Soto Kwali Pak Dir, Enaak Banget..!!
Pagi
itu di bulan April 2015 saya bersama seorang rekan menjejakkan kaki di Semarang yang cuacanya sedikit
mendung, nyaman, tak seperti biasanya yang panas khas daerah pesisir, udaranya
enak, ada sedikit nuansa embun basah sisa hujan semalam yang masih tersisa,lucky
me, pagi itu hanya mendung, tak hujan sehingga bisa kemana saja menjelajah
Venesia Van Java ini sepuasnya.
Rekan
saya menawarkan untuk makan Nasi Bebek Hainan di Beringin Resto atau di mana
saja, saya mengatakan ingin mencoba resto Tan Goey di Jalan dokter Cipto,
okelah, kami parkirkan mobil rekan itu di sebuah toko buku terbesar di
Semarang, dan kemudian dengan lagak seperti turis menyandang backpacker kami
naik angkot ke arah Stasiun Poncol, dari Poncol kami naik becak, wow amazing
sekali bapak pengayuh becak yang kami tumpangi, beliau langsung tahu arah
restoran Tan Goey, Poncol kearah kanan kalo dari Barat, namun jika dari Timur
berarti sebelum Bangjo kita ambil kiri melewati jalan Tanjung yang bernuansa
Kompeni kuno, namun apalah daya, jam Delapan pagi lebih sedikit sesampai depan resto itu ternyata
Tan Goey masih tutup.
Malu
juga ya sudah kadung bapak becak tadi disuruh pergi restoran masih tutup, otak
pelancong kami gak mau kalah, harus makan nih, ndilalah, nengok kedepan ada
beberapa warung tenda sudah berdiri dan mengepulkan asap tanda siap menerima
tamu, kami masuk dengan agak kuatir kalo masakan belum matang, tapi sang
penjual dengan style profesional ala waiter hotel bintang tujuh segera
menawarkan dagangannya yang berupa Soto .
Terpesona
saya melihat cara memasak yang unik, Soto yang biasanya kuahnya dimasak dalam
dandang Alumunium , ditempat ini dimasak di Kuali, yaitu mirip gentong terbuat
dari gerabah ,oh dari sinilah ternyata nama “Warung Soto Kwali Pak Dir “ yang
kami singgahi karena dikecewakan Tan Goey muncul.
Menurut
Pak Dir sang penjual dirinya sudah enam tahun berjualan soto, meniru jejak sang
kakak yang sudah lebih lama jualan di tempat lain, kamera saya seijin dia
segera mengarah ke beberapa spot bagus diantaranya Kuali dan penjualnya,
ditengah kilatan blits, pak Dir menjelaskan bahwa alasannya memakai kuali
adalah karena kuali menurutnya lebih aman dari kontaminasi logam alumunium yang
berpotensi meresap kedalam tubuh manusia , disamping tentu rasanya konon akan lebih nujleb (Nujleb
artinya menancap_bhs jawa).
Tibalah
acara makan kami dimulai manakala mangkok soto sudah dihidangkan, saya lirik
isinya menarik, semangkok Soto plus nasi, ditaburi oncang bawang, brambang
goreng, Daging Sapi , Koyor Sapi, aroma rempahnya menukik di hidung, smells
goodlah.
Saatnya
lidah bekerja, saya tambahkan sedikit kecap dan sambal, kemudian satu tangan
lain meraih perkedel , sesuap soto daging sapi pun masuk ke mulut, wuaah, enake
pol, saya terkejut dengan sensasi rasa dagingnya yang pas , koyornya yang
lembut berpadu dengan kuah rempah dan bawang putih gorengnya yang ciamik ,
taste good, berkelas.
Setelah
suapan pertama, siapapun yang pernah makan dengan saya pasti hafal tabiatku
waktu makan, gak sampe 5 menit, amblas tuh semangkok soto, bersyukur saya masih
bisa mempertahankan gelar juara berat badan versi saya sendiri yang tak lebih
dari 98 Kg, belum naik lagi.
Sembari
menghisap sigaret dan menikmati sisa Es
Teh, datanglah dua lagi rekan saya yang suka molor kalo janjian, kami
persilahkan beliau berdua pesan dan makan, saya lihat ekspresi mereka sedikit
kaget ada makanan seenak ini di warung tenda Semarang, “ Kalian belum
seperempatnya menjelajah semarang sisters” batinku.
Rampung
makan, minum, dan sedikit ngobrol, Mrs D bendahara umum kami membayar, shock
terpancar dari mata kelabunya, ternyata hanya habis Rp 45 ribu saja untuk Empat
mangkok Soto, Es Teh , Perkedel, Telur , beberapa potong tempe dan Gorengan. Murah
untuk makanan enak seperti ini.
Terimakasih
Pak Dir, semoga sukses, kedepan semoga ketika kami ke Semarang lagi,
panjenengan sudah mampu membeli ruko untuk lebih membuat para pelanggan leluasa
menikmati enaknya soto anda.