Kisah Natalku
Suatu masa di bulan Desember 2014, sehari menjelang Natal,
siang itu aku diajak sahabatku bang Deco yang kebetulan barusan menyelesaikan
tugasnya sebagai penjaga kota Weleri Kendal untuk mengunjungi sahabat kami yang merayakan Natal di Gereja Katholik Santo
Martinus yang ada di pusat kota itu.
Persiapan
agak ramai aparat keamanan karena seseorang dengan codename Candi Dua hendak
mengunjungi Gereja berkaitan dengan persiapan pengamanan, aku selalu tertarik
dengan bangunan gereja, maka setelah ijin kepada yang berwenang aku masuk untuk
memfoto beberapa ornamen cantik bertema Natal yang indah menghias rumah Tuhan itu.
Pandanganku
tertumbuk pada seorang Ibu tua yang sedang takzim merangkai bunga di depan
altar yang ada dua lilin diatasnya, sesuatu seperti menarikku untuk menyapa Ibu
tersebut, sembari permisi memotret beliau, saya bertanya “Ibu , boleh saya tau
nama Ibu siapa” tanyaku, “Oh, saya Ibu Lina, Istri Dokter Budi yang rumahnya
depan itu lho mas” tuturnya
Dokter
Budi?,hmmm, saya sangat mengingat dokter tersebut, ada cerita mengenai bapak
dokter yang baik itu, sejak kecil aku secara tak sengaja terkena musibah dimana
bidan memotong pusarku terlalu pendek, hasilnya hingga SMP pusarku selalu
mengeluarkan darah, sari makanan yang aku makan bocor, tak heran badanku
seperti lidi , kurus kering, pucat seperti Vampir karena selalu mengeluarkan
darah setiap harinya, bayangkan saja di kelas 2 SMP, berat badanku hanya 25
Kilogram, seukuran berat anak TK Atau SD.
Dokter
Budi inilah yang merujuk aku untuk dioperasi di RS Telogorejo Semarang , saat
aku diperiksa di tempat prakteknya di depan Gereja St Martinus itulah beliau
mengultimatum Pakde Iste dan Budeku Widyaningsih yang mengantar periksa untuk
segera mengupayakan agar aku dioperasi, “Terlambat sedikit saja, anak ini dalam
bahaya” papar Dokter Budi , aku jelas mengingat dan sadar, bahaya yang dimaksud
adalah kematianku.
Singkat
Cerita aku dioperasi dan Alhamdulillah sembuh dan sehat hingga hari ini, aku
berhutang budi pada pak Dokter Budi ini, dan ajaibnya di malam Natal lalu , aku
dipertemukan dengan beliau, beliau memelukku lama ketika aku berkata “Pak
Dokter saya menunggu sekian puluh tahun untuk bertemu dan mengucapkan
terimakasih atas saran dan pertolongan bapak pada saya” lalu beliau berkata “semua atas ijin dan
kuasa Tuhan, saya hanya perantara” .
Kami berbincang agak lama, saling bercerita dan saling
mendoakan,benar benar keajaiban, Terima Kasih ya Allah. (Aryo Widiyanto