Mereka menari seperti Singa yang Riang
Menonton
pertandingan di layar kaca Jumat 8/11/2013, antara tim Sepakbola Nigeria melawan Mexico di ajang World Cup
U-17 merupakan sebuah pengalaman batin yang tak mudah dilupakan, seperti
melihat para Singa muda nan riang sedang menari menggoda para Koboi bertopi
Sombrero, too bad, dalam hal ini para koboi yang emosional itu dieksekusi tanpa
ampun oleh keindahan tarian para singa itu hingga terkapar dan menangis diakhir
laga.
Di
babak pertama belum berjalan lama, liukan para pemain Nigeria yang bertubuh
lebih mungil seakan membuat panik para Mexicano, drible yang cantik di muka
gawang alih alih dihalau, bola yang datang malah disontek oleh bek Aquirre
hingga menceplos gawangnya sendiri 1-0.
Menurut
prediksi saya yang bahkan nendang bola saja gak pernah, ada faktor psikologis
yang berperan dalam kekalahan Mexico malam itu,satu mereka sedikit trauma
dengan kekalahan 6-1 di babak penyisihan dulu dari Nigeria, tak hanya pemain
yang tegang, bahkan nampak jelas jika para pelatih dan offficial juga menarik
urat wajah terlalu kaku, mereka lupa, sepakbola adalah game, permainan, jika
emosi labil maka labillah ekonomi..eh permainan yang ditampilkan .
Tertinggal
satu gol membuat semangat Mexico muda terlecut mereka mengurung Nigeria dalam setengah lapangan, tapi
koordinasi pertahanan yang solid plus serangan balik yang cepat dari Nigeria
memutuskan harapan menyamakan kedudukan.
Kejadian
ironis dan sekaligus membuat tertawa datang saat jeda babak pertama, disaat
para pemain Nigeria sedang berangkulan melingkar dan sepertinya berdoa bersama,
di sisi lain terlihat para pemain Mexico malah terlibat dalam keributan kecil
,saling dorong dan kembali wajah tegang emosional mewarnai para koboi galau
itu, menyedihkan.
Babak
kedua dimulai, tarian Singa Nigeria semakin menjadi, beberapa tembakan akurat membuat Mexico kembali
kecolongan, Musa Mohammed menjebol gawang Mexico untuk yang kedua kali 2-0.
Tambah menggila, Yahaya bahkan sempat beberapa kali membuat gerakan ala pemain
Play Station, berputar 180 derajat, sementara bola ada di antara dua kakinya,
indah, terasa indah.
Kondisi
terbalik justru terjadi di kubu Mexico, skill yang bagus dan tren kemenangan
atas lawan lawannya di pertandingan sebelumnya seakan sirna membentur tembok sakti
yang digalang Nigeria, alhhasil emosi yang berlebihan membuat beberapa pemainya
seperti Aquirre dan Marco Granados yang secara brutal menendang ala Kungfu
kepada Mussa Mohammed berbuntut hadiah
kartu kuning, di menit 89 Mexico bahkan melupakan fair play dimana seorang
pemain Nigeria terkapar, mereka teteup Keukeuh terus bermain dan berambisi
mencetak gol, poor.. sampai akhir pertandingan skor tak berubah 3-0.
Nigeria
meruntuhkan stigma bahwa sepakbola ,paling tidak di level usia 17, tidak lagi dikuasai oleh Amerika
Latin dan Eropa, Afrika juga mampu jadi juara, namun saya tak habis pikir, jika
Afrika bisa begitu hebat di level usia muda, kenapa juara dunia level senior
selalu yang juara adalah Eropa dan Amerika Latin?? Jadi inget lagunya Iwan
Fals..Entah mengapa, aku tak berdaya.
Yaah paling tidak kita sebagai penikmat bola bolehlah
berharap bahwa suatu saat Garuda muda Usia 17 atau 19 atau 23 bisa juara World
Cup, entah kapan ,tapi harapan selalu ada mengingat prestasi Indonesia semakin
meningkat di ajang sepakbola..
(Aryo Widiyanto, Jl Sriagung 234 Cepiring Kendal
Jateng Indonesia, pemerhati sepakbola yang tak suka main sepakbola, main
bolanya di tempat yang lain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar