Gethuk Telo , Hidangan khas Kendal yang nyaris hilang.
Mengenang
masa kecil dengan berbagai dinamikanya sungguh menyenangkan, sekitar tahun 80
an saya masih ingat ketika akan berangkat sekolah dari rumah di kompleks
imigran Sriagung ke SDN 1 Tjepiring yang terletak diseberang jalan Daendels
Pantura , setiap pagi mendapat jatah makanan yang dibeli dari seorang penjual aneka jajanan bernama
mbak Lastri yang mengggelar lapaknya di
depan gedung bioskop Sriagung tepatnya didepan kantor penjualan kupon togel
Porkas waktu itu, beraneka makanan dijajakan seperti Nasi Trames, aneka
gorengan berupa Bakwan hingga Tahu Sumpel yaitu tahu yang didalamnya diisi
sayur mayur, lalu ada Bubur Kinco, bubur yang diatasnya disiram cairan Gula
Jawa, kemudian ada juga Ketan Kinco dan Gethuk Telo.
Kini sejumlah
jajanan dan hidangan khas masa kecil saya di Kendal masih ada, namun untuk
Gethuk Telo, yaitu sebuah makanan yang bisa mengenyangkan perut di pagi hari yang
terbuat dari Ketela rambat yang dihaluskan kemudian diatasnya diberi topping
berupa parutan kelapa muda dan disiram saus gula jawa nampaknya sudah agak
jarang yang menjualnya.
Sampai
suatu pagi tanggal 20 Oktober 2014 bertepatan dengan dilantiknya Jokowi sebagai
Presiden Republik Indonesia yang ke 7, saya menemukan seorang penjual Gethuk
Telo di Cepiring tepatnya di sebelah timur Pasar Cepiring atau di deretan penjual
sepeda yang menuju kampung Kermit, nama penjualnya Bu Juariyah, warga lokal
yang sudah sekian lama menjual aneka makanan di lapak miliknya yang juga
merupakan tempat tinggalnya sehari hari.
Menurut
sang penjual, peminat Gethuk Telo dan aneka camilan tradisional masih tinggi, “Setiap
pagi para pembeli masih setia membeii aneka jajanan di tempat saya, mungkin
karena sudah terbiasa dan sudah menjadi tradisi maka dagangan saya tetap
bertahan hingga sekarang” tuturnya.
Kelestarian
Gethuk Telo nampaknya bisa menimbulkan sebuah ide baru dimana ternyata masyarakat bisa juga
mendapatkan alternatif pangan selain beras, seperti yang kita ketahui bahwa
Beras merupakan sumber pangan yang sulit tergantikan, ibaratnya jika tak makan
nasi tak kenyang, pemikiran simpel yang membuat negara kita menjadi pengimport
beras padahal Indonesia adalah negara agraris kaya raya dengan berbagai sumber
pangan untuk warganya. (Aryo Widiyanto, Traveller , Backpaker, Photograper, Blogger dan Jurnalis serta buruh Negara yang tinggal di 087747970200, Fesbuk :Aryo Widiyanto )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar