Kenangan itu bernama Jembatan Kompeni.
Teringat
saat usia SD dan SMP dulu saya sering
lewat jembatan ini, dulu wujud jembatan ini sekitar tahun 80 dan 90 an masih
sangat kental nuansa Belandanya, hanya terdiri dari besi besi yang berdiri kokoh,
dibawahnya adalah rel kereta api yang bolong bolong sehingga dasar sungai bisa
terlihat ketika kita menunduk, percayalah , pemandangannya mengerikan karena
perasaan kita seperti berada di awang awang dan jika tak hati hati bisa
terjatuh dari ketinggian lebih dari 25 Meter diatas sungai, namun anehnya anak
anak daerah itu yang terkenal dengan Geng Kermit nya, berani melompat terjun
dari atasjembatan itu hanya untuk bersenang senang mandi di sungai Bodri yang
terkenal angker karena mitos buaya putihnya.
Kembali
ke Ninik, eh sorry, kembali ke masalah Jembatan, saya pernah berbincang dengan
sesepuh desa Tjepiring waktu beberapa puluh tahun silam, seperti Mbah Kyai
Kamarun dari Sembung dan Mantan Lurah Cepiring mbah Sastroatmojo, beliau berdua
sekarang sudah almarhum, keduanya menuturkan bahwa Jembatan tersebut banyak
versi namanya, ada yang menyebut Jembatan Loko, karena dilewati lokomotif pengangkut
tebu dari Pabrik Gula (PG) Tjepiring, ada yang menyebut jembatan Kompeni karena
dibuat oleh Kompeni Belanda dan dipergunakan untuk pergerakan pasukan, serta
biasanya penduduk lokal menyebutnya Jembatan Bodri karena melintang diatas
sungai Bodri, ketika ditanya tentang
kapan didirikannya jembatan itu, para sesepuh itu tak menyebut angka
pasti, namun hanya memberi petunjuk bahwa jembatan itu “Unda Undi” atau hampir
berbarengan dengan berdirinya PG Tjepiring yang berarti di sekitar tahun 1835.
Dimasa kini
ditahun 2014 ini, jembatan Kompeni sudah mengalami beberapa renovasi oleh
pemerintah desa maupun pemerintah Kabupaten, diantaranya dengan lantai jembatan
yang sudah di Cor Beton dan diberi pembatas di sampingnya guna menjaga
keselamatan pengguna jalan, dan semakin nyaman karena menghubungkan dua desa
dan jalan alternatif ketika jembatan besar yang terletak di Timurnya mengalami
kemacetan, semoga jembatan ini lestari dimasa depan.
(Aryo Widiyanto, Traveller , Backpaker,
Photograper, Blogger dan Jurnalis serta buruh Negara yang tinggal di
087747970200, Fesbuk :Aryo Widiyanto )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar