Kamis, 21 Januari 2016

Memilih Positif



Memilih Positif.


                Saya selalu mengagumi orang yang pintar matematika, karena sejak kecil saya bener gak bisa menghitung, sama sekali blank kalo liat angka, prestasi terbaik saya adalah rangking 41 dari 42 murid, itu terjadi di kelas 3 SD, sejak SD sampe SMA, nilai matematika saya terbaik adalah 6,  phobia pada angka, kecuali angka di duit, nah itu agak pinter.


                Otak kanan otak kiri, otak tengah , otak pinggir,  otak atas atau bawah kurang tau juga type manusia seperti apa saya ini, yang pasti selama ini kucoba mencari dan memilih untuk positif sajalah,menjalani apa yang saya sukai dan tekun belajar biar gak  lemot banget , sampe suatu saat saya membaca artikel ini :

                Ada dua anak laki laki sedang berjalan di tengah hutan, anak pertama adalah pintar,  guru dan orangtuanya juga berpikir anak ini pintar, nilai sekolahnya bagus, rangkingnya tinggi, punya seabrek sertifikat yang membuatnya unggul secara akademis.

                Anak yang kedua sebaliknya, hanya sedikit orang yang menganggapnya pinter, nilai ujiannya gak istimewa, rangking kelasnya pun tak bagus, meski raportnya memuaskan tapi tidak membanggakan, satu satunya kebanggaan adalah karena ada orang yang memanggilnya “Si Lihai”.

                Keduanya suatu masa berjalan di hutan, ada masalah nih, Seekor beruang besar,buas dan kelaparan menghadang mereka, si anak pertama memperhitungkan bahwa beruang buas itu akan sampai ketempat mereka dalam waktu 17,3 detik, mengagumkan sekali matematika anak ini, jika dilihat dari kegentingan yang tengah mereka alami, anak ini tak hanya tahu rumus Jarak=Kecapepatan x Waktu, tapi ia juga mampu menerapkannya pada saat darurat, sedangkan anak kedua tidak pernah dapat memperhitungkan jumlah detik yang dibutuhkan si Beruang untuk sampai ke depan dia.

                Anak pertama demikian panik saat memandang anak kedua yang sedang mencopot sepatunya, lalu si pertama teriak “ Kamu gila, tidak ada jalan bagi kita untuk berlari lebih cepat dari Beruang itu..!” si anak kedua menjawab, “ Benar, tapi yang harus kulakukan sekarang hanyalah berlari lebih cepat daripada kamu” . (Referensi dari Buku Learning Methamorposis, Hebat Gurunya, Dahsyat Muridnya_Penulis H.D Iriyanto_Diterbitkan oleh Esensi divisi Penerbit Erlangga 2012).
                So pembaca, silahkan diresapi sendiri, simpulkan dan mari mencintai diri apa adanya, jangan minder jika hari ini kita adalah itik buruk rupa, siapa tahu di masa datang kita adalah Elang perkasa atau Merak berbulu indah , nasib orang siapa yang tahu, oke ya , mari memilih positif

(Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, , Photographer, dan Abdi Negara, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi , Facebook :Aryo Widiyanto, email di : aryo_widi@yahoo.co.id.  Address: Jl Sriagung 234 Cepiring Kendal Jawa Tengah Indonesia )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar