Senin, 29 Agustus 2016

Menara Kroostin, saat penjajah Belanda menyerap budaya lokal Tjepiring.



Menara  Kroostin, saat penjajah  Belanda menyerap budaya lokal Tjepiring.


                Tak selamanya penjajah kolonial Belanda meninggalkan jejak buruk di tanah jajahannya, di Cepiring Kabupaten Kendal Jawa Tengah ,sejauh pengamatan saya , ada beberapa  hal unik yang ditinggalkan secara positif oleh para hollanders itu.


                Diantaranya adalah menara cerobong asap Pabrik Gula ( PG)  Tjepiring alias Kroostin  yang hingga kini masih tetap megah berdiri walaupun bahkan warganya sendiri tak ada yang mendaftarkan sebagai cagar budaya yang patut dilindungi dan dilestarikan.


                Menara ini rupanya mengandung filosofi mendalam akulturasi penghormatan para arsitek yang membangun pabrik gula ini terhadap budaya Jawa, menurut Agus Budi Dharmawan (50) keponakan dari mantan Lurah Tjepiring  Mbah Sastro Atmojo yang konon menjadi kepala desa cepiring mulai dari jaman belanda hingga orde baru, “ filosofi Krostin berdasarkan cerita mbah Sastro yang mengutip dari perbincangannya dengan para meneer belanda yang sering berinteraksi dengannya ,  adalah meniru bentuk “ Pantongan “  atau yang lebih dikenal sebagai Kentongan yaitu alat penanda bahaya yang terbuat dari kayu atau bambu berbentuk silinder ,fungsinya  jika ada sesuatu seperti kemalingan, perampokan dan sebagainya yang saat jaman itu sering digantung di poskamling atau balai desa, bisa saja bentuknya kotak misalnya, tapi arsitek belanda nampaknya mengadopsi bentuk pantongan sebagai penghargaan terhadap budaya lokal” tutur budi yang sehari hari adalah pemilik toko roti Waris dan Hotel Asri Kendal.


                Kroostin didinamit di  Gemuh.

Seingat pak Budi ini, ada empat Kroostin yang ada di kabupaten Kendal, sebagai cerobong asap sekaligus penegas hegemoni makmurnya industri gula Belanda di tanah bahurekso ini “ Ada empat Krosteen, pertama di PG Pegandon, Kaliwungu, Gemuh dan Tjepiring, jika ada kroostin berarti pasti ada pabrik gulanya,” tutur Budi.


Namun akulturasi harmonis ini  bukan tanpa gejolak,  di Gemuh , sebuah daerah sekitar tiga kilometer kearah selatan Tjepiring ,ada kejadian mencengangkan , “  Menara Kroostin diledakkan dengan dinamit oleh Lurah Gemuh bernama Slamet Linuwih dan pasukannya ,tahun kejadiannya saya tak tahu persis mungkin sebelum tahun 1940-an  tapi hingga tahun sekitar 90-an sisa sisa reruntuhan kroostin itu masih  ada di sekitar pinggiran sungai Bodri , penyebab peledakan itu adalah  hanya gara gara Belanda serakah membuat  peraturan bahwa semua tanah produktif di wilayah Gemuh harus ditanami Tebu, Padahal Gemuh itu secara tradisi adalah lahan pertanian untuk pertanian palawija dan tembakau, begitu ditanami tebu  maka mungkin rakyat lokal gak bisa makan dan mengembangkan tembakau” tutur Budi .

Pernyataan pak Budi ini selaras dengan apa yang ditulis oleh Leonie Van Daalen seorang warga Belanda yang keluarganya pernah menjadi petinggi di PG Cepiring di tahun 1937 dalam bukunya “Military in Tjepiring”  disana disebutkan bahwa terdapat gudang tembakau di Gemuh jaman kolonial itu, dan tentu saja jika ada gudang tembakau maka diprediksi daerah sekitarnya adalah penghasil tembakau, berikut  cuplikan dari sedikit teks dari buku itu  rumours spread that Tjepiring would receive KNIL officers to be housed as well. Soon after the military arrived, Mother and I went by jeep to Gemoe to visit the tobacco emplacement      terjemahan bebasnya adalah  rumor mulai menyebar bahwa Tjepiring  akan kedatangan prajurit KNIL dalam waktu dekat, segera setelah militer datang, ibu dan saya pergi ke Gemoe ( Gemuh?)  untuk menengok gudang tembakau”.
Banyak akulturasi budaya dan perikehidupan lain semasa Belanda tinggal di Tjepiring di jaman dulu itu, akan sangat mengagumkan jika perpaduan budaya antara Eropa dan Asia ini tertulis dan tergali dari tangan tangan generasi muda kota Cepiring Kendal Jawa Tengah, mari kita lestarikan sejarah .


( Aryo Widiyanto, Journalist, Traveller , Backpacker, , Photographer, dan Abdi Negara, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi , Facebook :Aryo Widiyanto, email di : aryo_widi@yahoo.co.id. Address: Jl Sriagung 234 Cepiring Kendal Jawa Tengah Indonesia. Instagram :Aryo Widiyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar