Jumat, 21 November 2014

Offroad Merapi Butuh Tak Sekedar Nyali



 Offroad Merapi

Butuh Tak Sekedar Nyali


Sekitar medio tahun lalu saya diajak oleh salah seorang rekan untuk menjelajah pegunungan  Merapi, bukan penjelajahan ala Infanteri yang berjalan kaki, namun kali ini sifatnya offroad yang semi wisata.

                Berangkat dari Kaliurang Jogjakarta yang berhawa dingin, saya nebeng mobil SUV  yang nampaknya lebih cocok untuk wisata ke hotel daripada offroad, menyusuri jalan aspal yang mulus, akhirnya sampailah di lokasi yaitu di lereng Gunung Merapi yang legendaris itu.

            Jangan dibayangkan kawasan wisata Merapi ini sebagaimana tempat wisata yang lain yang glamor dan penuh kesenangan karena  ada nuansa kesedihan saat pertama tiba disini dimana Merapi  merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004,  dan kemudian kita akan dipaksa untuk mengenang kembali tragedi letusan dan erupsi gunung ini di tahun 2010 yang menelan ribuan jiwa penduduknya, berbeda dengan model offroad seebagaimana umumnya, disini kita tak hanya butuh sekedar nyali, tapi lebih dari itu kita juga butuh kekuatan hati untuk menyaksikan bekas tragedi yang pernah terjadi beberapa tahun silam.

                Dugaan saya untuk ber offroad memakai SUV ala Bill Cosby Family pupus sudah, rekan saya ternyata menyewa sebuah Jeep dilihat dari Merk nya sih sepertinya Willys buatan Amrik sisa peninggalan jaman perang Belanda, tapi mesinnya siapa yang tau kalo sudah dioprek dan dimodifikasi, nyatanya kuat banget untuk jelajah medan yang berpasir, berdebu dan naik turun curam.


            Kami berempat menunggangi Jeep Willys itu dengan ragam perasaan yang campur aduk, Drivernya okelah pemuda lokal bernama Joko, tapi kami yang dibawa di depan dan dibelakang adalah orang yang sama sekali tak tahu medan perang yang dihadapi, sembari berdoa sebisanya , kami memotivasi sang driver muda itu “ tolong hati hati nak, anak istri kami menunggu dirumah” teriak kami saat Joko mulai kumat menekan pedal gasnya di trek landai berpasir, dan dengan cengengesan dia malah berkata “Istri yang mana nih yang nunggu pak?”  Damn, percayalah Jok,  saat itu wajahmu berubah jadi mirip Tessy Srimulat.

            Di kejauhan sembari menyusuri lereng yang licin dan penuh batu bekas sungai atau aliran lahar di gunung yang konon  Sejak tahun 1548 meletus sebanyak 68 kali , kami bisa melihat Bukit Gandok, Bukit Pronojiwo, dan Bukit Plawangan berdiri angkuh dengan warnanya yang bercampur antara hijau dan abu abu, rombongan kami berhenti di sebuah spot yang ada semacam gapura selamat datangnya, dan seperti tercekat, gapura itu terbuat dari potongan kayu dan di kanan kirinya dipaku beberapa tengkorak Sapi dan Kambing milik penduduk yang konon adalah korban dari ganasnya letusan sang Merapi, masuk ke dalam gapura yang lebih mirip tonggak kayu di film Harry Potter itu, kami disuguhi pemandangan memukau, Gunung Merapi berdiri tegak nan gagah, sekepulan  kabut  masih membubung, Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron atau Anggrek  dan Edelweis Jawa. Agak ke bawah terdapat hutan Bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika dimana dibawahnya ada sederet pohon pinus berjajar indah sekali.


            Meneruskan langkah, kami melintasi beberapa areal bekas pemukiman penduduk yang hampir rata dengan tanah, kerusakan yang ditimbulkan bencana Erupsi itu luar biasa dahsyat, uniknya beberapa rumah yang telah porak poranda itu ditulisi kalimat motivasi seperti “Ikhlas dalam menjalani cobaan, Allah Akan Mengganti Lebih” dan sebagainya, kemudian nama pemilik rumah yang jadi korban juga ditulis didepannya, sebuah pemandangan yang mengiris hati namun menimbulkan kesan  bahwa para penduduk di daerah ini adalah orang yang kuat, tabah,optimis,  dan berjiwa juang tinggi.

            Melaju diatas roda gerobak Amerika itu, melintasi bekas Bunker yang digunakan penduduk untuk berlindung, sempat menyaksikan reruntuhan bekas Rumah Mbah Maridjan sang Juru Kunci yang menjadi salah satu korban saat letusan Merapi terjadi, saya tak kuasa untuk memotret, cukuplah mengenang beliau dan ratusan warga desa yang meninggal disini dalam hati.


            Berhenti di beberapa titik istirahat, saya dan rombongan melihat banyak warga lokal menjajakan berbagai Souvenir seperti bunga Edelweis, pot keramik, foto foto kenangan tentang Merapi dari masa ke masa, aneka kain khas Jawa berikut kaos dan pernak perniknya, kehidupan wisata dan wiraswasta nampaknya pulih dengan cepat .

            Offroad di Merapi, meninggalkan kesan begitu mendalam, tentang alam yang memberi penghidupan dan terkadang memberikan kesedihan, tentang manusia yang tabah dan tetap berjuang selepas adanya musibah, dan tentu saja memberikan pengalaman menjelajah sebuah area dimana menjulang sang Gunung Legendaris bernama Merapi dengan segala dinamikanya.



 (Aryo Widiyanto, Traveller , Backpaker, Photograper, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com , Twitter di @aryowidi , dan Jurnalis serta buruh Negara yang tinggal di 087747970200, Fesbuk :Aryo Widiyanto )

           
           

 .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar