Perijinan #Syuting Film di Indonesia, Sulit??
Proses Syuting Film Java Heat di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah |
Birokrasi
di Indonesia, terutama yang menyangkut tentang segala perijinan khususnya
perijinan mengenai lokasi syuting sempat menjadi pemberitaan hangat , kasusnya
dipicu dari berita tentang Connor Allyn seorang Sutradara Film Java Heat yang mengalami proses
berbelit untuk diijinkan syuting di negara ini, langkah kontraproduktif
pemerintah Indonesia ini seharusnya tak perlu dilakukan mengingat Java Heat
adalah film berkelas produksi Hollywood,
pusat peradaban film seluruh dunia saat ini, filmnya pun bukan kacangan dilihat
dari sisi pemerannya ada nominator Oscar, Mickey Rourke dan Kellan Lutz dari
Amerika serta aktor Indonesia seperti Atiqah Hasiholan dan Ario Bayu juga turut
bermain apik berkolaborasi mengangkat cerita yang sangat mempromosikan
Indonesia dimana dalam film itu diceritakan bahwa tim Kepolisian Indonesia
bekerjasama dengan agen rahasia Amerika bekerjasama mengungkap sindikat pencuri
perhiasan keraton dan mengungkap peculikan
putri Sultan Hamengkubuwono Jogjakarta, ending ceritanya pun ciamik
sekali mengambil latar Candi Borobudur , sebuah promosi gratis bagi
kepariwisataan Nusantara.
Seharusnya
pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan SBY sadar bahwa dengan mempermudah
ijin syuting bagi sineas luar berkarya di Indonesia akan turut membantu
memperbaiki citra Indonesia via sinematografi, semakin banyak film Amerika dan
Eropa dibuat di Indonesia maka kesan aman akan terlihat ke seluruh dunia,
logikanya, tak ada konser musik atau syuting film dari negara barat yang
dilakukan di negara yang tak aman, jangankan syuting film, jika ada travel
warning saja gak ada orang barat yang melancong ke Indonesia.
Birokrasi
negra ini terutama Presiden SBY harus sadar bahwa efek positif dari Film yang
dibuat di negara ini atau di negara manapun akan berdampak bagi pariwisata,
contoh mudah, Ketika Fillm Lara Croft: Thumb Rider dibuat di kuil Ta Phrom
Kamboja dibintangi oleh Angelina Jolie diputar, maka berduyun duyun para
pelancong dari berbagai negara mendatangi kuil itu, pemerintah setempat sampai
harus melebarkan jalan beberapa kali lipat lebarnya untuk mempermudah akses
masuk ke kuil yang bahkan tak terkenal sebelumnya di negaranya sendiri.
Atau
ketika Leonardo di Caprio membintangi sebuah film di Phi Phili Island Thailand,
mendadak pulau kecil nan eksotik tersebut jadi objek wisata berkelas di dunia ,
ribuan pengunjung datang dan efeknya perekonomian penduduk lokal meningkat, sebuah simbiosis
yang manis karena sebuah film tak akan berhenti hanya dalam satu kali putar dan
tayang di bioskop, begitu selesai diputar di bioskop maka ratusan channel
stasiun TV akan antri menayangkan film itu, promosi berkelanjutan dan
berkeuntungan dari segi pariwisata dan ekonomi kreatif.
Teramat
banyak potensi keindahan alam yang dipunyai Indonesia yang belom terpromosikan
secara apik di luar sana, yakinlah bahwa kinerja Departemen Pariwisata
Indonesia akan sangat terbantu jika ijin syuting film dipermudah, akan ada
sejumlah film berkualitas lagi yang akan hadir mendampingi film yang telah
hadir sebelumnya seperti Eat, Pray,Love nya Julia Roberts dan Christine Hakim (2010)
The Philosopers yang syuting di Bangka Belitong, Bromo dan Candi Prambanan
(2012) atau sederet film lainnya, begitu
premiere perdana film itu diputar tentu media massa akan mengulas dimana film
itu dibuat dan tentu saja pemerintah kita yang akan diuntungkan.
Ubahlah
mental birokrat kuno yang suka mempersulit semua hal, kini saatnya Indonesia
menjadi destinasi syuting film yang disukai oleh Insan Perfilman dari seluruh
dunia karena keelokan alamnya, kerupawanan aktor dan aktrisnya, serta kemudahan
perijinan dari pemerintahnya .
(Aryo Widiyanto, Pemerhati film dan seni,
tinggal di Akun Fesbuk : Aryo Widiyanto, Twitter :@aryo_widi dan blogspot
:aryowidiyanto.blogspot.com, serta pin blackberry :21DC007F)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar