Minggu, 29 Maret 2015

Naik Bus Rapid Transit Semarang, Wow.



Naik Bus Rapid Transit Semarang, Wow.

Jumat 22/3-2015, adalah hari bersejarah bagi saya, karena hari itu adalah hari pertandingan tim Sepak Takraw tim putra kabupaten Kendal di Popda 2015 di GOR Wujil Ungaran, dan sejarah juga karena hari itu saya untuk pertama kali  naik Bus Rapid Transit (BRT) ala Semarang Ibukota Provinsi Jawa Tengah.

                Dari rumah sengaja saya menumpang mobil rekan sampe Terminal Mangkang, masuk ke halte seorang petugas perempuan berbaju batik nan ramah menyapa, lalu saya mencoba bertanya sedikit mengenai rute yang ada, dan mbak itu menerangkan bak seorang pemandu wisata handal, bahwa satu karcis seharga Rp 3500 ini bisa untuk menjelajah ke semua area di wilayah Semarang bahkan sampai ke Alun Alun Ungaran, wow, hebat sekali.

                Masuk ke BRT yang sudah standby, mulai terasa nyaman, ada Air Conditioner  masih berjalan baik, panel digital penunjuk rute mati, kursi empuk , bawah kursi nampak debu coklat menumpuk di sepanjang lantai dan panel interior atas, saya membatin , apakah tidak ada prosedur tetap setiap kali bus beroperasi harus dilap dulu atau memang debu Semarang tingkat radiasinya diatas rata rata, ah cuekin saja.

                Sopir dan Kondektur ramah kepada penumpang, sepertinya terlatih baik, penumpang pria dan wanita dipisahkan , namun sayang panel pengeras suara alias soundsystem tak ada di BRT ini, sehingga setiap kali sampai di halte ,sang kondektur harus berteriak lantang “Halte Balaikota, siapkan tiket untuk penumpang yang oper ke arah Ungaran” lantangnya.wow, seharian berteriak kasihan juga tuh .

                Dari Halte Balaikota, saya turun dan oper ke BRT yang menuju Ungaran , Busnya lebih kecil, Minibus seperti Bus pedesaan yang melintas dari Mangkang hingga Sukorejo Kendal, pada awal berangkatnya sih landai , nyaman, AC masih oke, lalu sampailah saya di Alun alun Ungaran dan menonton pertandingan Takraw dengan nyamannya.

Namun ketika pulang balik dari Ungaran yang start dari Halte Alun Alun Ungaran dan tujuan akhir Halte SMA 5, Ampun deh, sesaknya sekarat, penumpang berjejal , AC sudah tak terasa, serasa naik mikrolet, penumpang bergelantungan, nah ,pertanyaannya, kenapa jalur Ungaraan sedemikian padat ketika sore dan malam hari tapi hanya disediakan bus kecil? .

Berbicara masalah Halte, seharusnya pemerintah bisa lebih membenahi halte BRT, kesan kurang tertata dan seadanya nampak  jelas, saya lihat tak ada yang indah  atau berkesan serta bercirikan Semarang, entah itu ada ornamen atau stiker besar gambar Warag Ngendog, petunjuk wisata atau sesuatu yang membuat para penumpang atau pelancong mengetahui tentang wisata Semarang atau paling tidak ada peta semarang sehingga orang desa seperti saya bisa paham dan mengenal semarang, ada kejadian lucu di halte depan RS Karyadi dimana halte yang seharusnya untuk tempat tunggu penumpang, malah digunakan untuk tempat pedagang nasi goreng menggelat tikarnya , sehingga malah mirip warung nasi goreng .

Kedepan semoga BRT Semarang lebih nyaman untuk penggunanya, mari bermimpi  dan berdoa bisa naik BRT di Semarang dengan jalur khusus seperti di Jakarta, atau dengan bus yang bersih seperti di Bandung, berdoa mulai. (Aryo Widiyanto)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar