu ketika gembong rampok ini pernah tertangkap polisi, sudah diborgol dengan Kecrek ala polisi jaman itu yang bahkan tanganpun tak bisa bergerak karena kencangnya, tapi oleh Suro Grendo, borgol itu dianggap mainan , ketika digelandang hendak dibawa ke Kantor polisi, sang perampok minta ijin hendak buang air kecil ke kubangan Lumpur berair di sekitar kandang kerbau, tiba tiba entah bagaimana caranya, dia hilang tinggal borgolnya tergeletak di tanah.
Penggerebekan oleh Polisi dan TNI (jaman itu TNI masih diperbantukan untuk memburu para rampok dan residivis-red) syahdan juga sering dilakukan, berondongan pistol dan senapan mesin dari ABRI waktu itu sedikitpun tak melukai tubuh Robin Hood versi Kendal tersebut.
Namun ibarat pepatah sepandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, Suro Grendo takluk juga akhirnya, sebabnya adalah sepele, dia tak bisa mengendalikan nafsu birahi dan terjebak oleh bujuk rayu wanita.
Dalam dunia kriminalitas, selalu ada lawan seimbang bagi para penjahat, jika di Amerika seorang Gangster nomor satu bernama Alphonse Capone alias Al Capone alias The Scarface mempunyai rival seorang detektif FBI bernama Eliot Ness maka Tersebutlah seorang Polisi Reserse musuh bebuyutan Suro Grendo bernama Pak Abu (Maaf nama aslinya tak jelas diketahui) Polisi inilah yang mempunyai inisiatif menjebak sang perampok, disewanya dua perempuan cantik, dulu namanya “Begenggek” atau call girls jika diterjemahkan kedalam bahasa masa kini.
Surati dan Sumiati adalah nama kedua cewek cantik tersebut, didatangkan dari wilayah Pekalongan, ketika tiba di Kendal kedua wanita itu diumpankan kepada Sastro dan Sukem , teman akrab Salpani, akhirnya setelah melalui perkenalan yang singkat, Suro Grendo terpikat dan terjadilah “ Cinta satu malam” antara mereka, gerombolan Suro Grendo berpesta semalam suntuk di rumah Sastro di wilayah Kalirejo hingga pagi menjelang.
Tanpa disangka oleh Suro Grendo , disekeliling rumah Sas, demikian Sastro biasa disapa, telah mengepung dua Detasemen dari Polisi dan Tentara,( diperkirakan dari Banteng Raiders Semarang ) “ sebenarnya keberadaan rombongan tentara dan polisi itu sudah ada sekitar seminggu dari waktu kejadian, lha wong saya beberapa hari sebelumnya sempat minta ditembakkan buah kelapa oleh para prajurit muda yang membawa senapan mesin jinjing yang ada jagul-nya (Mungkin Minimi-red) , saya bilang, ‘Mas tentara saya haus sehabis dari sawah, nyuwun tulung kelapa hijau itu ditembak’ “ Cerita Salpani mengenang masa itu.
“ Tentara muda itu langsung mengambil sikap menembak, dan Astaghfirullah , tidak hanya kelapanya yang ditembak tetapi senapan itu juga menghancurkan batang pohon kelapa yang terkenal sangat keras “ tambahnya sambil menunjukkan muka kagum.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi ketika serombongan aparat bersenjata lengkap mengepung rumah Sas di desa Kalirejo, para penghuninya yang berpesta semalaman nampaknya tidak menyadari kehadiran penegak hukum dengan senjata terkokang siap menghadapi segala kemungkinan.
Petugas yang percaya diri mengira bahwa para penghuni rumah sarang penyamun itu sedang lengah dan teller karena peseta semalam, dengan serta merta sejumlah polisi menggedor pintu rumah dan menyerbu masuk, namun malang, dari dalam rumah ternyata para perampok itu sudah mempersiapkan diri, sabetan parang dari Suro Grendo Cs membawa korban, empat polisi tewas seketika dan lainnya berhasil lolos melompat dari jendela, melihat regu pertama kocar kacir , para pengepung tak mau ambil resiko, berondongan peluru dari Pistol dan Bren berhamburan mengoyak rumah bertembok sederhana itu, mayat para rampok berserakan seiring asap mesiu yang mengepul, dua wanita cantik yang ditugaskan memancing si Gembong rupanya sudah diselundupkan keluar dari pintu belakang, sementara Sastro sang pemilik rumah tergeletak tak bernyawa tersambar pelor panas petugas.
Ketika dirasakan sudah tak ada perlawanan, Tim penyergap segera memeriksa siapa saja dari pihak perampok yang tewas, namun Suro Grendo dan Sukem duo berandal itu tak ada diantara mayat tersebut , mereka lenyap seperti tertiup angin.
Reserse Abu dibantu Salpani alias Kamto rupanya sudah memprediksi hal tersebut, segera Tim penyergap diarahkan untuk menuju pekuburan Karangayu Cepiring, benar saja ternyata duet penjahat itu sedang bersembunyi di semak belukar, kembali rentetan peluru dari Tentara dan Polisi bagaikan hujan mengguyur keduanya, aneh..tak ada satupun peluru yang melukai mereka.
Para penyergap merasa bingung dan hampir frustasi, buruan yang tinggal berjarak sekitar sepuluh meter kini tampak begitu kuat dan seakan memperlebar jarak hingga ratusan meter, ditengah rasa putus asa yang hampir mendera, seorang Imam Masjid Karangayu membisikkan pada seorang anggota tentara yang bertugas sebagai penembak jitu ( Sniper-red), “Mas, coba panjenengan goreskan pelurunya tiga kali pada permukaan tanah, Insya Allah ilmu mereka bisa sedikit luntur” tutur pak Kyai. Benar saja, setelah peluru digores pada tanah, penembak jitu dari Banteng Raiders itu mengarahkan larasnya pada kepala Suro Grendo namun karena sang rampok bergerak menghindar, peluru menembus bahunya, darah mengalir diantara wajah setengah tak percaya dari buronan tersebut.
Setelah itu semua anggota tim penyergap segera menggoreskan semua pelurunya pada tanah, alhasil tubuh Suro Grendo dan Sukem tercabik cabik oleh berondongan peluru itu, kembali keajaiban terjadi, ditengah tubuh mereka berdua yang lemas hampir kehabisan darah, mereka masih bisa tertawa dan tak kunjung mati.
Tubuh keduanya segera dievakuasi ke tempat teduh di pinggir Kuburan tempat baku tembak terjadi, para komandan regu baik dari Tentara maupun Polisi merasa ada nuansa keanehan yang tak bisa dijelaskan dengan akal manusia.
Salpani yang pernah mendengar kesaktian buron nomer satu di Kabupaten Kendal itu rupanya mengetahui penawar dari ilmu kebal dari Suro Grendo, dia segera mencari batang pohon Bengkoang yang biasanya tumbuh di tepi sungai kemudian batang itu ditumbuk hingga mengeluarkan getah, dan kemudian getah itu ditampung di Godong Lompong atau Daun Talas serta diminumkan kepada dua perampok yang sekarat tersebut, tak lama kemudian Sukem dan Suro Grendo tewas.
Jenasah Sukem dibawa orang tuanya ke desa Kalirejo dan dimakamkan disana sementara jenasah Suro Grendo kabarnya dibawa ke Dampal tempat orangtuanya tinggal.
Demikianlah akhir dari petualangan Robin Hood dari Kendal, sakti namun lengah oleh jebakan wanita cantik, nuansa magis juga mewarnai proses penangkapan mereka, khas tanah Jawa. (Aryo Widiyanto dari berbagai wawancara)

Bayi Dibuang diselokan Kendal


Kapolres : “Cari Orang tua Pembuang Bayi Di Selokan!!”

Perbuatan biadab pembunuhan terhadap bayi dengan modus membuangnya ke selokan terjadi di wilayah Polsek Cepiring Senin (18/10), ditemukannya mayat bayi itu terjadi secara tidak sengaja saat petugas kebersihan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Ciptaru ) Pemkab Kendal bejumlah 20 orang diturunkan untuk membersikan saluran irigasi sungai desa Karangayu, saat itulah para petugas Ciptaru itu menemukan sesosok mayat bayi yang pada awalnya sempat dikira boneka mainan anak, segera setelah adanya teman itu warga melaporkan kepada Kepala Desa yang cepat menginformasikan kejadian itu kepada Kapolsek Cepiring AKP Muslich S.Ag yang langsung menerjunkan Tim Reserse ke TKP dipimpin oleh Kanit Reskrim Aiptu Marpino. Oleh Petugas dan masyarakat akhirnya mayat bayi malang itu dibawa ke puskesmas Pukul 10.00
Dua orang saksi yaitu Haryanto Bin Sumarmo (35) petugas Kebesihan dari Ciptaru dan Abdul Majid (38) warga Karangayu Rt 01/II Cepiring mengisahkan bahwa saat itu Haryanto sedang membabat kangkung dan rumput disekitar lokasi, ketika akan menaikkan lumpur ke tanggul dia melihat ada benda seperti boneka mainan, karena dianggap mengganggu, benda itu dihanyutkan oleh Haryanto, ketika sudah berjarak lima meter dari tempatnya berdiri, dari pinggir sungai matanya mengawasi arus air yang menghanyutkan benda temuannya tadi, tapi kemudian dalam benak Haryanto merasa ada keanehan, “ Boneka kok ada buntutnya menggelondong berwarna merah, Jangan jangan bayi”kata Haryanto.
Kemudian saksi mengejar “Boneka” itu dan ketika sudah terkejar ternyata benar bahwa sosok itu adalah mayat bayi.
Hasil pemeriksaan medis di Puskesmas Cepiring menyebutkan bahwa diperkirakan bahwa bayi itu lahir sekitar 8 Jam dari waktu diserahkannnya jenazah ke Puskesmas atau sekitar pukul 04.00 dinihari.
Kapolres Kendal AKBP Agus Suryo Nugroho SH yang turun langsung menyaksikan evakuasi jenazah Bayi tersebut menegaskan bahwa prinsipnya Polisi akan mencari pelaku pembuangan bayi itu, “ Kita akan cari pelakunya dan selidiki siapa yang membuang bayi itu, baru kemudian motifnya akan diketahui, sebelum motifnya ditemukan polisi belum bisa menyimpulkan, sebagai langkah awal kita meminta jajaran Polsek Cepiring dan pihak desa tempat lokasi ditemukan serta desa sekitarnya untuk mengidentifikasi warganya yang hamil” Tandas Kapolres.
Kapolres juga mengatakan bahwa ketika ditemukan bayi itu sudah dalam keadaan meninggal jadi kemungkinan bayi itu sudah tak bernyawa ketika dilahirkan, dan untuk selanjutnya mayat bayi itu oleh pihak Polres akan dikirim ke RS Bhayangkara Semarang untuk dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. ( Aryo/Oki/Eli

ADA TUKANG PIJAT GRATIS DI ALUN ALUN KENDAL


Sekitar pukul 05.00WIB Pagi itu tampak serombongan keluarga muda bersama anak anaknya sedang menikmati udara pagi di Alun Alun Kendal tepatnya di depan Pos Polisi Kota , belum banyak lalu lalang kendaraan sehingga asap knalpot kesegaran embun pagi sangat terasa.
Ketika sang anak bersama ibunya bersantai duduk di rumput hijau di tengah alun alun, para bapak menyempatkan diri mencoba terapi pijat Refleksi yang disediakan ole Pemkab berupa hamparan batu yang disemen sedemikian rupa sehingga membentuk formasi khusus yang berfungsi memijat kaki para penikmatnya

Secara umum biasanya batu yang digunakan untuk sarana pijat refleksi adalah Batu Andesit , yang sangat fleksibel, bisa ditempatkan di lantai maupun dinding. Karena selain kuat, jenis batuan alam andesit juga tahan lumut. Andesit memiliki warna yang beragam, seperti andesit Cirebon yang memiliki warna abu-abu gelap dan terang, motifnya ada yang berbintik-bintik serta polos. Lalu andesit Tulungagung yang memiliki tiga warna, yaitu hitam, abu-abu dan hijau. Serta andesit Pemalang yang punya ciri khas warna abu-abu kecoklatan.

Batu untuk lantai yang lain adalah batu candi. Sepintas, batu Candi mirip dengan andesit. Namun, warnanya hitam dan memiliki pori-pori yang cukup banyak , sementara tidak ada keterangan resmi dari Pemkab tentang batu apa yang digunakan di Pijat Refleksi ala Alun alun Kendal itu.
Tukang pijit Gratis
Munir (50) warga desa Karangayu yang menyempatkan diri melakukan terapi pijat refleksi di tempat tersebut mengatakan bahwa setelah berjalan dua kali putaran mengelilingi alun alun barat diatas batu refleksi itu badannya terasa segar, kakinya yang semula terasa agak linu akibat asam urat kini terasa ringan , ” kaki saya pegal selama seminggu ini karena ada indikasi asam urat, oleh seorang teman yang kebetulan terapis penyakit dalam saya dianjurkan untuk pijat refleksi batu alam yang ada disini, efeknya terasa sekali, sakit di kaki saya berkurang dan terasa enteng, lumayanlah mas, ada tukang pijit gratis di alun alun Kendal ” tuturnya sambil tersenyum lebar.
Terapi ini tak hanya didominasi para pria, banyak ibu ibu baik tua maupun muda beserta anaknya antusias berjalan diatas batu terapi bercat warna warni didesain memutar mengelilingi alun alun yangdibuat oleh Pemkab Kendal tersebut.

Masrikin (40) seorang ahli pijat refleksi dari desa Patebon yang pernah berguru ke China, kepada wartawan BMB mengatakan bahwa Memang benar walau tidak langsung mengobati penyebab langsung suatu penyakit, terapi pijat refleksi dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala, depresi, sindrom pra-haid, asma, gangguan pencernaan, penyakit kulit, dan arthritis.Titik-titik tertentu di daerah telapak kaki yang berjumlah 70 itu menurut teori refleksologi berhubungan erat dengan seluruh organ tubuh, seperti usus, lambung, hati, ginjal, limpa, pankreas, dan jantung.Pijatan di kaki kanan berhubungan dengan tubuh bagian kanan, sedangkan kaki kiri berhubungan dengan tubuh bagian kiri.
Ujung-ujung jari kaki, misalnya berkaitan dengan kepala dan leher. Telapak kaki bagian atas dengan dada dan paru-paru. Telapak kaki bagian tengah dengan kepala, leher dan organ-organ dalam. Dan tumit dengan saraf dan panggul. Jadi, jika ada gangguan di organ-organ tertentu, pijatan di titik-titik yang berhubungan dengan organ-organ tersebut akan menimbulkan rasa sakit. ” dengan pijat refleksi batu alam di alun alun Kendal itu, otomatis semua titik di telapak kaki akan terpijat sehingga berefek positif kepada kesehatan seluruh tubuh” paparnya.
Rekreasi yang menyehatkan tidak harus mahal, anda dan keluarga bisa mendatangi alun alun Kendal , sambil menikmati udara pagi, plus pijat refleksi gratis , setelah itu makan bubur ayam atau lontong pecel semanggi lengkap dengan sate keong dan teh hangat di taman Patung Garuda depan Bank Jateng yang berjarak hanya sepuluh meter dari GOR Bahurekso, tentu akan menambah keakraban, kesehatan serta keharmonisan kita bersama keluarga. ( Aryo Widiyanto)

Senin, 01 November 2010

Bayi 5 bulan dalam Kandungan Hilang...!!!


Hati Hati Para Ibu Hamil



Kendal.

Peringatan bagi para Ibu yang tengah mengandung atau hamil, jangankan harta benda , kini modus pencurian juga bisa dilakukan pada janin yang ada dalam kandungan.
Seperti yang dialami oleh Puji Hartani ( 29) warga Desa Cepiring Rt 07/01 Kendal Jawa Tengah, selayaknya orang hamil umumnya, dari usia kehamilan satu bulan sampai empat bulan dirinya rajin memeriksakan kandungannya pada bidan desa terdekat, bidan pun memastikan bahwa dirinya hamil, Kartu Menuju Sehat (KMS) diberikan oleh bidan untuk memantau kehamilan istri dari Arif ( 30) tersebut.
Sampai suatu ketika Puji berbelanja di pasar Cepiring, Ketika sampai dipasar tidak terjadi sesuatu yang aneh, hingga dirinya akan pulang dari pasar tiba tiba dari arah samping ada seorang perempuan setengah baya menepuk pundaknya sambil berpura pura ramah menanyakan usia kehamilannya, sampai dirumah Puji Kaget, ketika hendak ke kamar kecil dirinya merasa ada yang tak beres , perutnya terasa ringan dan tidak lagi mengganjal seperti sebelumnya, selang dua hari dirinya memeriksakan kehamilan ke seorang dokter kandungan dan di USG ternyata kandungannya kosong dan tak ada bayi didalamnya.
Seisi kampung Sriagung pun geger , para tetangga menanyakan apakah Puji sudah melahirkan , Wanita muda inipun bingung menjawabnya.
Ternyata kasus hilangnya bayi dalam kandungan dengan modus menepuk punggung korban atau menginjak jempol kaki Ibu hamil secara mistis mengakibatkan hilangnya janin di perut juga dialami oleh seorang wanita yang tak mau disebutkan identitasnya , wanita tersebut beralamat di belakang SD Cepiring I Kendal.
Praktisi LSM dan pemerhati Hukum dan Ham Kabupaten Kendal ,Robert Yulius Sinaga SH. Mengungkapkan pandangannya bahwa secara hukum Negara, kasus yang dialami Puji sangat sulit untuk dilacak, diselidiki dan ditangkap pelakunya, karena untk kasus yang berbau metafisika seperti yang dialami oleh korban tersebut , hampir mayoritas alat bukti maupun saksi tidak ada. Akibatnya penegak hukum dalam bertindak terkendala oleh ketiadaan alat bukti dan saksi. ( Aryo/Ajat)

Rabu, 27 Oktober 2010

Sejarah Kemiliteran Kabupaten Kendal


II. BAB I
Pendahuluan
Sejarah Kodim 0715/Kendal mengalir sejalan dengan perjuangan rakyat dalam arti tak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain , jika pembaca sudah menikmati isi buku ini, bab demi bab, paragraph demi paragraph, akan nampak bahwa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan membutuhkan kebersamaaan dan kekompakan seluruh elemen bangsa ini, tidak hanya peran TNI yang kami kemukakan namun juga sumbangsih aparatur pemerintahan sipil, pejuang,Kyai, Santri, Pedagang, dan segenap potensi masyarakat di Kendal ternyata ikut menghantar bangsa ini menuju kejayaan seperti sekarang.
Teladan seperti Bupati Kendal Sukarmo, Lurah Ngaliyan Raden Notokusumo, dan Kyai Haji Akhmad dari Pondok pesantren Dondong Mangkang yang bertempur digaris depan bersama TNI dan rakyat tanpa memperdulikan jabatan, status social dan keselamatan jiwa serta harta benda mereka merupakan sebuah suri tauladan bahwa kepentingan bangsa lebih utama daripada kepentingan pribadi.
Perlu diingat bahwa perasaan senasib, tekanan berat secara Ipoleksosbud, dan jiwa patriotisme didorong oleh semangat ingin merdeka menjadi pemicu bagi para pejuang untuk terus mengobarkan api perlawanan terhadap Belanda, dibeberapa bagian buku ini anda akan dapat mengetahui pejuang kita dengan peralatan yang sederhana seperti Golok, Klewang dan Bambu runcing serta senjata api rampasan mampu mengobrak abrik markas musuh di Kalibanteng semarang dan menghancurkan beberapa pesawat pemburu jenis Mustang dan sebuah pesawat Pembom B-25 , konon type pesawat inilah yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, semangat pantang menyerah dan tak kenal takut coba kami segarkan kembali dalam ingatan para pembaca.
Buku ini mencoba menelisik sejarah awal mula berdirinya Kodim Kendal yang ternyata tak bisa dilepaskan dari perkembangan dan perubahan struktur organisasi TNI sendiri, mulai dari BKR, TKR, TRI hingga TNI di tingkat pusat senantiasa diikuti dengan patuh tanpa reserve oleh TNI di tingkat Kabupaten Kendal, itulah tanda sebuah organisasi yang militant, mampu menggerakkan elemennya sampai diakar paling bawah.
Ketika pemerintahan militer dan Sipil Kendal berpindah mulai dari Kendal, Kenjuran, Temanggung hingga Sojomerto, tidak hanya para pejuang dan rakyat Kendal yang bertempur mati matian membela tanah kelahirannya, berbagai batalyon dan satuan tempur TNI dari luar kota seperti Wonosobo, Solo dan Jogjakarta siap membantu pejuang di Kendal, rasa persatuan dan kesatuan sedemikian kuat mengikat hati mereka, sesuatu yang jarang ditemui saat ini.
Tim penyusun Sejarah Kodim 0715/Kendal menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam isi maupun tata bahasa yang ada dalam buku yang kami sajikan, untuk itu sumbang saran, masukan dan kritik membangun dari segenap penikmat buku ini sangat kami harapkan sebagai pemacu semangat untuk berkarya lebih baik dimasa depan.
Akhir kata,segenap penyusun mengucapkan terima kasih atas perkenan para pembaca untuk membaca, mencermati dan menikmati isi tulisan dalam buku ini, semoga ada hal positif yang bisa diambil dan bermanfaat bagi kita semua.
Kendal Juli 2010.

Penyusun
Aryo Widiyanto dan Kapten Inf Harmanto


III. BAB II. Sekitar Pembentukan.

1. Latar Belakang Pembentukan
Latar belakang pembentukan Kodim 0715/Kendal dalam sejarahnya tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya TNI melawan penjajah di Jawa tengah terutama didaerah Karesidenan Semarang yang tentunya merupakan bagian dari sejarah kelahiran Kodam IV Diponegoro dan Komando Resort Militer 073/Makuratama.
Embrio awal terbentuknya kesatuan tentara di daerah Kabupaten Kendal seiring dengan gerakan para pejuang di daerah ini dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dengan berbagai bentuknya seperti gerakan pelajar, mahasiswa, kelasykaran santri dan satuan eks tentara pribumi didikan penjajah seperti PETA dan Heiho yang berjuang untuk berdirinya Republik Indonesia.
Menjelang masa kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, ketika pemerintahan baru Indonesia sedang mempersiapkan struktur kepemerintahannya seperti Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan seterusnya, Persiapan dibidang Keamanan ternyata juga mencapai tingkat Kabupaten, ketika itu pada awalnya di Kabupaten Kendal terbentuk Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang beranggotakan bekas tentara Peta dan Heiho dibawah pimpinan Hendroprawoto dan Raden Sukarno Joyonegoro.
Sementara dari masyarakat juga terbentuk kelompok dan badan kelaskaran seperti :Barisan Pelopor, Laskar rakyat, Pesindo, Hisbullah, Barisan Banteng dan sebagainya.
A.Faktor eksternal dimana kemerdekaan yang baru saja diperoleh hendak dirampas kembali oleh bangsa lain dalam hal ini Jepang dan Belanda serta
B.Faktor internal dimana keinginan untuk menikmati hak sebagai warga Negara yang merdeka berdaulat adil dan makmur sesuai harapan rakyat yang selama ini tertindas oleh kolonialisme membuat pembentukan embrio awal kemiliteran di Kendal berkembang dan didukung seluruh elemen masyarakat.
Kondisi rakyat Kendal yang selama masa penjajahan Belanda ,mayoritas penduduknya dibawah garis kemiskinan, menderita kehilangan harta benda bahkan nyawa sanak saudara karena perang yang sekian abad tidak kunjung selesai ditambah dimasa penjajahan Jepang keadaannya tidak juga mengalami perbaikan malah semakin parah dengan adanya paksaan dari tentara Dai Nippon mengusung slogan “ Gerakan hidup baru” yang ternyata menyengsarakan rakyat gerakan itu mewajibkan rakyat Kendal harus mengganti tanaman pangan mereka seperti beras, jagung,dan singkong dengan tanaman Jarak guna dibuat minyak untuk keperluan mesin perang Jepang, kemudian petani diwajibkan menyetorkan sepertiga hasil panennya, Warga dipaksa mengumpulkan Emas, Perak, Berlian, Intan dan benda berharga lainnya, kepada rakyat yang tidak mempunyai tanah harus kerja paksa dengan sebutan “Romusha” sehingga banyak warga Kendal yang terpisah dari keluarganya karena setiap laki laki harus bekerja dibawah todongan senjata Jepang, dikirim keluar daerah bahkan keluar negeri hingga tak jarang banyak dari mereka yang meninggal tanpa sempat bertemu dengan keluaganya kembali. Tekanan Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya yang luar biasa keras ini membuat tekad warga untuk lepas dari penjajahan dan membentuk pemerintahan sipil dan militer yang berdaulat semakin membara.
Dengan persenjataan yang relatif sederhana dan terkadang merupakan hasil karya mereka sendiri seperti Golok, pedang, Keris dan Bambu runcing serta beberapa dari hasil rampasan perang dari tentara Jepang dan Belanda seperti Granat dan pistol, gerakan kemiliteran itu semakin menemukan bentuk menuju tentara yang terlatih.
Markas awal dari para pemimpin sipil dan Pra militer di Kendal saat itu berada di Gedung Habiproyo yang sekarang merupakan gedung SMA 1 Kendal yang terletak kini di Jalan Sukarno Hatta., sementara untuk kantor BKR sendiri diduga terletak di Gemuh dan Kaliwungu.
Ketika Jepang kalah perang dan hanya sempat menduduki Indonesia seumur jagung, masuklah tentara sekutu yang diboncengi pasukan Belanda ke Daerah Kendal melalui Tanjung Korowelang Kecamatan Cepiring, kembali embrio awal militer didaerah ini mendapat tantangan yang lebih berat, namun dari segi strategi dan taktik perang mereka mengalami kemajuan, dimasa pemerintahan Bupati Sukarmo yang diangkat menggantikan mantan Bupati sebelumnya yaitu Raden Kusumo Husodo melalui rapat Umum di Alun Alun Kendal November 1945, Bupati baru tersebut membentuk sebuah Markas Umum dan berkantor di Kawedanan Kaliwungu, markas itu dipimpin oleh Mochamad Khasan seorang Kepala Jawatan Penerangan Kendal, Markas Umum adalah sebuah badan yang beranggotakan Militer dan Sipil tugasnya adalah sebagai pusat komando taktis dan strategis, dalam menghadapi gangguan keamanan baik dari luar yaitu penjajah yang mencoba berkuasa kembali maupun dari kejahatan yang terjadi ditengah masyarakat. Seiring waktu Markas Umum dibubarkan dan dibentuk Dewan Perjuangan Kendal sebagai badan koordinasi dari sejumlah kelaskaran dan satuan pasukan yang ada di garis depan peperangan setelah proklamasi kemerdekaan.
Dewan Perjuangan Kendal bisa disebut pelopor dalam memperkenalkan strategi militer karena menegaskan adanya pembagian tugas dari sebuah pusat komando keamanan yang dilengkapi dengan fasilitas dapur umum, tugas utama pusat komando itu adalah untuk memberikan perintah dan koordinasi kepada pasukan mulai dari tingkat terbawah hingga pucuk pimpinan kepada satuan yang ada di garis depan pertempuran, sementara dapur umum memberikan suplai makanan secara rutin dan teratur kepada pasukan dan pengungsi.
Kesiap siagaan dari masyarakat dan Dewan Perjuangan Kendal saat itu adalah karena ketika tentara sekutu di Kota Semarang menjalankan misinya melucuti tentara Jepang , Sekutu dan Belanda sering patroli hingga desa Jrakah yaitu perbatasan Kendal dan Semarang, guna menjaga segala kemungkinan, badan kelaskaran yang terdiri dari laskar Buruh, Pesindo, Hisbullah, dan Laskar Rakyat bersama BKR Kendal meningkatkan koordinasinya ,walaupun hanya dengan persenjataan sederhana seperti Bambu runcing, Klewang, Tombak dan senjata rampasan dari Jepang dan Belanda, patriot bangsa itu tetap berjuang dengan penuh semangat, sebagai pemimpin atau Komandan tempur dari aliansi Laskar pejuang serta BKR/TKR di Kendal adalah S.Sudiarto mantan Sodanco tentara PETA yang merupakan putra Kaliwungu. untuk markas dari para pejuang itu bertempat di Rumah Bapak Kyai Hisyam di desa Karanganyar.
Pasukan yang dipimpin oleh S.Sudiarto ini menjadi legenda karena pernah masuk menyerang lapangan udara Kalibanteng dan menghancurkan empat buah pesawat Sekutu terdiri dari sebuah pesawat bomber B-25 , dan tiga buah pesawat tempur jenis Mustang. Pasukan S.Sudiarto ini juga tercatat dalam sejarah sebagai pasukan yang memutus pasokan air bagi tentara Belanda yang ada di semarang dengan cara meenghancurkan instalasi aliran air di Sumber air “Tuk Mudal” di desa Sumur Jurang dan sumber air “ Kedung Kopyah”didesa Kintelan, sehingga memicu penyerbuan dari pasukan Gurkha Inggris, Belanda dan Jepang mengepung tempat tersebut dalam upayanya merebut sumber air, dalam pertempuran tersebut, Pasukan S.Sudiarto mengalami kemenangan dengan hanya satu orang pejuang kita yang gugur sementara dari pihak lawan 150 orang tewas.senjata musuh yang mampu dirampas oleh para pejuang sejumlah 126 senapan, diantaranya terdapat 6 pucuk L.E, 4 Pucuk Bren, 6 buah Mortir 8 inchi, 8 pucuk Skip Bekker, dan senjata ringan seperti Pistol dan Langser. Karena keberhasilan yang dianggap istimewa untuk ukuran saat itu, pasukan S.Sudiarto mendapatkan hadiah dari Komandan Sektor Medan Selatan /Batalyon Raden Panji berupa 40 Potong kain sarung.
Ketika Dewan Perjuangan Kendal dianggap sudah saatnya disesuaikan maka kemudian dewan itu dibubarkan dan diganti menjadi Inspektorat Biro Perjuangan, dari Inspektorat inilah kemudian nantinya timbul TNI kemasyarakatan.
Timbulnya TNI Kemasyarakatan ini adalah bermula dari ditanda tanganinya Persetujuan Linggarjati pada Tanggal 25 Maret 1947, persetujuan tersebut ditanda tangani dibawah pengawasan Komisi Tiga Negara (KTN) isi persetujuan antara lain adalah
1. Mengadakan gencatan senjata
2. Ditetapkan adanya garis Demarkasi
Kesempatan itu oleh pihak Republik Indonesia dipergunakan untuk mengadakan konsolidasi secara menyeluruh hingga tingkat Kabupaten dalam tubuh pemerintahan, mengorganisir badan Kelaskaran, dan para kelompok pejuang kedalam Inspektorat Biro Perjuangan, antara lain menghasilkan keputusan Tentara Republik Indonesia (TRI) disempurnakan menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) sebagai organisasi tentara resmi, dimana diadakan seleksi bagi anggota Laskar atau pejuang yang memenuhi syarat bisa diterima sebagai anggota TNI ,sementara
Bagi yang tidak memenuhi syarat dimasukkan dalam badan TNI Masyarakat, TNI Masyarakat ini mendapat tugas di garis belakang turut serta berjuang dibelakang TNI resmi, daerah Kabupaten Kendal disebut TNI masyarakat Daerah XXXI dibawah pimpinan Kapten Sukarman.
C.Persatuan dan kesatuan antara Rakyat dengan TNI
Embrio awal kemiliteran nasional di Kendal dalam sejarahnya tercatat mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat baik itu pemuda, Ulama dan Kyai,hingga perangkat pemerintahan desa dan masyarakat sekitar.beberapa tokoh masyarakat yang menjadi legenda karena turut berjuang bersama TNI diantaranya adalah:
1. Lurah Ngaliyan
Ketika Tentara Belanda ingin kembali menancapkan kuku kolonialismenya, Desa Ngalian yang dulu merupakan wilayah Kabupaten Kendal dan lokasinya berbatasan dengan Semarang sebagai Ibukota Provinsi, desa tersebut merupakan basis perjuangan putra bangsa, saat itu Kepala Desa atau Lurah desa Ngaliyan, Raden.Notokusumo, menyediakan rumahnya untuk dijadikan markas perjuangan di Sektor Madukoro dibawah komando pimpinan Batalyon TNI Brotosiswoyo dari Purwokerto yang berbasis di daerah itu, Pak Lurah sendiri didaulat sebagai komandan kelaskaran , selain mengatur pertahanan di desanya, Lurah serta perangkat desa rupanya juga ikut serta dalam penyerangan ke daerah musuh bersama dengan TNI , sehingga saat Batalyon Madukoro diganti dengan Batalyon Salamun dari Magelang, Markas mereka di Ngaliyan terutama di Pos Klampisan dihujani mortir dan tembakan Kanon oleh Belanda akibatnya seorang sarekat desa bernama Pak Karli dan istrinya tewas bersama dengan terbakar musnahnya desa Klampisan.
2.Kyai Akhmad dari Pondok Dondong
Pondok Mangkang wetan yang termashur dengan pondok Dondong semasa pendudukan Belanda , oleh pejuang kita selain sebagai markas Lasykar Hisbullah juga dijadikan markas pasukan yang tergabung dalam TNI dibawah Komando Iskandar Idris.
Pondok itu merupakan pondok pesantren yang mengajarkan tentang ilmu Agama Islam dengan KH. Akhmad sebagai pemimpin pondok, konon Belanda mengincar tempat ini karena mereka mencurigai selain sebagai tempat belajar agama, pondok ini juga sebagai pusat perlawanan rakyat dan markas pertahanan, hingga suatu ketika pondok pesantren itu diserang secara membabi buta oleh Belanda sehingga menewaskan lima warganya, penyerangan itu meluas hingga dukuh Ngebum desa Mororejo.

D.Batalyon TNI luar daerah membantu Kendal
Selain taktik dan strategi militer yang berkembang dimasa tersebut, perkembangan militer di daerah Kendal juga diwarnai oleh masuknya berbagai Batalyon tempur TNI dari luar daerah bekerjasama dengan satuan TNI , Kelaskaran dan pejuang di wilayah Kendal ,Hadirnya bantuan dari kesatuan dan Batalyon luar daerah di Kendal adalah ketika dimasa sekitar pasca masuknya sekutu di Semarang saat Jepang kalah perang, dimana pasukan S.Sudiarto terlibat pertempuran dengan pasukan sekutu dan Belanda di Gunung Anguk Anguk/Canguk yang terletak di sekitar wilayah Mijen dimana pasukan TNI Kendal mendapatkan bantuan dari kesatuan Wonosobo dibawah pimpinan Kapten Utoyo yang bertahan diwilayah Ngalian, sementara bantuan lain datang dari Kompi Sugiyono Jogjakarta dengan persenjataan berat seperti mortir, Tank Box, Meriam Kodok dan senjata kaliber 12,7 yang mereka bawa dari Karanganyar sehingga pasukan penjajah dapat dipukul mundur kembali ke markas mereka di Semarang. Efek positif dari datangnya bantuan tentara dari luar daerah itu selain kekuatan pasukan pasukan bertambah kuat, pengetahuan pasukan dan pejuang Kendal juga mengalami peningkatan mengenai taktik tempur dan penggunaaan persenjataan.


E.Penyerbuan Belanda Ke Kendal
Selepas Perjanjian Linggarjati ditanda tangani pada Tanggal 25 Maret 1947, secara umum Perdana Menteri Syahrir dan rakyat Indonesia menerima perjanjian tersebut, tapi pada tanggal 27 Mei tahun yang sama Belanda mengajukan nota yang bersifat Ultimatif yang sengaja dibuat agar Indonesia tidak dapat menerima usulan Belanda, pada intinya untuk membentuk pemerintahan dan pasukan bersama atau “ Gendarmarie”, baik syahrir atau penggantinya, PM Amir Syarifudin menolak usul tersebut, Tanggal 15 Juli 1947 Belanda kembali mengirim nota serupa dan Indonesia harus menjawabnya dalam 32 Jam, PM Amir Syarifudin menjawab nota itu melalui Radio Republik Indonesia(RRI) tapi Van Mook menganggap jawaban itu jauh dari memuaskan, kemudian pemerintah Belanda memberi kuasa kepada PM Van Mook pada 20 Juli 1947 agar mengambil tindakan “seperlunya” terhadap Indonesia.
Dengan kekuatan sekitar 125.000 orang , Belanda menyerbu ke wilayah Indonesia, pasukan mereka terdiri dari 110.000 KL (Koninklijke Leger), 12.000 KM ( Koninklijke Marinier), dan sisanya adalah pasukan KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger), pasukan ini terbagi dalam 3 Kelompok dan 19 Batalyon.
Komando tertinggi Belanda pada agresi ini adalah Letnan Jenderal Simon H. Spoor, pihak Belanda sendiri tidak menganggap serangannya ke wilayah Indonesia sebagai agresi militer tapi hanya sebatas aksi polisionil pada sasaran yang sifatnya ekonomis sehingga mereka menamakan operasinya dengan nama “Operasi Produk”, dari beberapa divisi dan brigade Belanda yang disebar ke seluruh wilayah Nusantara, untuk merebut Jawa Belanda menempatkan Divisi A. Dibawah pimpinan Mayor Jenderal M.R. De Bruyne. Sementara Semarang berada dibawah pengawasan Brigade T ( Tijger, dalam bahasa Indonesia artinya Harimau-red) pimpinan Kolonel Johann Van Langen.
Pihak Republik Indonesia tentu tidak tinggal diam menghadapi tantangan Belanda ini, Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Kepala Staf Jenderal Oerip Sumohardjo sebagai pimpinan TNI dimana Istilah TNI ini resmi sejak tanggal 5 Mei 1947 mempersiapkan perang gerilya.
Jawa Tengah sebagai Jantung pulau Jawa dipertahankan oleh 3 Divisi yaitu Divisi II Gunung jati dipimpin Mayjend Gatot Soebroto dengan wilayahnya yaitu Cirebon, Tegal dan Banyumas, Divisi III dipimpin Mayjend Raden Susalit berwilayah di Pekalongan, Kedu, Yogyakarta, Pemalang dan Kendal serta Divisi IV Panembahan Senopati dipimpin Mayjend Sutarto bertugas mengawal Semarang, Solo dan Pacitan.
Uniknya sejarah pemerintahan Sipil Kendal ternyata seiring dengan Sejarah Kemiliteran di daerah ini, ketika Belanda menduduki pusat pemerintahan sipil Kendal, sang Bupati yaitu Sukarmo tercatat dalam berbagai buku sejarah turut serta maju ke garis depan pertempuran bersama TNI sementara roda pemerintahan dipegang oleh Patih nya yaitu Kartowikromo.

F.Rute Pendudukan Belanda atas wilayah Kendal

1.Belanda Menduduki kaliwungu .
Hari Senin Legi tanggal 28 Juli 1947 Belanda mengadakan Aksi militernya secara besar besaran ke arah Kabupaten Kendal , tembakan senjata berat dari arah darat, laut dan udara melalui pesawat pembom yang terbang sangat rendah, aksi itu sudah diprediksi oleh para pemimpin milier dan sipil kabupaten Kendal, didaerah strategis seperti Kaliwungu, Brangsong dan desa desa lain yang kemungkinan dilalui pasukan Belanda telah dipasang perintang jalan dan berbagai upaya untuk menghalangi langkah pasukan Belanda. TNI dan para pejuang mengosongkan Kaliwungu dengan sebelumnya membakar beberapa gedung vital seperti gedumg Kawedanan, Kaliwungu menjadi kosong karena penduduknya dievakuasi oleh TNI ke sepanjang sungai Blorong.tanggal 29 Juli 1947 Kaliwungu jatuh ke tangan Belanda, Belanda kemudian mengangkat Asisten Wedono / Camat bernama Badarussamsi umtuk menjalankan roda pemerintahan , saat itu Belanda mencoba meraih simpati warga lokal dengan cara mendatangkan bahan makanan dan pakaian untuk rakyat, tapi Belanda juga menjadikan Pasar Sore Kaliwungu sebagai tempat menaruh dan memajang berbagai persenjataan dari yang terkecil hingga kaliber besar dengan motif sebagai Show Of Force atau unjuk kekuatan terhadap para pejuang .
2.Belanda Menduduki Boja
Para Pejuang sudah memprediksi bahwa Belanda akan bergerak ke arah barat menuju Kabupaten, mereka melakukan langkah berani dengan meledakkan jembatan Cangkring Brangsong untuk memutus gerak penjajah tapi jembatan itu hanya miring saat terkena ledakan namun demikian sudah tak dapat dilalui oleh kendaraan.
Tanggal 29 Juli 1947 Belanda tidak langsung menyerang Kabupaten Kendal namun melambung kearah Boja dimana pasukan pasukan pejuang dari Ngaliyan dan Mijen bertahan, Belanda menyerang dari dua jurusan yaitu lewat Jrakah dan Gunungpati. Boja jatuh ketangan Belanda pada Tanggal 31 Juli 1947, pasukan pejuang mundur kearah Limbangan.
3.Pemerintahan Kendal pindah ke Weleri
Kota Kaliwungu diduduki Belanda pada tanggal 29 Juli 1947 jam 10.00 , Tentara Penjajah merangsek dengan kendaraan lapis baja dan pasukan infanterinya kearah Kendal dimana pusat pemerintahan kabupaten berada, karena menyadari keadaan sudah tidak memungkinkan maka tanggal 30 Juli 1947 pemerintahan Kendal pindah ke Weleri dibawah pimpinan Patih Kartowikromo beserta beberapa stafnya, sedangkan Bupati Kendal Sukarmo bersama satuan BKR/TKR, laskar dan Pejuang Kendal berada di garis depan medan pertempuran dan ikut berperang membela negaranya.
Sambil bergerak mundur, para pejuang membumi hanguskan beberapa gedung Vital di Sekitar kota dengan tujuan agar gedung gedung itu tidak dipergunakan Belanda menjalankan pemerintahannya di Kabupaten ini.
Beberapa gedung penting yang dibakar oleh para pejuang adalah Gedung Kabupaten, Kantor Kumiyai yang sekarang gedung sasana budaya, Gedung SD Kendal ( Sekarang kator DPUK) , Kepatihan/ sekarang Gedung DPRD, Markas ALRI/ sekarang kantor perhutani, bumi hangus dilakukan juga di Kawedanan Boja dan perkebunan di sekitarnya.
Pasukan Belanda terus mengejar gerakan para pejuang dan pemerintahan Kabupaten Kendal, karena tidak dapat melewati Jembatan Cangkring yang miring karena diledakkan pejuang kita, Belanda melambung melalui Jalur selatan dari Sidoreja, Putat hingga Gemuh, sesampai di Weleri, perlawanan dilakukan oleh warga dan pejuang namun kekuatan Belanda lebih besar , Pasukan kita mundur, Weleri diduduki Belanda.
4.Pemerintahan Sipil dan Militer Kendal di Sukorejo.
Ketika Weleri sudah diduduki Belanda , Pemerintahan Kabupaten Kendal pindah ke Sukorejo dipimpin Patih Kartowikromo sementara Bupati Sukarmo bersama BKR/TKR dan para pejuang masih berada di desa Triharjo Gemuh, melihat keadaan itu para pejuang menyadari bahwa praktis seluruh daerah Kabupaten Kendal dan daerah Kawedanan Boja telah dikuasai musuh, untuk mengontrol daerah kekuasaannya, Belanda bermarkas pusat di Pabrik Gula Cepiring.
Kota Sukorejo selain sebagai tempat berjalannya pemerintahan sipil di kantor Kawedanan juga difungsikan sebagai pusat kedudukan badan kelaskaran, pejuang dan Angkatan Bersenjata kita, di kantor itulah semua elemen mengadakan konsolidasi, koordinasi dan mengatur strategi meneruskan perjuangan. Selain itu kesatuan TNI dari Temanggung, Wonosobo, Magelang, dan Purworejo juga datang membantu.
Pos pertahanan pasukan Kendal garis depan ada di daerah Pageruyung, sementara Batalyon 60 dibawah pimpinan Mayoor Salamun telah menyusun garis pertahanan baru yang terbagi di Dadapayam, Pageruyung, Surokontowetan, Surokonto Kulon, Kebon Gembong, Sukomangli dan sekitarnya. Karena kuatnya pos-pos tersebut, Belanda kesulitan menerobos masuk lewat darat.
5.Sukorejo diserang dari Udara
Pada peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang kedua tepatnya Tanggal 17 Agustus 1947, segenap penduduk mengibarkan bendera merah putih di sepanjang jalan di Sukorejo sebagai pusat pemerintahan sipil dan militer kita, namun berhubung keadaan tidak memungkinkan karena sejak pagi Tentara Belanda telah mulai menyerang dengan serangan udara, beberapa Bom kaliber 12,7 dan tembakan senjata otomatis dimuntahkan dari pesawat tempur mereka, markas markas pertahanan pemuda dan pejuang seperti di dukuh Sumber desa Bumen jadi sasaran tembak Belanda, serangan itu tidak menimbulkan korban jiwa hanya beberapa rumah yang rusak, mengetahui Kantor Kawedanan diincar oleh musuh maka Kantor pemerintahan Kabupaten Kendal terpaksa dipindahkan ke Dukuh Tlangu desa Sukorejo tepatnya di rumah Pak Sumo.
6.Sukorejo Dapat direbut Belanda Pemerintahan Pindah Ke Kenjuran
Setelah desa Sukomangli sebagai daerah penyangga Sukorejo dikuasai musuh, dimana desa itu juga berfungsi sebagai pos pertahanan republik Indonesia yang ada di sekitar desa Pucak wangi digempur melalui udara dimana Belanda mengerahkan pesawat pengintai, pesawat pemburu dan senjata beratnya maka akhirnya dengan pertimbangan strategi dan pertahanan serta menghindari jatuhnya korban warga sipil maka pagi hari Jumat Kliwon tanggal 5 September 1947 kota Sukorejo dikosongkan , sebagian penduduk mengungsi keluar kota
Pemerintahan Sipil dan militer Kendal pindah ke Dukuh Kenjuran desa Purwosari Kecamatan Sukorejo, di Kaki Gunung Perahu, setelah Belanda menyerbu dengan tembakan ratusan Mortir dan ribuan peluru dari Darat dan Udara maka akhirnya Belanda dapat masuk Kota serta menduduki Kawedanan Sukorejo dan menjadikan gedung itu sebagai markasnya.
7.Pemerintahan Kendal dalam Pengungsian
Rupanya Belanda tidak main main dalam memburu pemerintahan Sipil dan Militer Kendal yang dianggap sebagai rival berat bagi upaya mereka menancapkan kuku penjajahannya kembali, mereka merasa Kendal adalah daerah strategis karena merupakan alur utama dibidang transportasi dimana Jalan raya Utama yang saat itu bernama Jalur Daendels menrupakan penghubung antara Provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Barat dan Jawa Timur di Jalur Pantai Utara Jawa.
Karena itu kedudukan pemerintahan Kendal di Kenjuran mendapat serangan gencar dari Belanda, untuk kesekian kalinya pemerintahan Kendal harus pindah lagi ke Desa Banaran Kabupaten Temanggungdan selanjutnya Bupati Kendal Sukarmo yang masih terus berperang di garis depan menginstruksikan agar pemerintahan Kendal yang dibagi tugaskan kepada Patih Kartowikromo dipindahkan lagi di Kota Temanggung dan menumpang pada sebagian kantor Kejaksaan Negeri Temanggung.
8. Pejuang Indonesia Membentuk berbagai Unit Pasukan Swadaya
Walaupun pemerintahan sipil dan militernya terus berpindah, tapi perjuangan gerilya para pejuang tidak berhenti, TNI dibantu laskar pejuang dan rakyat tidak melakukan perang frontal karena situasi tidak menguntungkan.
Di saat genting itulah tibul ide dikalangan para pemimpin tentara dan sipil kita didukung oleh masyarakat untuk membentuk berbagai satuan pasukan guna mengkoordinasikan kekuatandan mengatur serangan agar lebih rapi dan efektif, diantara satuan pasukan tersebut adalah:

8.1 Pasukan Kyai Mbiru
Pasukan ini adalah bentukan dari Bupati Kendal Sukarmo yang saat itu aktif bersama tentara kita berperang melawan penjajah langsung di garis depan memanggul senjata, pendanaan dari pasukan Kyai Mbiru ini berasal dari swadaya pemerintahan sipil dan militer Kendal, nama Kyai Mbiru sendiri berasal dari Legenda Putra Bupati Kendal bernama Den Baguse Menot yang ditinggal wafat ayahnya ketika dia masih belum dewasa, karena berselisih dengan sang paman maka putra bupati itu pergi kearah utara ke desa Mbiru, sampai dipinggir sungai tubuhnya menghilang atau “Mukso”, oleh penduduk setempat Den Baguse Menot diberi sebutan Kyai Mbiru. Sebelum berperang, pasukan ini mendapatkan pelatihan dan gemblengan mengenai taktik dan strategi perang gerilya dari Mayoor Suwarto dari TNI di desa Lempuyangan Kecamatan Candiroto Temanggung, Pasukan ini bermarkas di dukuh Kenteng Desa Purwosari Kecamatan Sukorejo, organisasi Pasukan Kyai Mbiru boleh dibilang cukup canggih untuk ukuran saat itu, pasukan tersebut terbagi dalam tiga grup yaitu Grup A. yang tugasnya mengadakan hubungan ke daerah pendudukan Belanda, mengumpulkan informasi untk keperluan militer dan pemerintahan sipil kita, ditambah tugas khusus menciptakan kekacauan di daerah lawan , komandan grup ini adalah Sumarjono. Yang kedua adalah Grup B merupakan pasukan pemukul yang bertugas menyerang langsung ke daerah lawan (Stoet Troep) beranggotakan para pemuda dan pelajar dibawah pimpinan Abimanyu dan Sadiman.grup ini terbagi dalam dua seksi yaitu Seksi 77 dan seksi 99, wilayah tugas pasukan ini bermarkas di Kedu Utara Sektor I sub Sektor I, dengan daerah pertahanan meliputi Tretep sampai Plantungan, bekerjasama dengan pasukan lain seperti Batalyon 60 Resimen 19 yang dipimpin Mayoor Salamun, Pasukan Menang dibawah komando Mayoor Suwarto dan Pasukan tentara Pelajar yang dipimpin Warsini.kemudian yang terakhir adalah Grup BB dibawah komando para pemimpin pasukan yang terlatih berperang gerilya dan perang konvensional seperti Asmogimun, Sarpani dan K. Harsoyo, anggota pasukan ini adalah merupakan gabungan dari para pejuang yang dulu pernah menjalani tugas bertempur melawan Belanda dan Jepang, grup ini diperkuat oleh lima orang Jepang yang membantu perjuangan kita di Kendal, nama asli mereka tidak diketahui namun menurut beberapa sumber mereka mempunyai nama Jawa yaitu Cokro, Seno, Suro, Kardi dan Harun.
Ketiga grup pasukan itu berada langsung dibawah perintah Bupati Kendal Sukarmo yang juga punya markas di Desa Manggong Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai markas kedua jika markas mereka yang ada di Sukorejo Kendal tidak memungkinkan untuk dilakukan koordinasi.
8.2.Pasukan Kyai Gembyang
Pasukan ini adalah bentukan dari seorang pejuang bernama Sumron Sudibyo dari Kota Kendal, Sumron juga memimpin sendiri pasukan tersebut, tugas pasukan Kyai Gembyang adalah mengumpulkan informasi tentang situasi dan pergerakan pasukan musuh di kota Kendal, disamping sebagai penghubung antara keluarga yang ada di daerah pendudukan musuh dan yang berada diwilayah pejuang Kendal, nama Kyai Gembyang sendiri diambil dari seorang Ulama yang merupakan penasehat Bupati Kendal jaman Mataram dulu.
8.3 Pasukan Kemangi
Nama Kemangi diambil dari sebuah tempat keramat di desa Jungsemi kecamatan Cepiring , yang saat ini merupakan wilayah dari Kecamatan Kangkung, konon menurut mitos yang dipercaya oleh sebagian penduduk wilayah itu,di tempat merupakan kediaman Kyai Rajegwesi atau kyai Kemangi yang menurut legenda bertempat tinggal berdekatan dengan sebuah kerajaan makhluk gaib di desa bernama Kemangi yang disekelilingnya dilingkari oleh akar sebuah pohon dikenal dengan sebutan “Oyot Nimang” bentuknya seperti akar yang berfungsi menyesatkan siapapun yang berniat jahat merusak desa tersebut.
Pasukan ini bertugas bergerak dan menyusup kedaerah sekitar Pabrik Gula Kecamatan Cepiring yang merupakan pusat komando tentara Belanda di Kendal ,komandan Pasukan Kemangi ini adalah Sujahri Diposugondo, karena gerakannya terdeteksi oleh Belanda dan kemudian pemimpinnya ditangkap serta dipenjara di Nusakambangan, maka gerakan pasukan ini tercerai berai dan dibubarkan oleh Belanda.
G.Persetujuan Renville dan Penerapannya di Kendal
Perjanjian renville di Tahun 1947 yang diantaranya menghasilkan keputusan adanya gencatan senjata di kedua belah pihak dan adanya garis demarkasi yang membatasi daerah pendudukan Belanda dan wilayah Republik Indonesia yang disebut garis Demarkasi atau Garis Status Quo. Implikasi atau penerapannya menyeluruh dari pusat hingga Kabupaten Kendal.
Sebagai bukti telah diadakannya perjanjian itu maka antar kedua belah pihak di Kendal menyelenggarakan sebuah upacara pelaksanaan persetujuan dimana Angkatan Perang RI diwakili oleh Letkol Sarbini sebagai Ketua, Letkol Sukandar sebagai anggota, Mayor Seno dan Mayor Akhmad Yani sebagai anggota, sementara dari pemerintahan sipil Kendal diwakili oleh Bupati Kendal Sumarmo dan Patih Temanggung.
Sebagi tempat perundingan adalah di Kota Sukorejo, konsekuensinya kedua pihak harus menahan diri untuk tidak saling menyerang dan pasukan Kyai Mbiru harus bergabung dengan induk pasukannya dan diadakan regrouping artinya anggota pasukan yang berasal dari pelajar kembali ke pelajar, guru kembali jadi guru dan seterusnya, bagi pasukan yang belum tersalurkan pekerjaannya mereka diusahakan masuk kelapangan kerja yang disukainya seperti di Kesatuan Tentara, Polisi Militer, Polisi Keamanan, dan pedagang.
Namun persetujuan Renville itu tidak berlangsung lama efektivitasnya, Belanda melanggar persetujuan itu dengan alasan Republik Indonesia sudah tidak eksis lagi, tanggal 19 Desember 1948 Belanda menyerang Republik Indonesia untuk yang kedua kalinya, sebuah pelanggaran atas perjanjian internasional yang diawasi oleh mata dunia.
H..Temanggung Jatuh Ke tangan Belanda
Dalam agresi militernya yang kedua ini Belanda mampu menduduki Temanggung yang merupakan pusat pemerintahan sipil Kendal dalam pengungsian pada tanggal 22 Desember 1948 , para pejuang yang tidak ingin arsip penting mereka direbut musuh melakukan aksi bumi hangus,perjalanan menyusup kembali ke daerah Kendal melewati medan yang berat, yaitu lewat lereng Gunung Sumbing ke Gunung Sindoro kemudian ke Gunung Perahu, sementara yang ada di sebelah timur Temanggung merayap melalui gunung Ungaran. Setelah dirasa agak memungkinkan maka pemerintahan Sipil Kendal akhirnya menetapkan dusun Kenjuran desa Purwosari Kecamatan Sukorejo sebagai pusat sementara pemerintahannya.
I.Pemerintahan Militer Kendal direorganisasi
Untuk lebih meningkatkan intensitas srangan gerilyanya, tentara kita membentuk kembali/reorganisasi pemerintahan militernya dibawah pimpinan Kapten Sudarmadi, untuk mengelabui Belanda maka antara pemerintahan sipil dan militer Kendal mengadakan kerjasama, untuk pemerintahan sipil kedudukan staf dan pimpinan sengaja dipisahkan, Staf pemerintahan sipil tetap di Kenjuran namun untuk pimpinannya berada di dukuh Dempel desa Plosogaden Kecamatan Candiroto Temanggung bersama dengan Komandan K.D.M.( Komando Distrik Militer) Kendal, Kapten Sudarmadi.
Berdasarkan Konferensi Kemiriombo, maka tenaga aparatur pemerintahan Kendal diwajibkan mendekati daerah dimana mereka ditetapkan bertugas,
Sementara Mayoor Panuju dari kesatuan Kuda Putih, bagian dari Brigade 9 Magelang yang merupakan kelompok dari Staf Y dipimpin oleh Kepala Staf Mayoor Ismullah, yang diantara daerah operasinya adalah di wilayah Kabupaten Kendal juga membagi daerah tugas operasinya yaitu, Kapten Bagyo untuk daerah Kendal dan Weleri, Kapten Sugondo untuk Kawedanan Kaliwungu dan Boja, Kapten Ciptono untuk Kawedanan Sukorejo.
J.Konverensi Meja Bundar, Awal Kemenangan rakyat Kendal.
Konverensi Meja Bundar yang dibuka tanggal 8 Agustus 1949 bertempat di Den Haag Belanda mempertemukan delegasi dua negara yang bertikai yaitu Republik Indonesia dan Belanda serta UNCI ( United Nation Comission in Indonesia) sebagai perantara, menghasilkan keputusan penting yaitu pertama Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia selambatnya akhir tahun 1949 , kedua, Indonesia menjadi Negara Serikat/Federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), yang ketiga, Tentara Belanda /KNIL ditarik mundur, dan yang terakhir, Seluruh bekas daerah Hindia Belanda diserahkan kepada RIS kecuali Irian Barat yang statusnya akan dirundingkan kemudian.
Rupanya adanya perjanjian itu dicermati benar oleh para pejuang kita, mereka segera mempersiapkan diri, perlahan mereka bergerak menuju kota. Pasukan Belanda berangsur ditarik mundur ke markas induknya untuk meninggalkan Kabupaten Kendal, para pejuang yang dipenjara dibebaskan.
Para pejuang merayakan perjanjian tersebut sekaligusmemperingati hari kemerdekaan Indonesia di berbagai tempat, diantaranya di rumah Bekel/perangkat desa Telogowungu desa Muncar Kecamatan Jumo yang menggelar Wayang Kulit dengan lakon “Minak Jinggo Balen”pada malam jelang 17 Agustus 1949, Tepat pukul 00.00 malam tersebut diadakan renungan suci dengan Inspektur Upacara Mayoor Panuju dari Kesatuan Kuda Putih. Pagi harinya Upacara ditiadakan mengingat situasi keamanan dipandang belum memungkinkan.
K. Desa Sojomerto Sebagai Pusat Pemerintahan Militer
Pemerintahan sipil maupun militer Kendal dipersiapkan untuk segera memasuki kota, untuk tempat persiapan tersebut dipilih lokasi di rumah seorang lurah desa Sojomerto Kecamatan Gemuh bernama Kusen.
Karena dianggap pejabat Bupati Kendal kosong maka pemerintah pusat mengangkat Bupati baru bernama Raden Prayitno Partodijoyo mantan patih Pekalongan.
Bupati baru menginstruksikan kepada Patih Kartowikromo agar pemerintah RI Kendal segera mendekati kota.
Tanggal 15 Desember 1949 Pemerintahan sipil dan Militer kendal telah memasuki beberapa kota vital, namun saat itu terjadi “Dobbel Bestuur” atau Dualisme pemerintahan dimana ada dua pemerintahan yaitu pemerintahan Belanda dan Republik Indonesia.
L. Pemerintahan RIS Kabupaten Kendal
Tanggal 29 Desember 1949 Residen Semarang, Raden Milono menyaksikan serah terima dari Recomba/Pemerintahan Belanda kepada Para Pejabat Republik Indonesia Serikat/RIS Kabupaten Kendal,secara bertahap kawedanan demi kawedanan sehingga lengkap seluruh daerah berada dalam kekuasaan Indonesia.
Pada waktu terjadi penyerahan kekuasaan, yang ditunjuk menerima kekuasaan adalah dari pemerintahan Recomba kepada RIS adalah perwira dari kesatuan Kuda Putih Letnan Samsuharto, kemudian Letnan Jabadun menerima penyerahan pemerintahan didaerah Kendal kota, Kapten Bagiyo menerima penyerahan di Boja, Letnan Surowo menerima penyerahan di Weleri, serta Letnan Satu Ciptono menerima pemerintahan di Plantungan.
Tamat sudah kekuasaan Belanda yang sekian lama menduduki Kendal, pergantian kekuasaan ini berlangsung damai.
M. Dinamika Kemiliteran Kendal Pasca Kemerdekaan
Pemerintahan Kabupaten Kendal yang dipimpin Bupati Raden Prayitno Partodijoyo segera melakukan konsolidasi, seluruh aparatur mulai dari Wedono sampai Lurah segera menjalankan tugasnya, demikian juga dengan pemerintahan militernya, Kapten Sudarmaji yang ditunjuk menjadi Komandan Distrik Militer/K.D.M, sejak tahun 1948 telah diganti oleh Kapten Suwandi pada pertengahan tahun 1949, Pada tanggal 25 Desember 1949 S.T.M. ( Sub Teritorial Militer) Karesidenan Semarang Pati dipimpin oleh Dr. Azis Saleh menempatkan Kapten Sumarso sebagai komandan K.D.M , di masa itu untuk melaksanakan pemerintahan militer di tiap kecamatan dibentuk PMKT singkatan dari Pemerintahan Militer KeTjamatan, saat itu PMKT dibentuk 12 Kecamatan dengan beranggotakan 2 atau 3 orang, sedangkan 5 Kawedanan beranggotan 2 sampai 4 orang dan unsur staf terdiri dari sekretaris yang dijabat oleh Letda Sudibyo dan perlengkapan dijabat oleh Sersan Edy Widjaya. namun tak lama kemudian sekitar tahun 1950 sebutan KDM berubah menjadi PDM ( Perwira Distrik Militer}, sementara PMKT berubah menjadi PTKT yaitu Pemerintahan Teritorial KeTjamatan. Beberapa tahun kemudian Seiring perjalanan sejarahnya PDM sempat berganti menjadi PODM ( Perwira Oender District Militer) sementara PMKT diubah menjadi BODM ( Bintara Oender District Militer), perkembangan jaman membuat istilah yang berbau Belanda menjadi diras kurang mengandung nilai nasionalisme, nama PODM berubah menjadi Puterpra ( Perwira Urusan Teritorial Perlawanan Rakyat} dan BODM menjadi Buterpra ( Bintara Urusan Teritorial Perlawanan Rakyat}, Seluruh elemen dirasakan cukup mantap dan stabil walaupun awalnya ada sebutan “Ko” bagi yang pernah mengabdi pada Belanda dan “Non” bagi yang tidak bergabung dengan Belanda namun berangsur sebutan itu hilang dan semua satu barisan dalam mengabdi pada Indonesia.stabilitas pertahanan dan keamanan membuat organisasi kemiliteran di Indonesia berkembang pesat, mengikuti laju perkembangan itu akhirnya sebutan Puterpra diganti menjadi Komando Distirk Militer (Kodim) dan Buterpra berubah menjadi Komando Rayon Militer (Koramil) , Tepatnya ditahun 1961 Korem Semarang Pati yang mempunyai daerah kekuasaan Karesidenan Semarang dan Pati berkedudukan di Salatiga dengan kode Nomer 73 yang membawahi 9 Kodim termasuk Kodim Kendal dengan kode Nomer 0715 berkedudukan di Kendal.







2. Pemrakarsa terbentuknya Kodim 0715/Kendal.


Terbentuknya Kodim 0715/Kendal mengalir seiring perkembangan jaman , Jiwa dan semangat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan.
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 22 Agustus 1945 yang merupakan bagian dari Badan lian yaitu Badan Penolong Korban Perang (BPKP) di tingkat nasional segera pula menjadi dasar terbentuknya BKR di berbagai Provinsi dan Kabupaten termasuk Kendal, dalam perkembangannya BKR ditingkatkan menjadi Tentara Keamanan rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945, sementara pembentukan TKR sedang berjalan dibeberapa wilayah, perang antara tentara Jepang melawan segenap elemen pejuang nusantara yang ingin merebut senjata dari Dai Nippon terus berjalan, pada tanggal 25 Januari 1946 TKR disempurnakan menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) , selang beberapa waktu, tepatnya tanggal 3 Juni 1947 TRI diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) .
Dengan diresmikannya TNI maka semua laskar perjuangan dilebur menjadi satu dan masuk kedalam TNI, sementara untuk daerah Kendal termasuk dalam Divisi III Pangeran Diponegoro yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Raden Susalit yang wilayah tugasnya meliputi Pekalongan, Kedu, Yogyakarta, Pemalang dan Kendal.
Pada Tanggal 25 Desember 1949 , S.T.M ( Sub Territirial Militer) Karesidenan Semarang Pati yang dipimpin Letkol Dr Azis Saleh menempatkan Kapten Soenarso sebagai Komandan K.D.M. Kendal yang pertama, P.M.K.T. ( Pemerintahan Militer KeTjamatan) yang sekarang menjadi Koramil telah dibentuk di tiap kecamatan dengan jumlah anggota yang sangat terbatas waktu itu.
Dalam kurun waktu tahun 1949 di Kendal masih ada dualisme pemerintahan antara Belanda dan Indonesia, setelah itu K.D.M menjelma menjadi P.D.M dan P.M.K.T menjadi P.T.K.T ( Pemerintahan Teritorial KeTjamatan)melihat situasi yang tidak menentu pada masa itu, maka perwira P.D.M Lettu Santoso memerintahkan anak buahnya untuk membuat kantor sendiri di tempat Kodim yang sekarang ini, apel kerja baru diadakan mulai tahun 1952, pada saat itu perlengkapan kemiliteran belum lengkap sperti saat ini, anggota TNI masih berpakaian preman dan belum bersenjata, tanda pangkat pun masih ditempelkan di lengan pakaian preman, setelah ada pendistribusian uang makan baru para anggota diberi seragam drill kuning dan perlengkapan militernya seperti Kopel, Helm, Risplang dan sangkurnya adalah bekas KNIL.
Tanggal 26 Agustus 1961 telah dihapus organisasi Menif dan Korem Semarang Pekalongan lama dan terbentuklah organisasi Brigif dan Korem baru , adapun Korem Semarang Pati berkedudukan di Salatiga dengan nomer Kode 73 dan membawahi 9 Kodim termasuk Kodim Kendal dengan nomer Kode 0715 berkedudukan di Kendal.






3.Pembentukan

A. Berdasarkan tanggal Skep.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan TNI maka berdasarkan Penetapan Presiden 1949 No: 14 tanggal 4 Mei 1948 pemerintah melakukan Rekonstruksi dan Rasionalisasi (RE-RA) dengan sasaran penyusunan personil menjadi pasukan tempur dan pasukan teritorial, dengan adanya RE-Ra itu maka divisi II/Sunan Gunung Jati , Divisi III/Pangeran Diponegoro dan Divisi V/Ronggolawe dilebur mnjadi satu dibawah Pimpinan Kolonel Bambang Sugeng, sedangkan Divisi IV/Panembahan Senopati menjadi Komando Pertempuran Panembahan Senopati dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan penetapan Presiden Nomor: 23 Tahun 1948 Divisi Jawa Tengah dibagi menjadi dua Daerah Militer Istimewa (DMI) yaitu DMI II dibawah Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto dan DMI III dibawah Gubernur Militer Kolonel Bambang Sugeng.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia nomor : 5/D/AP/49 tanggal 31 Oktober 1949 kedua Divisi itu digabung menjadi satu divisi dengan nama Divisi III dan Kolonel Gatot Soebroto ditetapkan sebagai Panglima. Setelah beakhirnya perang kemerdekaan TNI memasuki masa konsolidasi , dalam masa konsolidasi itu terjadi perubahan organisasi karena wilayah RI disusun menjadi 7 Tentara Teritorium, Daerah Jateng termasuk DI Yogyakarta disusun dalam satu TT, dan selnjutnya sebagai realisasi dari Penetapan Kasad Nomor : 83/KSAD /PNTP/1950 tanggal 20 Juli 1950 menjadi Tentara dan Teritorium IV Jawa Tengah dengan Panglima Kolonel Gatot Soebroto dan berkedudukan di Semarang, dalam rangka memelihara Kesatuan jiwa, Sikap dan Korps berdasarkan Keputusan Panglima TT IV/Jawa Tengah Nomor : 34/B-4/D-III/1950 diresmikan pemakaian Badge Divisi Diponegoro sebagai satu satunya Badge untuk seluruh TNI di Jateng
Seiring pekembangannya kemudian, dengan Dasar Surat Keputusan Panglima Kodam VII Diponegoro Nomor : Kpts-207/8/1961 tanggal 29 Agustus 1961 telah dihapus Organisasi Menif dan Korem Semarang Pekalongan{Lama} dan terbentuklah Organisasi Brigif dan Korem yang baru, adapun Korem Semarang Pati mempunyai daerah kekuasaaan Karesidenan Semarang dan Pati berkedudukan di Salatiga dengan Nomer Kode 73 yang membawahi sembilan Kodim termasuk Kodim Kendal dengan Nomer Kode 0715 berkedudukan di Kendal.
Berselang satu tahun kemudian dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor: KPTS-45/I/1962 tanggal 16-1-1962 yang berlaku surut sejak tanggal 1 September 1961, Resimen Infanteri 14 Menjadi Korem 73 kemudian pada tahun 1966 oleh Pangdam VII Diponegoro dikeluarkan Surat Keputusan No: Kep-4/1/1966 tanggal 29-1-1966 Korem 73 berubah menjadi Korem 073 ( Turunan Surat Kpts.45/1/1962 dan Kep 4/1/1966) untuk Kodim 0715/Kendal menyesuaikan, dalam arti tidak mengalami perubahan nama dan kedudukan.





B. Kondisi Tempat Pembentukan.

Pada masa kekalahan Jepang pada Tentara Sekutu sekitar tanggal 14 Agustus 1945 para pejuang yang tergabung dalam BKR , pemerintahan sipil dn pejuang Kendal menempati Gedung Habiproyo ( Sekarang gedung SMAN I Kendal) sebagai markas perjuangannya, ditengarai BKR juga mempunyai markas di Kaliwungu mengacu pada catatan sejarah yang menyebutkan adanya sejumlah tentara Jepang yang dihukum mati oleh rakyat dan BKR di markasnya di Kaliwungu, diperkirakan lokasinya di sekitar lapangan Brimob.
Setelah Rapat Umum di Alun alun Kendal November 1945 yang mengangkat Bupati baru, yaitu Bupati Sukarmo bekerjasama dengan BKR yang ditingkatkan menjadi Tentara Kemanan Rakyat(TKR) serta para pejuang membuat Markas Umum, yaitu tempat untuk pengkoordinasian taktik dan strategi perang melawan penjajah yang bermarkas di Kawedanan Kaliwungu.
Dimasa penyerbuan Belanda ke Kendal tanggal 2 Agustus 1947 markas tentara kita pindah ke Sukorejo tepatnya di Gedung Kawedanan bergabung dengan pemerintahan sipil, ketika Sukorejo dibombardir Belanda menggunakan artileri berat dan pesawat pembom maka pemerintahan militer dan Sipil mengungsi ke Gedung Kejaksaan Temanggung.
Beberapa waktu aman di Temanggung, kembali Belanda mengejar gerakan tentara kita, Belanda menyerbu dan menduduki Temanggung, kembali TNI dan para pejuang mundur dan mendirikan markas di Plosogaden Kecamatan Candiroto Temanggung dengan Komandan KDM Kapten Sudarmadi sebagai pemimpin, ketika situasi tidak memungkinkan untuk bertahan maka kembali TNI menyingkir dari Candiroto ke Daerah Sojomerto Kecamatan Gemuh sebagai pusat pemerintahan Militer.
Setelah Perjanjian Konverensi Meja Bundar(KMB) efektif dilaksanakan maka pemerintahan militer dan sipil Kendal masuk ke kota kota di wilayah Kendal.
Sekitar tahun 1950 seorang anggota TNI bernama Lettu Sukardjo yang berasal dari Batalyon 2 Pimpinan Mayor Yusmin Singo Manggolo yang sedang transit dalam perjalanannya menuju Bandung untuk menumpas pemberontakan Kartosuwiryo, sempat menancapkan bambu di sebelah Timur kantor Blaandweer/Pemadam kebakaran milik Belanda sebagai tanda bahwa ditempat bambu itu menancap adalah akan didirikan markas Kodim Kendal. Hingga kini tempat bambu itu ditancapkan masih berdiri Gedung Kodim 0715/Kendal.
Tahun 1950 tersebut kantor Kodim Kendal masih menumpang di tanah milik Pak Ali penjual kayu yang terletak di Jalan Pemuda, kini Jalan Sukarno Hatta, dengan fisik bangunan masih berupa rumah papan sederhana dengan Komandan P.D.M .
Lettu Iskandar, Sekitar beberapa tahun kemudian baru perwira P.D.M Lettu Santoso memerintahkan untuk membuat kantor baru dimana Markas Kodim Kendal menempati bangunan di tempat bambu ditancapkan oleh Lettu Sukardjo ,lokasi tanah sendiri merupakan hibah dari Perhutani untuk TNI, menurut penuturan beberapa veteran dan narasumber, bangunan Markas Kodim saat itu berupa Papan kayu dan Bambu, belum disemen atau tembok, kayu yang digunakan untuk banguan itu berupa kayu jati hasil sumbangan dari perhutani Kendal, sementara bambu berasal dari kampung sekitar markas, hubungan antara TNI dengan rakyat sangat erat saat itu sehingga tak jarang warga bekerja bakti membenahi markas Kodim tanpa diminta ataupun dibayar, cukup dengan jajan pasar dan beberapa teko teh maka pembangunan markas sederhana itu berjalan lancar.

Medio tahun 1960, mulai diadakan pengurugan tanah markas Kodim yang masih sering lembab karena merupakan tanah rawa-rawa, bertindak sebagai mandoor pengurugan waktu itu adalah Peltu Sutarno.
Sekitar tahun 70-an, mulai ada peningkatan dimana markas Kodim sudah berupa Batu bata sebagai dinding dan batu sungai sebagai Pondasi,material bangunan sendiri berasal dari Sungai sungai besar sekitar Kendal seperti Sungai Bodri dan Kali Kutho yang merupakan sumber galian Batu dan Pasir, sementara untuk tukang bangunannya diambil dari anggota Kodim sendiri.
Menyesuaikan dengan perkembangan jaman kini bangunan markas Kodim tetap berdiri kokoh di Jalan Sukarno Hatta Kendal.
4.Kondisi awal personel saat pembentukan.
Ketika awal pembentukannya, kondisi personel Kodim Kendal belum seperti layaknya tentara jaman sekarang, saat itu pakaian dan perlengkapan belum ada, anggota TNI masih berpakaian preman seperti rakyat biasa yang membedakan adalah untuk anggota TNI terdapat semacam pangkat yang ditempelkan di lengan, dan belum ada persenjataan setelahg uang makan mulai lancar pendistribusiannya baru anggota TNI diberi perlengkapan seperti Kopel, Helm,Risplang dan Sangkur eks KNIL, jumlah anggota pun terbatas, di setiap PMKT yang sekarang menjadi Koramil hanya dibentuk di 12 Kecamatan dengan beranggotakan setiap PMKT hanya 2 atau 3 orang sementara di 5 Kawedanan hanya beranggotakan 3 sampai 4 orang dan ditambah beberapa unsur staf,
Di era modern ini, struktur organisasi Kodim 0715/.Kendal tetap berpedoman pada garis yang telah ditetapkan oleh Mabes TNI.( Disusun oleh Aryo Widiyanto dan Kapten Inf Harmanto dari berbagai Sumber ) Contact Addres : Aryo Widiyanto Jalan Sriagung no 234 Cepiring Kendal Jateng Indonesia 51352