Jumat, 31 Mei 2013

Berusaha Terbaik,Serahkan Hasilnya Pada Tuhan,dan Lihat Keajaibannya.



Bukan Rubrik Motivasi

Sekedar Berbagi Cerita.

                                Berusaha Terbaik,Serahkan Hasilnya Pada Tuhan,dan Lihat Keajaibannya.


Beberapa hari  yang lalu saya  mendapatkan sebuah anugerah  dengan kelahiran anak ketiga saya , seorang bayi  lelaki yang cakep, Alhamdulilah Sehat dan kami beri nama Kenzie Surya Pamungkas.

                Bayi itu adalah sebuah hasil dari perjuangan kami yang tak kenal lelah, dari mulai program kehamilan yang susah setelah jeda 7 tahun dari sang kakak hingga proses kelahirannya yang membuat sport  jantung bagi kami orang tuanya.

                Pagi itu istri saya merasakan kontraksi tak teratur dengan jangka waktu yang agak panjang, namun kami tak mau ambil resiko, segera jam 8 pagi kami ke Bidan , oleh bidan desa istri saya disarankan untuk menungu kelahiran dirumah bida terssebut yang kebetulan letaknya tak jauh dari rumahku.

                Sejam dua jam tak ada perubahan, hingga tengah malam, saking capek dan ngantuknya  menunggu, aku sampai harus terjengkang dari kursi plastik tempatku duduk, tak mengapa, hitung hitung olahraga Judo lawan lantai, kata batinku.

                Semalaman istriku sudah mulai kontraksi lanjutan, mengeluh dan menahan sakit berkepanjangan,namun tetap saja “Bukaan”rahim hanya berkisar di level 2 yang berarti harus menunggu hingga angka 10.

                Perasaan dan mentalku sebagai seorang Bapak mulai goyah, apakah ada yang salah?apakah aku berdosa pada seseorang?perang batin ditengah capeknya badan akibat menunggu terlalu lama menggedor hatiku,ampun rasanya pahit di hati.

                Hingga Esok harinya tetap tak ada perubahan, bukaan rahim hanya beranjak satu angka menuju 3, mulai mulutku berdoa sebisanya, aku mulai sedikit ragu, timbul pertanyaan, apakah Allah tidak berkenan mendengar doaku? Negatif thinking menyeruak disela emosi akibat lelah mendera, saya menganggapnya manusiawi, toh saya cuma orang biasa.

                Menginjak jam 1 siang yang berarti sudah satu hari setengah istri saya mengejan menderita sakit luar biasa , akhirnya istri dengan terengah berkata “Pah, aku mau Cesar aja”. Langsung tanpa buang waktu kami larikan dia ke RSI Kendal.

                Ditengah perjalanan itulah slide demi slide dosa masa lalu seakan diputar , jujur saya bukan orang baik seperti  kebanyakan orang, tapi saya seakan disadarkan akan dosa yang  pernah saya perbuat, saya memohon pada Allah, “Selamatkan anak istriku ya Allah, aku menyesal mengabaikan mereka selama ini, aku sering menganggap mereka hanya angin lalu, aku jarang berada dirumah menemani mereka, “ ditengah airmata yang mengaburkan pandangan aku meracau dalam doa.

                Kembali seakan Allah Tuhanku tak merespon doaku, padahal itu adalah doa tertulus menurutku, aku kembali protes “Apa salahku ya Allah, hukum aku jangan mereka” tangisku pecah.

                Sesampai di RSI Weleri perawat dengan cekatan menempatkan istriku di ruang VK 1. Namun problem datang, istriku harus puasa sampe 6 jam untuk proses Cesar, aku mulai ngaco menyalahkan semua hal, emosiku naik, tapi tetap berdoa, aku berprinsip  hanya Allah SWT yang mampu menolongku.

                Tiba saatnya Operasi,kembali mentalku hancur lebur , aku menyaksikan istriku dibalut pakaian  steril hijau masuk ruang Bedah Sentral, aku berdoa terus berdoa, doa terpanjang seumurku saat ini yang pernah kuingat, sejam sudah, aku belum mendengar suara Bayi, panik melanda, kembali buruk sangka bertebaran ,kemana Tuhan saat aku butuhkan?

                Penantianku terjawab, tiba tiba seorang perawat membuka pintu ruang operasi membawa Bayiku, aku berteriak Alhamdulillah, bayi itu kami bawa ke ruang khusus selama 2 jam, kemudian aku menemui istriku di ruang Roudhoh 203 di lantai II. Kami berpelukan, kami kira itu akhir dari cerita ini.

                Tapi selang beberapa jam keesokan harinya , ternyata ada masalah baru, bayi kami tak mau minum ASI ataupun susu formula sehiingga harus di infus dan diberi selang bantuan untuk memasukkan makanan dari mulut..Ya Allah, remuk hatiku, anak baru umur 2 hari harus diinfus dan diselang mulutnya, kami bertiga bertangisan, sepertinya ini kiamat bagi keluargaku.

                Saat panik seperti itu sebagai orang biasa, bukan orang yang terlatih untuk berpikir super seperti motivator di TV , aku merasa seperti dibayangi kekhawatiran sangat dalam, jangan jangan besok istriku begini, jangan jangan anakku seperti ini, seribu kalimat dan bayangan bertajuk jangan jangan itu seakan menghajarku, aku terlalu kuatir dengan pikiranku sendiri, di mobil saat pulang mengambil baju ganti, aku hanya bisa terdiam.

                Resah, gelisah, sesak di hati, sesak napas, keringat dingin menemaniku, rasanya sangat tidak nyaman.

                Sampai suatu ketika dalam doa sepanjang malam, ya sepanjang malam, karena aku tak pernah tidur selama 5 hari menanti kesembuhan dua belahan jiwaku itu , dalam sebuah doa aku seperti di sadarkan bahwa aku bukanlah Tuhan yang menentukan hari esok seperti apa, 5 menit kedepan saja aku tak tau dunia ini seperti apa, kenapa aku berpikir seakan aku tahu nasib anak istriku di hari esok??.

                Berangkat dari kesadaran itu aku akhirnya pasrah menyerahkan semua yang terbaik kepada Allah SWT, “Aku sudah berusaha yang terbaik ya Allah, tetap akan berusaha yang terbaik sepanjang hidupku, tapi semua keputusan ada di tangan Mu, siapa tau besok istriku sehat, anakku sehat” gumamku semalaman.

                Dari kalimat sederhana mengganti kata “Jangan jangan” menjadi “Siapa Tau” itu timbul semangat dan pengharapan, bahwa semua kesembuhan dan kesehatan itu di tangan Allah dan tak ada yang tau apa yang akan terjadi esok pagi, barulah kemudian aku bisa tidur nyenyak, seakan dalam pikiranku semua problem sudah selesai.

                Saat aku sudah memasrahkan semua pada Tuhan, timbul berbagai keajaiban, anakku keesokan harinya secara tak terduga mau minum susu formula,padahal sebelumnya tak bisa, setelah kondisinya di check dokter, 6 jam kemudian selang mulutnya dilepas, oksigen bantuan juga dilepas, sehari berikutnya infus juga dilepas oleh dokternya. Menakjubkan akhirnya anak istriku bisa pulang dalam jangka hanya 2 hari setelah doa yang menenangkan ditengah malam itu.

                Dari pelajaran ini aku menyadari bahwa Manusia adalah bukan penentu nasib, kita bahkan tak tahu apa yang akan terjadi semenit atau satu detik kedepan, mengapa selama ini aku menyalahkan Tuhan?mengapa aku mengarang nasibku sendiri, memalukan jika mengingatnya.





                Mari saudaraku semua, tetaplah berdoa dan betharap serta bekerja dan berusaha yang terbaik, Pasti Allah akan memberikan jalan terbaik, percayalah, jalan Tuhan jauh lebih baik daripada khayalan kita. Buktikan.

 (Aryo Widiyanto, bukan motivator , hanya petualang yang sering menjelajah Facebook di akun : Aryo Widiyanto, beralamat email di : aryo_widi@yahoo.co.id.   Pin blackberry : 21DC007F, dan blogspot di : aryowidiyanto.blogspot.com.)
               
               
               
               
               
               
               
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar