Selasa, 13 Oktober 2015

Seuntai Air Mata di Novel "Perempuan Kembang Jepun"



Seuntai airmata di “Perempuan Kembang Jepun” .


                Sembari menikmati secangkir kopi panas sore ini, saya menyelesaikan membaca sebuah novel karya Lan Fang berjudul “Perempuan Kembang Jepun”, sebuah novel yang sangat menyentuh, membacanya  seperti kita dipaksa naik roller coaster, di satu bagian menanjak enak, tertawa, di bagian lain kita dipaksa memeras air mata, saya sempat tersengal dan berhenti di beberapa bait di sejumlah halamannya, damn Lan Fang, kau membuatku tercekat di tenggorokan dan menangis karena narasimu.

                Novel ini berkisah tentang Matsumi, seorang Geisha dari distrik Gion Jepang yang merupakan geisha favorit dari Shosho (Setingkat Mayor Jenderal) bernama Kobayashi, sejak usia belasan tahun Matsumi sudah dilatih untuk menjadi geisha dengan Yuriko sebagai mentornya, menjelmalah Matsumi menjadi yang tercantik dan termahal karena keahliannya hingga suatu masa Mayjen Kobayashi menebus Matsumi untuk dibawanya ke Surabaya Indonesia dimana sang Jenderal menjadi petinggi disana, namanya disamarkan menjadi Tjoa Kim Hwa yang artinya Ular Bunga Emas karena geisha jepang tidak menghibur di luar negaranya dan itu adalah aib jika diketahui bangsa lain, dari sinilah cerita bermula.

                Sebagai wanita simpanan dari seorang Jenderal, Matsumi hidup berkelimpahan, namun Sang Hidup mulai bermain dengannya, dia bertemu dengan seorang kuli angkut bernama Sujono yang  nekat mencuri uang milik Babah Oen majikannya demi bisa membayar untuk menidurinya di pusat hiburan “Kembang Jepun” Surabaya, lelaki tengil ini dipecat setelah sang majikan mengetahui kelakuannya.

                Matsumi alias Tjoa Kim Hwa jatuh cinta pada Sujono, karena lelaki Jawa ini jantan, ketika Matsumi sebagai geisha setiap harinya harus memuaskan para pemujanya, ditangan Sujono wanita ini bertekuk lutut, dialah yang terpuaskan,namun hidup tak hanya seks, saat Matsumi memutuskan untuk berhenti sebagai wanita penghibur dengan harapan bisa menjalani biduk rumah tangga normal dengan Sujono, harapannya sirna, Sujono pemalas, tak mau bekerja dan hanya menghabiskan tabungan yang dipunyai wanita Jepang ini, kemudian lahirlah Kaguya putri kecil mereka yang secantik ibunya namun berkulit dan bermata Jawa.

                Saat Jepang kalah perang Matsumi kembali ke negaranya, baginya sebagai orang Jepang dia wajib kembali ke negara Matahari apapun keadaannya, meninggalkan Sujono dan kelakuan tengiknya, meninggalkan Kaguya untuk dititipkan pada seorang Nenek bernama Ibu Nio  di kelenteng  Hok An Kiong atas jasa baik kakek China bernama Paman Tan .

                “ Okasan (Ibu_red) pergi dulu kau jadilah anak manis, Okasan cinta padamu, okasan akan menjemputmu” ucap Matsumi berulang ulang. “ Haik..Haik...” putrinya menyahut berulang ulang dengan kepala mungil yang berayun ayun, “tapi aku tahu , ia tak mengerti apa apa” batin Matsumi.

                Waktu berlalu sampai suatu ketika Sujono menemukan Kaguya dan menamainya Lestari , Lestari dibawa untuk tinggal bersama istri Sujono  yang bernama Sulis yang sekejam binatang , Lestari tak pernah mendapat figur ibu dari sosok sulis yang selalu menyebutnya lonte kecil, sundal dan balon,  tamparan, hinaan dan perlakuan tak manusiawi diterima putri kecil ini hingga dia dewasa, namun hanya Kaguya alias Lestari yang mampu merubah Sujono dari sosok yang pemalas menjadi bapak yang bertanggung jawab, mau bekerja keras dan menjadi bapak yang baik, sampai suatu ketika Joko anak Sujono dari Sulis memperkosa Kaguya dan membuat Sujono dan Kaguya pindah mendiami rumah lama milik Matsumi yang pelan berubah menjadi panti asuhan karena kasih sayang Kaguya yang merawat beberapa bayi terlantar yang dibuang orang tuanya.

                Akhirnya Nasib mempertemukan Matsumi dan Kaguya ketika Sujono sudah meninggal karena kanker paru paru stadium empat, Maya anak asuh dari Matsumi menikah dengan Higashi anak asuh Matsumi, bertemulah keduanya dalam suasana yang tak bisa terlukiskan. Matsumi menemukan sosok lelaki bernama Takeda seorang pelukis miskin namun dicintainya sepenuh hati karena sadar Takeda serba kekurangan, namun Kaguya alias Lestari tetap memilih sendiri karena baginya cinta adalah ketika dia bisa mengasihi semua anak asuhnya.

                Ditangan Lan Fang, cinta bisa menjadi begitu panas, romantis, tapi bisa juga menjadi sangat menyedihkan, saya sempat menitikkan airmata saat membaca bagian dimana Matsumi membatukan hatinya untuk menitipkan Kaguya di kuil Ibu Nio, melangkah mengejar kapal yang berlayar ke Jepang sementara telinga dan batinnya mengetahui langkah kecil Kaguya mengejarnya dengan suara kecilnya..Okasan..Okasan...

                Bacalah Novel ini, saya membacanya dengan cara meminjam di Perpustakaan Pemda Kendal, setelah membacanya, yakinkan untuk lebih mencintai anak anak kita karena bagaimanapun mereka akan sangat berharga dimasa depan, hargai setiap waktu yang ada untuk anak kita, Ingatlah Matsumi yang  menyesal seumur hidup karena meninggalkan putrinya, selamat membaca .


Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, , Photographer, dan Abdi Negara, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi , Facebook :Aryo Widiyanto,  email di : aryo_widi@yahoo.co.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar