Strategi
pemasaran via Twitter ala Farhat
Abbas
Farhat
Abbas, pengacara muda ganteng yang sering menebar ledakan publikasi dengan celotehannya yang tajam dan
pedas di Twitter dalam kurun waktu terakhir ini rajin menjadi bahan berita di
koran dan televisi serta internet.
Daftar
sasaran kicauannya beragam, mulai dari pernyataan rasisnya tentang Basuki
Cahaya Purnama alias Ahok sang Wagub DKI, Legenda Musik Indonesia Iwan Fals
yang disebutnya Iwan Kopi, hingga terakhir yang sedang hangat adalah kicauan
Farhat tentang Ahmad Dhani dan putranya AQJ, laris manis di sorot media.
Namun
cermati, ada beberapa strategi pemasaran
tersendiri dari kalimat yang
dilontarkan Farhat terhadap para sasarannya, pertama, Farhat membidik tokoh
yang notabene “Kelas”nya berada diatas,
siapa menyangsikan kehebatan dan kelegendarisan Iwan Fals?, siapa menyangsikan
ketenaran Ahok? Dan siapa tak kenal kekuatan Ahmad Dhani menguasai bisnis musik
di Indonesia?, jadi siapapun yang dibidik Farhat, bisa dipastikan sasarannya adalah
tokoh yang berkelas, dan Farhat dilihat dari sisi pemasaran, dia sedang
memposisikan dan mencoba mensejajarkan
dirinya dengan tokoh tersebut, dan
kecerdasan Farhat, dia berkicau saat sang tokoh sedang berada dalam kondisi
diatas secara pemberitaan, sehingga mau tidak mau, media massa akan turut
mengangkat nama Farhat.
Kedua,
Farhat lihai memainkan kata, dia menyerang dengan berbagai kalimat yang
memojokkan namun ternyata jarang sekali dia dituntut karena ucapan maupun
tulisannya, lepas dari pengacara atau
bukan, saat ini Farhat tak tersentuh dari segala efek dari celotehannya.
Namun
ibarat pepatah, sepandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, Farhat mendapatkan
“Tantangan” yang sepertinya tak mungkin dilayani, yaitu, dua putera Ahmad Dhani
, Al dan El, secara terang terangan menantangnya bertinju, bahkan lebih sadis
lagi kedua bocah itu mengatakan jika Farhat jangan hanya berani di dunia Maya, beranilah di dunia nyata, jika
tidak , (Menurut kedua remaja itu) Farhaat bisa dibilang sebagai Banci..waduuuuh..!!
Tanggapan
Farhat di televisi sendiri juga terlihat
kurang garang terhadap tantangan Al dan El, alhasil, malah pamor Al dan El
terangkat naik melebihi sang pengacara.
Farhat
Abbas, sebuah ikon baru dalam dunia selebritis, namun jika dilihat dari kacamata budaya, sepertinya
banyak yang tak menyukai dia, bagaimanapun masyarakat kita akan lebih mempunyai kesan baik terhadap orang yang
“dipojokkan” daripada orang yang memojokkan, apapun konteksnya.
Terakhir,
bahkan nanti akan timbul pertanyaan, apa sih karya dari Farhat di dunia Seni
maupun pengacara? Bukankah lebih baik jika Farhat mempublikasikan tentang
kinerjanya menangani atau membela kasus besar di negara ini sebagai pengacara
kondang seperti OC Kaligis atau Hotman Paris Hutapea, atau Ruhut Sitompul?,
daripada mengurusi hal yang kurang begitu berpengaruh bagi masyarakat? , kita
lihat kedepan, semoga Farhat Abbas terus berkiprah secara positif bagi
perkembangan seni dan hukum di Indonesia.
Add caption |
(Aryo Widiyanto, Penulis, Jurnalis
dan Pengamat Pertelevisian, Tinggal Di
Akun Facebook :Aryo Widiyanto. Twitter :@aryo_widi, dan blogspot : aryowidiyanto.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar