Selasa, 03 Juni 2014

Jogjakarta selalu mempesona



 Jogjakarta selalu mempesona



 


                Mungkin bagi kami yang tinggal di Jawa Tengah, rekreasi ke Jogjakarta adalah sebuah hal yang bisa dilakukan kapan saja, namun anehnya, setiap kali pergi ke Jogja, selalu ada pengalaman baru nan menarik  dan selalu mempesona,nuansa tradisionalnya dari jaman aku SD hingga anakku  sudah SD bukannya memudar tapi semakin kental dan menggetarkan hati untuk berkunjung kembali.


                Seperti saat beberapa hari lalu di bulan Mei 2014, sengaja hanya dengan bekal seadanya, mencangklong tas ala Backpacker, bersepatu softboot,  pake T Shirt dan tak lupa kamera besar untuk mengabadikan kenangan di Neverending Asia ini.
                Perjalanan dimulai dengan naik bus dari Kendal ke Jogjakarta yang memakan waktu sekitar 4 Jam, sembari melihat pemandangan dari balik kaca bus , menyenangkan.
                Sampai di Jogja sekitar jam 11, destinasi pertama saya adalah Kasongan Bantul,  karena keluarga saya masih ada yang berdomisili disana, melihat Kasongan dan segala kisah sukses para perajin gerabah di lokasi yang kini jadi kawasan wisata itu yang konon dulu tanah disana tidak pernah dilirik, tak ada yang mau beli karena terpencil, kini harga tanah disana melambung tinggi karena strategis dan potensial untuk tourism dan pusat handycraft pottery, ditempat ini kita bisa membeli gerabah dalam bentuk apapun, gaya apasaja, mulai dari gaya Jawa klasik, Jawa Tribal, Dayak, Papua, China, hingga bentuk yang terunik sekalipun, ada, dengan ukuran mulai dari seukuran botol balsem hingga yang suoer besar, harganya pun lebih murah dibandingkan dengan dilokasi wisata lain karena di Kasongan inilah pusat pembuatan dan penjualannya.
                Puas di Kasongan saya diantar keponakan menuju  Museum Dirgantara miik TNI AU di kawasan Adisucipto, di Museum ini nampak sisi pendidikan ditonjolkan oleh TNI AU,mulai dari seragam TNI AU berbagai jenis, hingga seragam Taruna dan Pilot rapi di dalam kaca, memotivasi generasi negara ini untuk bangga pada Korps Dirgantara, kemudian  berbagai diorama , replika pesawat , dan berbagai kisah sejarah di paparkan lengkap dengan keterangan dan klasifikasinya, berbagai jenis pesawat terbang yang pernah dipunyai  Indonesia dipajang , kesan megah dan wibawa nampak ketika deretan pesawat mulai dari jenis  kecil dan legendaris macam “Si Cocor Merah” yang digunakan bertempur melawan Belanda dan Jepang hingga pesawat berbadan lebar Boeing dan Helikopter pengangkut pasukan dibariskan rapi, para pengunjung bebas mau berpose seperti apa saja.
                Sengaja kami langsung menuju  ke Malioboro, spot legendaris  kuliner dan belanja di Jogjakarta, sejak awal niat  kami ber backpacker diniatkan hanya berjalan kaki, kami kesampingkan berbagai alat transportasi tradisional seperti Delman dan Becak yang menggoda dengan keramahan  pengemudinya yang berpakaian adat Jogja lengkap dengan blangkonnya, langkah kami menyusuri koridor Malioboro, sejumlah pedagang menjajakan oleh oleh yang sangat murah, gantungan kunci bertuliskan I Love Jogja beraneka warna hanya dijual di kisaran enam biji harga Sepuluh Ribu Rupiah , ada penjual Sate Madura, Siomay Bandung, penjual seruling bambu, mainan anak, seniman Tatto , penari Kuda Kepang dengan lincahnya menari sementara pengunjung memberi donasi di kaleng biskuit di depannya, pemerintah Jogja juga tanggap dengan membuat puluhan bangku kursi dari Beton disepanjang jalan menuju Malioboro tepatnya di boulevard antara Taman pintar hingga Benteng Vrederburg. Berbagai etnis berinteraksi dengan damai di Jogja, saya melihat  para pemuda Ambon bermain gitar dengan asyiknya, sementara Ibu Ibu berlogat Madura menjajakan Sate Ayam, penduduk lokal menjadi pengantar turis, sebuah harmoni nyaman tak terkira.
            Jogjakarta, menciptakan memori tersendiri, cobalah ajak keluarga, kerabat atau kekasih anda mengunjungi tempat ini, menikmati udara sore, berjalan kaki berdua, jika tak ingin lelah , delman atau becak siap mengantarkan anda ke tempat tempat romantis seperti Tamansari yang konon adalah tempat bercengkerama Raja dan Permaisurinya, dan ketika anda sudah menikmati panorama dan citarasa Jogjakarta, niscaya kerinduan akan kota ini akan membawa anda kembali disini, suatu masa nanti.

(Aryo Widiyanto, Traveller, Bacpaker, penikmat seni yg tinggal di akun twitter @aryowidi, Facebook : Aryo Widiyanto dan blog :  aryowidiyanto.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar