Minggu, 01 Januari 2012

Jogja The Neverending Asia


Bhayangkari One Day Tour To Jogja

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat Provinsi di Indonesia yang meliputi Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.
Jogja memiliki keunikan tersendiri, berbagai objek wisata mulai dari Wisata Sejarah seperti Keraton, Museum, bangunan klasiknya serta adat istiadat yang masih terjunjung tinggi, Wisata Belanja yang memanjakan pengunjungnya dengan berbagai barang cinderamata{Handycraft}, Batik yang fenomenal, dan gerabah Kasongan serta kreatifitas warganya dalam menciptakan souvenir, ditambah dengan wisata Kulinernya yang sangat beragam mulai dari Angkringan yaitu pedagang yang menjual berbagai makanan khas warga Jogja lengkap dengan kopi dan teh hangatnya, ada juga Bakmi Shibitsu menghadirkan pengalaman membisu ganda saat mencicipnya. Penjual yang bekerja tanpa kata menyiratkan etos kerja keras dan rasa bakmi yang sanggup membuat anda kehilangan kata singgah ke lidah.


Jika anda adalah salah satu penggemar berat bakmi, ketika sedang berada di Yogyakarta cobalah untuk mampir mengunjungi warung makan bakmi Shibishu yang terletak di Jalan Raya Bantul No.106. Tempat ini dapat ditempuh sekitar lima menit dari Malioboro, tepatnya 500 meter selatan Pojok Beteng Kulon. Jangan terkecoh oleh namanya yang agak berbau Jepang, bakmi ini dimiliki oleh orang Yogya asli dan sudah beroperasi sejak 25 tahun lalu.Warung makan ini adalah yang paling banyak dikunjungi dibandingkan warung-warung makan lain yang ada di sekitarnya.
ada juga Nasi Goreng Beringharjo yang Maknyuss, atau Pecel Kembang Turi Baywatch yang dijual oleh Mbah Warno
Warung Mbah Warno terletak di daerah Kasongan, tepatnya berada di jalan menuju Gunung Sempu. Warung yang sudah berdiri sejak 35 tahun lalu i
Rombongan Bhayangkari Cabang Kendal nampaknya juga kesengsem dengan pesona Jogjakarta, walaupun destinasi seperti Bandung, Jakarta dan Bali menawarkan kecantikannya untuk dikunjungi, nampaknya Jogjalah yang mampu menarik hati para istri Polisi kita ini.

Berangkat dengan Bus Pariwisata dari Mapolres Sabtu 29/10 sejumlah 30 Bhayangkari dan dua kru majalah BMB segera touring menuju THe Neverending Asia tersebut.
Ny Deni Agus Suryo sang ketua rombongan mengatakan bahwa wisata para Ibu Bhayangkari tersebut bertujuan sebagai refreshing atau penyegaran selain itu juga sebagai tanda terimakasih dari Kapolres AKBP Drs Agus Suryo Nugroho SH.M.Hum kepada Bhayangkari atas sumbangsihnya mengabdi kepada para suaminya yang notabene adalah anggota Polres.
Rombongan sampai di Jogja sekitar jam sebelas siang dan langsung menuju Gendhis Galery, pusat pembuatan Tas Wanita, di Galery itu pengunjung disuguhi pemandangan berbagai Tas berkualitas khas Jogja yang terbuat dari bahan alam seperti Mendong, Alga, dan Akar Wangi, konon menurut Verry Yuliana Public Relation galery tersebut, produk Gendhis sudah merambah berbagai negara seperti Australia, Amerika dan Yunani serta sejumlah negara Eropa lainnya,produk dan merk patent dari galeri ini adalah Tambora , Ornetta, Fiore, Rajani dan Cirebon " Semua berbahan alami dan tradisional, serta ramah lingkungan" tambah Verry.
setelah dari Gendhis, perjalanan dilanjutkan menuju Al Halwa Batik Corner, pusat pembuatan dan penjualan Batik Khas Jogja, rombongan melihat langsung proses pembuatan batik dari mulai mencanting hingga jadi sebuah kain. cuaca yang agak mendung membuat udara Jogja terasa lebih segar kala itu.

Dari Ya Halwa, tujuan berikutnya adalah Pusat kerajinan kulit di Manding, berbagai produk seperti Sepatu, Tas, dan berbagai aksesoris terbuat dari kulit lengkap tersedia, di tempat ini rombongan hanya sekitar satu jam yang disambung ke destinasi berikutnya yaitu Malioboro,
Malioboro Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.

Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai, Malioboro hanyalah ruas jalan yang sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan dan kirinya. Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu.
Melihat Malioboro yang berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, seorang kawan berujar bahwa Malioboro merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Malioboro Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Setelah puas dari Malioboro, para Ibu Bhayangkari ditraktir oleh Bu Deni untuk makan malam di sebuah restoran di kawasan jantung kota Jogja, akhirnya setelah puas seharian ber "One day Tour" dengan wajah puas namun disertai rasa lelah dan kantuk yang mendera, kami pulang dengan senyum menghias bibir kembali ke Bumi Bahurekso... (Aryo /Dian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar