Jumat, 14 November 2014

Kenangan itu bernama Jembatan Kompeni



Kenangan itu bernama Jembatan Kompeni.


                Teringat saat usia SD dan  SMP dulu saya sering lewat jembatan ini, dulu wujud jembatan ini sekitar tahun 80 dan 90 an masih sangat kental nuansa Belandanya, hanya terdiri dari besi besi yang berdiri kokoh, dibawahnya adalah rel kereta api yang bolong bolong sehingga dasar sungai bisa terlihat ketika kita menunduk, percayalah , pemandangannya mengerikan karena perasaan kita seperti berada di awang awang dan jika tak hati hati bisa terjatuh dari ketinggian lebih dari 25 Meter diatas sungai, namun anehnya anak anak daerah itu yang terkenal dengan Geng Kermit nya, berani melompat terjun dari atasjembatan itu hanya untuk bersenang senang mandi di sungai Bodri yang terkenal angker karena mitos buaya putihnya.








                Jembatan ini melintang antara desa Cepiring RW 03 dan desa Babatan kecamatan Patebon diseberangnya, saya  masih ingat saat jaman SMP dulu masih lugu sekali, saat berjalan bersama teman seusia seperti Mas Henggar, Zapin, kemudian Dodo, dan Nanang, aku paling grogi kalo ketemu dan dibarengi oleh teman perempuan dari desa Babatan yang bernama Ninik, anaknya putih , lebih tinggi dari aku , menurutku sih cantik mirip bule, waktu itu belum ada keberanian , disamping gak pede, mustahil waktu itu naksir cewek, badanku seperti lidi, muka pucat seperti Vampir, jadi yaaah naksir si Ninik hanya sebatas angan saja.
                Kembali ke Ninik, eh sorry, kembali ke masalah Jembatan, saya pernah berbincang dengan sesepuh desa Tjepiring waktu beberapa puluh tahun silam, seperti Mbah Kyai Kamarun dari Sembung dan Mantan Lurah Cepiring mbah Sastroatmojo, beliau berdua sekarang sudah almarhum, keduanya menuturkan bahwa Jembatan tersebut banyak versi namanya, ada yang menyebut Jembatan Loko, karena dilewati lokomotif pengangkut tebu dari Pabrik Gula (PG) Tjepiring, ada yang menyebut jembatan Kompeni karena dibuat oleh Kompeni Belanda dan dipergunakan untuk pergerakan pasukan, serta biasanya penduduk lokal menyebutnya Jembatan Bodri karena melintang diatas sungai Bodri, ketika ditanya tentang  kapan didirikannya jembatan itu, para sesepuh itu tak menyebut angka pasti, namun hanya memberi petunjuk bahwa jembatan itu “Unda Undi” atau hampir berbarengan dengan berdirinya PG Tjepiring yang berarti di sekitar tahun 1835.
                Dimasa kini ditahun 2014 ini, jembatan Kompeni sudah mengalami beberapa renovasi oleh pemerintah desa maupun pemerintah Kabupaten, diantaranya dengan lantai jembatan yang sudah di Cor Beton dan diberi pembatas di sampingnya guna menjaga keselamatan pengguna jalan, dan semakin nyaman karena menghubungkan dua desa dan jalan alternatif ketika jembatan besar yang terletak di Timurnya mengalami kemacetan, semoga jembatan ini lestari dimasa depan.

(Aryo Widiyanto, Traveller , Backpaker, Photograper, Blogger dan Jurnalis serta buruh Negara yang tinggal di 087747970200, Fesbuk :Aryo Widiyanto )
               
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar