Minggu, 20 November 2011

SEJARAH TERBENTUKNYA LOKALISASI GBL

SEJARAH TERBENTUKNYA LOKALISASI GBL
Gambilangu adalah lokalisasi yang berada di wilayak kabupaten Kendal yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tugu Kodya Semarang. Gambilangu dalam wilayah Kabupaten Kendal terletak di Dk. Mlaten atas Ds. Sumberejo Kec. Kaliwungu Kabupaten Kendal. Nama Gambilangu berasal dari dari dua kata Gambir dan langu, Gambir merupakan sebuah pohon yang pada jaman dulu banyak terdapat diaerah tersebut, buah pohon ini biasa dikonsumsi penduduk jaman dahulu untuk menggosok gigi atau dikunyah (nginang) untuk membersihkan mulut, bau buah tersebut oleh orang Kendal disebut langu atau campuran antara pahit , manis dan getir serta mempunyai ciri khas yang hanya dimiliki oleh pohon gambir tersebut.
Sebelum menjadi lokalisasi tempat tersebut merupakan pemukiman kumuh yang awalnya dihunii oleh beberapa orang, rumah yang didirikan juga sangat sederhana yang terbuat dari Gedeg (anyaman bambu) yang belum permanen. Tahun 1970 gambilangu masih berupa hutan, tegalan dengan pohon pohon besar. Tahun 1972 masyarkat luar mulai mendirikan bangunan semi permanen dengan membeli tanah seharga Rp 50.- per meter.
Penghuni daerah ini pada awalnya adalah seorang wanita bernama Jaenah, rumah yang ditempatinya semula bukan merupakan rumah bordil, hanya rumah biasa, rumah tersebut disewa untuk menginap tamu yang membawa wanita teman kencan kemudian melakukan hubungan seksual disana. Rumah tersebut layaknya losmen sederhana dan belum memiliki pekrja seks yang tinggal menetap dilokasi tersebut. Para pelacur dibawa oleh tamu hidung belang dan diajak kencan dirumah Jaenah. Lambat laun daerah tersebut ramai didatangi penghuni baru . Pra penghuni baru tersebut diantara dari golongan Gali, Orang bermasalah dan orang yang sengaja ingin membuka usaha seperti Bu Jaenah . Diantara penghuni tersebut adalah Pak Slamet Prayitno , Rochim , Pak Dakir mereka menetap didaerah tersebut pada tahun 1971 - 1972 terutama di lokalisasi yang masuk dalam wilayah Kodya Semarang , diduga penduduk tersebut mempunyai banyak masalah kriminal meskipun Slamet Prayitno sendiri adalah pecatan Polisi. Mereka dianjurkan tinggal didaerah tersebut oleh seseorang bernama Ahmadun dengan alasan daerah tersebut masih sepi dan jarang penduduknya dengan harapan agar mereka tidak membuat masalah lagi di masyarakat .
Masuknya orang orang tersebut merubah tempat itu menjadi lokasi pelacuran tidak resmi karena mereka sudah mempunyai anak asuh yang tinggal dirumahnya .
Gambilangu berubah nama menjadi sumberejo pada tahun 1976 dengan adanya perluasan wilayah Kodya Semarang. Gambilangu sebagai sebuah komplek terbagi dalam dua wilayah yaitu wilayah Kodya semarang dan Kecamatan kaliwungu Kabupaten Kendal, sedangkan untuk wilayah Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal mempunyai batas batas sebagai berikut :
Batas barat Ds. Sumberejo
Batas Selatan Kel. Rowosari Kodya Semarang
Batas Timur Kel. Mangkang Kulon
Batas Utara Ds. Sumberejo
Seiring dengan banyaknya orang orang yang tingal didaerah tersebut maka mereka membuka praktek bordil dan hiburan karaoke. Tapi nama Slamet Prayitno, Rochim dan Dakir tetap dikenang sebagai tokoh yang mempunyai peran sentral dalam menyulap daerah tersebut menjadi tempat lokalisasi.
Sebutan GBL itu sendiri berasal dari singkatan Gambilangu, yang kemudian tenar karena memudahkan pengucapanya dan orang menyebutnya dengan nama GBL hingga kini
Wacana menutup lokalisasi tersebut pernah mengemuka di masa reformasi pergantian pemerintahan dari Rezim Orde Baru ke Orde Reformasi disekitar tahun 1998, sempat terlihat ada beberapa plang berisikan pengumuman bahwa lokalisasi terbesar di Kendal itu tutup terpampang besar di pintu masuknya, kejadian itu tak hanya di GBL tapi juga hampir di seluruh lokalisasi di Kendal seperti lokalisasi Alas Karet di Sukorejo, lokalisasi Om Sumadi di Cepiring dan Damarsari, imbasnya bukannya praktek prostitusi berhenti namun malah ada efek samping yang tak disangka yaitu para pelacur yang merasa tak aman di lokalisasi kemudian berpraktek di sembarang tempat, umumnya di tempat keramaian seperti Gedung Bioskop Gajahmada di Kendal kota, Gedung bioskop Sriagung Cepiring, terminal Andong Cepiring, Terminal weleri hingga Bundaran Sukorejo, dari kejadian itulah disadari bahwa lokalisasi memegang peranan penting untuk mengendalikan para pekerja seks, karena dari lokalisasi itulah kesehatan dan keamanan para PSK bisa terpantau.(aryowidiyanto.blogspot.com)

1 komentar: