Jumat, 12 Juni 2015

Kopi Jahe Panas, Getuk Hangat ,Kolam Dingin dan Kemilau Akik Di Owabong



   Kopi Jahe Panas, Getuk Hangat , Kolam Dingin dan Kemilau Akik di  Owabong.


                Mengunjungi Objek Wisata Air Desa Bojongsari (Owabong) di Purbalingga bersama rekan rekan sekerja yaitu Pak Misri dan kawan kawan Kamis 11/6  menambah satu lagi tempat bagus yang saya singgahi.

                Berangkat dari Jungsemi Kangkung Kendal sekitar jam 6 pagi lebih sedikit kami menumpang Bus Nusantara yang nyaman, dua kru Bus Kami, Pak Kumis dan asistennya yang berasal dari Kudus adalah orang yang ramah dan enak diajak diskusi, namun tetap profesional menjalankan tugasnya.

                Kami menikmati suasana pagi yang cerah melewati Jalur Pantura dari Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang via Randu Dongkal, Belik, Bobotsari,hingga tibalah di Owabong, jalanan yang asri dan hijau karena melewati dataran tinggi dan pegunungan di jalur antara Pemalang dan Purbalingga sangat indah, tanaman mulai dari Jati hingga Pinus terhampar di sepanjang lereng pegunungan yang biru dan berkabut, jalanan yang mulus aspal halus , membuat kami berdecak kagum.

                Tiba dilokasi , Bus diparkir disamping kanan Lokasi Wisata, sangat ramai saat itu karena bertepatan dengan jelang kenaikan kelas para pelajar, hawa dingin mulai menusuk, saya melepas jaket Green Army dan menggantungnya di Bus, sesaat mengisi perut dengan ayam goreng, kami lalu  menjelajah masuk ke dalam Owabong.

                Kesan bersih dan teratur nampak jelas,  ada beberapa tempat sampah besar dari bambu di sejumlah spot, begitu masuk pandangan kami tumpah pada sejumlah besar kolam dan arena bermain yang didominasi warna biru, nama kolam kolam itu juga enak didengar, seperti : Kolam Bebas Tsunami, sangat kreatif bukan?.

                Saya bukan type wisatawan yang suka air, so, saya hanya bercengkrama dengan dua sahabat setia yaitu Kamera Canon dan Nikon , mengikuti irama dari para rekan yang enjoy, terlihat Pak Misri , Pak Sulthon , Bu Jiyah, Bu Hanif , Bu Yuni dan Bu Fatin menikmati pijat refleksi air, Pak Suraya dan Pak Taryono cuci mata,  anak anak bermain seluncur dari ketinggian lebih dari 10 meter, di kolam sebelah ada arena gebuk gebukan memakai semacam balon yang dibungkus jadi berbentuk seperti Gada, ada juga air mancur , konon air disini adalah air alami yang berasal dari pegunungan , jadi tak ada bahan kimia apapun, dan yang lebih penting, airnya mengalir sehingga selalu bersih, benar bersih dan jernih.

                Usai puas berenang, para senior itu kemudian menikmati terapi ikan dimana mereka berendam dan kaki serta tubuh mereka dikecupi ratusan ikan kecil yang konon membersihkan kulit manusia, setelah itu berendam di air hangat yang memancur dan mengalir dengan hanya membayar Sepuluh ribu rupiah, apa yang bisa saya potret ? nothing.

 Lalu saya memanjat tangga ke resto yang ada di lantai dua, memesan Kopi Jahe dengan Gula Merah khas Purbalingga, menyesapnya dengan ditemani sigaret, melihat pemandangan dari atas memang beda, ada venue Gokart dan mobil Bungy di sebelah kiri bawah resto ini, mau naik satu putaran bayar Empat Puluh Ribu untuk Gokart dan Limapuluh Ribu untuk Bungy, kemudian saya menyesap kopi dan menoleh ke kolam , jelas terlihat banyak sekali para wanita yang tadinya tak terlihat kini jelas nampak, banyak typikal wanita dataran tinggi, kulit agak kemerahan , body serupa Kate Winslett, wajah manis khas Jawa, wow, ternyata efek Kopi ini membuat mata saya lebih jernih dan jeli.




Aktifitas selanjutnya adalah menonton Bioskop 4 Dimensi di Theater sebelah selatan kolam, masuk membayar Rp 20 Ribu, sampai didalam memakai kacamata hitam, diputarkan film , dan terdengarlah jeritan para pemirsanya karena mereka mengira Ular dan Hiu yang ada di layar itu mau mencaplok mereka, sesi kedua film tentang Roller Coaster yang juga membuat jeritan semakin kencang, semua tegang kecuali Bu Jiyah yang melepas googlenya dan tersenyum geli melihat kanan kirinya pada heboh beteriak.

Diakui, para perancang Owabong ini hebat dan berjiwa bisnis tinggi, pintu tempat kami dan para pelancong lain keluar dari lokasi wisata dirancang melewati taman burung dan ikan dimana berbagai species seperti Oriolus Chinensis alias Kepodang yang berbulu kuning nan indah jinak berkicau, Ikan besar, dan aneka parkit berada dilanjut masuk ke Pusat Jajanan dan Oleh Oleh, dimana ada banyak sekali Souvenir mulai dari Shirt, Kacamata, hingga Akik yang kemilau berharga lebih murah dibanding harga diluaran mulai dari  bentuk lempengan bahan berupa batu jenis “Klawing” atau Pancawarna  dan yang sudah jadi cincin semua komplit tersedia, namun untuk urusan Getuk Goreng saya lebih percaya ke Warungnya Bu Endah yang ada di depan parkiran Bus, karena cara menggorengnya yang bersih dan minyaknya berkualitas.

Puas di Owabong, kami beranjak pulang kembali ke rumah, sebuah pelajaran berharga dari Owabong adalah, siapapun pemilik lokasi wisata itu jika perorangan dia kaya raya, tapi jika itu Pemerintah Daerah, percayalah berarti mereka punya Pemda dan Dinas Pariwisata yang cerdas sehingga mampu mengolah sebuah potensi alam berupa suasana nyaman dan air yang melimpah hingga menjadi sebuah objek wisata yang mampu mengeruk ribuan pengunjung, kapan Jawa Tengah punya satu objek wisata dengan manajemen dan kreatifitas serupa Owabong ini di tiap kabupatennya?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar