Jumat, 16 Oktober 2015

Belajar Dari Jenderal M Jusuf.



 Belajar dari Jenderal M Jusuf.


                Sore ini saya agak badmood, karena ketiduran jadinya gak Jumatan, gak ke makam Ortu, gak kuliah dll, untuk menetralisirnya kemudian secangkir kopi dan segebok buku karena udah gak ngerokok lagi maka peralihannya ya cuman kopi serta mantengin layar komputer menjadi sebuah hiburan tersendiri.

                Hari ini saya membaca dua buku bagus, too bad buku itu tentang sedikit politik, saya gak terlalu suka politik akhir akhir ini, karena pernah jadi korbannya? Maybe hahaha.

                Yang pasti dua buku itu tentang beberapa figur pimpinan, ya pastilah menyebut Jenderal kalo bicara pimpinan di negeri tercinta ini, ada dua figur Jenderal yang terekam di memori saya sangat luar biasa memotivasi yaitu 1. Jenderal M Yusuf  2. Pak Ali Sadikin sang Jenderal Marinir.

Pak M Yusuf Dulu ya bray, oke begini ceritanya yang kuambil dari buku karya Prof Tjipta Lesmana,M.A. yang berjudul “Intrik dan Loby Politik Para Penguasa, Dari Soekarno Sampai SBY”,  kalo cerita pak M Jusuf ini ada di halaman 112 di Chapter masa berkuasanya pak Soeharto  presiden kedua Indonesia.

                Dalam sejarah TNI menurut Prof Tjipta Lesmana, Jenderal M Jusuf mungkin adalah Panglima ABRI yang paling populer,  dalam waktu dua tahun sejak pengangkatannya, namanya sudah menjulang selangit, istilah militernya  harum mewangi di seantero Indonesia, M Jusuf menjadi idola semua prajurit TNI waktu itu karena kegiatannya yang terus turun ke bawah menyambangi Kodam, Batalyon,Kodim dll, berdialog dengan semua level prajurit kadang diselipi humor, uoaya membangkitkan moral dan semangat prajurit dengan mengupayakan kesejahteraan, dan berpenampilan  sederhana.

                Pak Atmadji  Sumarkidjo penulis biografi M Jusuf  mempunyai data akurat dari penelitiannya (2006: 20) bahwa selama 5 tahun masa kerjanya Jend. Jusuf telah melakukan 168 kali perjalanan dengan pesawat TNI AU dengan jumlah hari di jalan sebanyak 404 hari total dia terbang sejauh 583.307 Kilometer selama menjabat sebagai Panglima ABRI,” Bahkan presiden Amerika sekalipun tak ada yang menandingi rekor terbang M Jusuf” tutur Prof Tjip.

                Namun catatan mengesankan dan nama yang menjulang itu konon membuat gerah para pembantu pak Harto, berbagai isu pun dihembuskan diantaranya adalah pak Jusuf punya agenda politik tertentu, hingga puncaknya suatu masa dalam suatu rapat khusus di Jalan Cendana (Sumarkidjo,2006: 268- 271)  ada sebuah insiden dimana  Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud berbicara di hadapan Presiden dan para peserta rapat lainnya  melaporkan bahwa dengan semakin populernya Jenderal Jusuf , diduga ada ambisi ambisi tertentu, oleh karena itu perlu klarifikasi dari yang bersangkutan.

                Selesai Amir Mahmud berbicara tiba tiba Jenderal Jusuf Menggebrak meja   “ Bohong..!! itu semua tidak benar, saya ini diminta jadi Pangab/Menhankam karena di minta Bapak Presiden, saya ini Orang Bugis, tidak tahu arti kata kemanunggalan yang bahasa Jawa itu, tapi saya laksanakan perintah itu tanpa tujuan apa apa” teriaknya.

                Mungkin itulah kali pertama pak Presiden Soeharto mendapati anak buahnya menggebrak meja, dan tentu pak Harto tahu bahwa Jenderal yang terlalu berkuasa dan populer dapat menjadi sebuah sandungan di masa depan, tak lama di Januari 1983 Soeharto memanggil dan memberitahukan jika jabatannya sebagai Pangab/Menhankam akan segera selesai,dan selesailah pula karier pak Jusuf dibidang militer.

                Cerita tentang Pak Jusuf diatas tentu adalah sebuah pembelajaran, ingatlah sebuah cerita dalam The Twelve Caesars (1996 : 22)  tentang orang yang dipercaya dan tak dipercaya sang penguasa, dalam buku legendaris itu banyak dikisahkan tentang para Jenderal kesayangan Kaisar yang kemudian disingkirkan karena kekhawatiran sang Jenderal akan menjadi ancaman bagi Kaisar.

                Namun sekuat apapun penguasa akhirnya juga ada masa berhentinya, maka pelajarilah seni menjadi abdi, ketika penguasa marah maka kita harus berkesiur patah mengikuti arah marahnya, jangan dilawan, biarlah waktu yang akan memberi jalan karier kita, selamat malam, have a nice night saudaraku, tetaplah semangat dan sampai jumpa di masa jaya nanti.


Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, , Photographer, dan Abdi Negara, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi , Facebook :Aryo Widiyanto, email di : aryo_widi@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar