Minggu, 05 April 2015

Menikmati Nuansa Kompeni Di Kolam Renang PG Tjepiring.







Menikmati Nuansa Kompeni Di Kolam Renang PG Tjepiring.


                Masuk ke kompleks Pabrik Gula Tjepiring di Kabupaten Kendal seakan kita masuk ke mesin waktu milik Samuel Beckett di film Quantum Leaps, nuansa kuno nan artistik diawali dari jalan aspal dan  cor yang kokoh kuat dengan rimbun pepohonan di sepanjang pinggirannya, deretan rumah dengan corak Gothic Eropa yang disesuaikan dengan kontur alam tropis, masih nampak beberapa terlihat terawat walaupun nampak retakan di beberapa pilar dan jendelanya tak mampu menyembunyikan usia yang sebenarnya.

                Masuk ke kompleks PG Tjepiring di tahun 2015 ini tergolong agak sulit karena manajemen yang mengelolanya yaitu PT IGN ketat menyeleksi siapa saja yang tak berkepentingan dilarang masuk, maklum banyak aset disana yang harus dijaga , namun tak kurang akal, saat hari Minggu tiba saya bisa masuk karena saat itulah kolam renang terbuka untuk umum, saya bisa bernostalgia mengenang masa kecil saat bisa dengan leluasa bermain di area PG ini , menyaksikan keindahan arsitektur bangunan ala Belanda yang masih tersisa lengkap dengan cerobong asapnya yang berangka 1823.

                Melangkahkan kaki kedalam area kolam renang, nampak jalan setapak yang berpaving rapi dan tumbuhan Kelapa Sawit serta pohon Majapahit rimbun menaungi , sesampai di kolam serombongan anak baru gede terlihat senang berenang dengan berbagai gaya, ada yang memang bisa berenang dengan gaya dada, gaya katak, tapi sebagian besar lain malah ada yang pake gaya batu alias ketika nyemplung langsung tenggelam, dan ketika ditanya kenapa tenggelam, jawabnya enak, “Hla aku kan menyelam” kata mereka, lu pikir ini pelatihan Scuba Diving .

                Imajinasi saya melompat ke sekian abad lalu , mungkin saat itu di kolam renang yang berbentuk Hemespherical dengan tegel lantai yang indah serupa marmer, air yang segar dan cuaca yang panas membuat beberapa Noni dan Sinyo Belanda bersantai sambil menikmati Jenewer dari gelas besar dengan Es Batu yang menetes netes, sembari menyesap Jenewer sesekali asap cerutu dari bahan tembakau Tjepiring yang ringan untuk klobotnya dan tembakau Srintil Temanggung yang berat untuk isiannya mengepulkan asap yang membuat langit menjadi sedikit tersaput warna biru, Damn, tulisanku terasa  mirip dengan deskripsinya Simon Winchester saat melukiskan kehidupan masyarakat Belanda di Nusantara di bukunya yang berjudul “Krakatau”.

                Potensi wisata PG Tjepiring belum terolah sama sekali kecuali untuk kolam renangnya yang hanya butuh membayar Rp 5000 untuk satu orang, dengan tiket yang berupa kertas difotokopi dan diberi nomer seri asal asalan, penjaga kantin sekaligus cashier di kolam itu adalah pak Salamun yang berasal dari Pageruyung wilayah atas Kendal.

                Jika ada investor seperti #Trans Studio yang jeli melihat peluang melalui jejaring tourismnya, tentu daripada membeli lahan bekas Wonderia di Semarang yang mahal dan diprotes beberapa pihak tentu akan lebih potensial membeli lahan di PG Tjepiring ini, selain luas dan sedikit lebih murah dari tanah di Semarang, lokasi PG Tjepiring lebih strategis, bisa dijangkau dari arah manapun karena terletak di pinggir jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta dan Jawa Tengah serta Jawa Timur, masalah parkir tak akan jadi kerisauan karena mau berapa puluh mobil akan mampu ditampung di beberapa areal di PG ini.

                Kedepan semoga aset berharga dan bersejarah ini akan mampu dioptimalkan oleh pemilik PG Tjepiring berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kendal, terlalu lama aset ini dibiarkan tergeletak tanpa diolah maksimal dari sisi tourism.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar