Rabu, 30 September 2015

Good Food Warm House



Good Food Warm House.


            Suatu Masa Rachael Ray, seorang pemandu acara memasak di televisi Amrik sono, pernah berkata “ Good food and warm Kitchen  are what makes a house a home” Makanan yang enak dan dapur yang hangat akan membuat sebuah rumah menjadi kediaman, ya, kediaman yang nyaman  begitu kira kira maksud si mbak Rachael .


            Siapapun pria , tanpa bermaksud diskriminasi gender, akan merasa betah di rumah atau dimana saja jika wanitanya bisa menghadirkan dapur atau makanan yang minimal bisa membuat nyaman hati, tak perlu mahal atau berkelas seperti Caviar atau Wine yang mahal, karena konon jenis makanan yang paling  disuka Presiden Soekarno adalah Sayur Lodeh Rebung dengan irisan Tempe, bahkan presiden pertama Indonesia itu sering mengintervensi dapur rumah maupun dapur istana Kepresidenan dengan meracik sendiri bumbu untuk masakan ini, atau sejak 2010 segenap personel dapur Istana melihat betapa pak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mahir meracik Nasi Goreng dan beragam olahan Tahu (Refensi dari Kompas Sabtu 8 Agustus 2015).

            Bagaimana dengan dapur anda dirumah wahai para pria? Kalo saya sih anteng aja, wanita saya pandai memasak, jelaslah itu, yang gak jelas itu jika pertanyaannya “Wanita yang mana nih?” hehehe.

            Serius, simboknya anak anak saya pandai memasak, karena percaya atau tidak, saya sering memperhatikan seseorang itu bukan an sich dari fisik semata, tapi kadang sengaja suatu saat ada semacam test kecil, seperti saat makan siang tiba saya sengaja bertanya, “Eh, masak apa dirumah?”  dan jika makanannya cocok seperti Mangut Ikan Asap, atau Acar Ikan Layur atau  Sayur Bening, kadangkala saya makan agak lebih banyak dari biasanya, sembari makan  kami membicarakan semua hal mulai dari dinamika rumah tangga hingga pekerjaan.

            Saya pernah menjelajah wisata kuliner , namun yang palingmengesankan adalah menikmati makanan dengan orang yang kita cintai di dapur, ruang tamu, atau dimana saja,  menikmati makanan adalah tentang rasa dan suasana hati, jika mood sedang baik, percayalah semua  akan terasa nikmat.
           
So Guys, mari makan dan nikmati suasana bersama pasangan, keluarga dan semua cinta karena seperti kata Decimus Iunius Juvenalis , “ Duas Tantum Res Anxius Optat, Panem Et Circenes” artinya kira kira : Ada Dua hal yang dirindukan manusia yaitu makanan dan Sirkus.

Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, Photographer, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi dan Abdi Negara, Facebook :Aryo Widiyanto
               

Selasa, 29 September 2015

Rumah Jati Kendal, Unik Dan Lestari



Rumah Jati Kendal
Unik Dan Tetap Lestari Hingga Kini

           
            Setiap daerah mempunyai bentuk rumah yang khas tak terkecuali Kendal sebagai kota dan wilayah penyangga Semarang sebagai Ibukota Provinsi.

            Generasi muda jaman ini masih  bisa dan mudah menyaksikan berbagai  bentuk rumah tradisional yang terbuat dari kayu Jati  di seantero kabupaten Kendal, hampir di setiap  desa terdapat satu atau dua rumah kayu Jati , bahkan ada sejumlah  Daya Tarik Wisata (DTW) yang sengaja membangun rumah jati khas Kendal untuk digunakan sebagai homestay dan tempat menginap bagi wisatawannya seperti di Kolam Renang Tirto Arum Baru dan  Resto Sekatul Boja.


            Sebagai seorang awam tentang asal usul dan bentuk serta penamaan rumah itu, saya sulit membedakan antara Joglo, Limasan,Klabang Nyander atau apalah namanya istilah yang mendefinisikan rumah Jati itu sebagai definisi secara arsitektural, namun yang saya tahu, semua bentuk rumah Jawa itu indah dan menakjubkan.

            Di daerah Jungsemi Kecamatan Kangkung yang terbagi menjadi jika tak  salah ada tiga dukuh yaitu Srandu, Clumprit dan Kemejing sangat mudah menjumpai rumah Jati Jawa, suatu masa saya pernah berjalan kaki mengelilingi tiga dukuh itu dan bener bener wow.

            Di Tiga Dukuh tersebut saya menjumpai sangat banyak rumah Jati, mayoritas bentuknya sama, dengan  pintu berjumlah tiga yaitu kanan , kiri,  dan tengah, bertiang  besar, atapnya tinggi, dengan dinding berupa lembaran papan Jati yang berwarna coklat asli warna kayu dengan pernis yang mulai memudar, disinilah indahnya,karena serat kayu Jati terlihat menawan, ada juga yang masih berlantai tanah , sebagian lain sudah keramik mengikuti arus jaman.

            Menurut Pak Misri seorang sesepuh dari desa Srandu Kemangi Jungsemi menuturkan bahwa ada sebuah filosofi dari rumah Jati ini dilihat dari sudut estetika dan fungsi gunanya yaitu ketika rumah Jawa berpintu tiga itu dimaksudkan untuk mempermudah ketika ada hajatan seperti Mantu atau menikahkan anak, Sunatan, Kesripahan atau ada anggota keluarga yang meninggal maka otomatis jalur keluar masuk tamu akan menata dengan sendirinya, tidak bertabrakan  satu sama lain.

            Dari segi privasi , masih menurut pak Misri, rumah jati Kendal walaupun ruang tamunya lebar dan luas namun di bagian tengahnya terkadang ada sekat dan berpintu hanya satu untuk jalur masuk anggota keluarga, itu dikandung maksud bahwa orang Kendal itu welcome, terbuka pada semua tamu namun untuk urusan keluarga tetaplah menjadi sebuah ranah privasi keluarga tersebut.

            Keunikan dan kekayaan khasanah arsitektural Kendal itu semoga kedepan tetap lestari sehingga anak cucu  dan generasi mendatang masih bisa menikmati dan menyerap filosofi adiluhung yang terjaga selama ini.

 (Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, Photographer, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi dan Abdi Negara, Facebook :Aryo Widiyanto)

"Seven Social Sins" written by Mahatma Gandhi


Seven Social Sins



Politics Without Principle
Wealth Without Work
Pleasure Without Conscience
Knowledge Without Character
Science Without Humanity
Worship Without Sacrifice


Quoted by Mahatma Gandhi in Young India 1925


Terjemahan bebasnya
Tujuh Dosa Sosial
Politik Tanpa Prinsip
Makmur Tanpa Bekerja
Kesenangan Tanpa Tanggung Jawab
Pengetahuan Tanpa Karakter
Ilmu Pengetahuan Tanpa Kemanusiaan
Penghargaan Tanpa Pengorbanan.

Ditulis oleh Mahatma Gandhi dalam buku Young India 1925,


Tertulis di buku : “Harus Bisa” Seni Memimpin ala SBY halaman 198.

Author : Dr Dino Patti Jalal

Mushola Bertingkat Kendal Semakin Langka



Khasanah Arsitektur Kendal


Mushola Kayu Bertingkat, semakin langka

            Selain rumah kayu Jati khas Kendal yang masih lestari, Kabupaten Kendal Jawa Tengah  mempunyai khasanah arsitektural yang unik yaitu Mushola atau warga lokal Menyebutnya “Langgar” terbuat dari Kayu bertingkat dua.


            Saya menemukan salah satu Langgar yang masih tetap berdiri kokoh namun sedikit sudah dimodifikasi adalah di desa Karangmalang, saya tidak tahu persis apakah Langgar itu ada di wilayah Jungsemi atau Karangmalang Kecamatan Kangkung .

            Seingat saya dulu bentuk asli Mushola Bertingkat ini adalah hampir mirip joglo,Kayunya kayu Jati atau Mahoni, tidak di cat , murni kayu dan sedikit digosok pernis di beberapa bagiannya, ada dua lantai, di Cepiring era 80 an  jika tak salah mushola itu ada di sebelah rumah pak Kyai Kamarun Dukuh Sembung, di Dukuh Jambangan Desa Botomulyo Cepiring dan di Rejosari Kangkung ada juga posisinya di sekitaran SD Rejosari .

            Dimasa baheula itu menurut  Pak Kyai Komari Cepiring  biasanya warga memfungsikan mushola itu untuk Sholat berjamaah, sehabis maghrib untuk mengaji anak anak, terkadang untuk rembug warga membahas dinamika yang ada di lingkungannya, terkadang di lantai dua digunakan para remaja dan anak anak untuk tadarus ,sholat malam atau tidur sembari menunggu Sahur dengan penerangan Damar Umplik yaitu kaleng atau bambu yang diisi minyak tanah dan diberi sumbu untuk penerangan semasa belum ada listrik.

            Semakin langka mushola bertingkat di jaman ini, dan jika masih ada tentu itu merupakan kekayaan budaya dari sisi arsitektur khas Kabupaten Kendal.

Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, Photographer, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi dan Abdi Negara, Facebook :Aryo Widiyanto

Senin, 28 September 2015

Kementerian Pariwisata Gelar Workshop Sadar Wisata Di Kendal


Kementerian Pariwisata Gelar Workshop Sadar Wisata di Kendal.


    Dinamika dunia pariwisata yang tetap bisa bertahan  ditengah gempuran badai menguatnya dollar terhadap  rupiah disikapi dengan upaya peningkatan kinerja para pemangku kepentingan wisata dalam hal ini Kementerian Pariwisata Republik Indonesia yang menggelar Workshop  bertajuk  “ Pengembangan Sadar Wisata dan Sapta Pesona “ mengambil tema Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat di Destinasi Pariwisata dan Pengembangan Sadar Wisata dan Sapta Pesona Jateng 2015.

    Acara yang dihadiri oleh Perwakilan dari Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah , Kepala Dinas Pariwisata Kendal dan jajarannya selaku tuan rumah, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), ASITA, Kelompok Sadar Wisata dari sejumlah Kecamatan dan desa wisata itu mengambil lokasi penyelenggaraan di Kompleks Gedung  Kolam Renang Tirto Arum Baru lantai dua Senin 28/9.

    Dalam sambutannya Kadinas Pariwisata Kendal Drs Agus Rifai MM mengungkapkan bahwa workshop ini bertujuan untuk memperkuat etos kerja para pelaku dunia usaha pariwisata, “ Hendaknya seluruh stakeholder pariwisata bersinergi dan terus menebarkan upaya Sadar Wisata , jika wisatawan merasa nyaman dan puas atas kunjungan di suatu Objek Daya Tarik Wisata maka tentu akan berdampak positif pada warga sekitar yang memperoleh keuntungan secara ekonomis maupun finansial” paparnya.

    Sementara Materi Workshop yang dipandu oleh Mengku Marhendi SE.MM dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (Stiepari) Semarang menyoroti tentang perlunya peningkatan sarana prasarana , optimalisasi sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang ada di sebuat objek Daya Tarik Wisata (DTW), “ Pariwisata membutuhkan kerjasama dari semua komponen mulai dari pemerinntah, Polisi Pariwisata, Biro Perjalanan ,Pemandu Wisata dan sebagainya untuk menjaring wisatawan lokal dan asing berkunjung ke Jawa Tengah, provinsi kita sangat kaya akan objek wisata namun secara popularitas kita berada dibawah Jogjakarta, tugas kita sekarang melalui workshop ini adalah mencari solusi yang nantinya akan jadi bahan pemikiran bagi pemerintah untuk mendukung bergulirnya roda pariwisata di Jateng” tutur Mengku.

    Acara yang berakhir sekitar jam empat sore itu selain bermaterikan diskusi dan presentasi juga diselingi  performance dari Sinang dan Sinok Kendal 2015 yang mempertunjukkan tari Pemburu Kidang serta menyanyi diiringi akustik gitar.


Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, Photographer, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi dan Abdi Negara, Facebook :Aryo Widiyanto

Minggu, 27 September 2015

Lesehan Ikan Bakar Duren Jati Kendal Jawa Tengah



Lesehan Ikan Bakar Duren Jati.

Nikmatnya Wisata Kuliner ditengah sejuknya hutan Jati

                Pecinta Wisata Kuliner belumlah menjadi penjelajah rasa sejati ketika belum mengunjungi  “Lesehan Ikan Bakar Duren Jati” yang beralamat di Jalan Raya Kaliwungu-Boja Kidul Cagaralam  kabupaten Kendal Jawa Tengah , unik karena sekitar lokasi resto ini  banyak Pohon Durian dan dikelilingi Hutan Jati alami menebar  aura sejuk  pohon Jati yang berusia ratusan tahun menjadikan suasana di restoran berkonsep menyatu dengan alam ini  begitu eksotis dan menentramkan.

                 Menempuh perjalanan selama beberapa menit dari pusat kota Kendal Jawa Tengah , kearah Kaliwungu, kemudian membelah jalanan aspal mulus ke arah selatan melewati hutan jati  Darupono lurus ke arah Alas Tuo atau Cagar Alam, hutan yang konon hutan tertua di daerah ini ,lepas dari Cagar Alam, sekitar 200 Meter kemudian tibalah kita di Lesehan Ikan Bakar Duren Jati.

Tiba di lokasi kita disambut oleh sebuah Baliho besar bertuliskan nama lesehan ini dan aroma Ikan Bakar bersahutan dengan aroma tanah pegunungan yang khas menciptakan perpaduan yang menyenangkan bagi indera penciuman kita yang terbiasa di kota besar yang  bising dan pengap. Menurut Mas Bambang Sukindro SE.M.Si sang pemilk, restonya  tak hanya menyediakan Ikan Bakar dari Jenis Gurami, Nila Lele dan Tombro yang diolah dengan aneka bumbu dari mulai bumbu kecap hingga Asam Manis ,  pihaknya juga melayani  pesanan dari Pabrik yang ada di sekitarnya yang menginginkan hidangan seperti Bebek Bakar dan Ayam Bakar untuk rapat dan meeting.

“ Dalam waktu dekat kami akan upayakan membangun wahana bermain untuk anak, meeting room, guest house dan beberapa Saung lagi tapi kami tempatkan di bawah pohon Durian yang ada di sebelah Barat sehingga jika musim Durian tiba, pengunjung bisa menikmati Durian yang matang dari pohon , langsung dibawah pohon Duriannya, jika berminat mengunjungi  resto ini silahkan reservasi  di  082242687840 atau di 087834539523” paparnya

Menikmati Ikan Bakar di Saung atau Gubuk tradisional beratap Rumbia,sangat indah, perpaduan background hutan yang hijau dengan warna saung yang coklat natural menciptakan gradasi warna yang bagus untuk Fotografi,  atau  menikmati kopi  ditemani alunan musik tradisional Jawa seperti Keroncong dan Campursari,nikmat sekali,sembari menatap kolam ikan yang  konon sumber airnya  berasal dari Mata Air pegunungan dari Sendang Sawi yang ada di desa Sepetek ,air dari sendang ini lebih segar dan bisa langsung diminum karena terjamin kebersihannya , so,   Slogan restoran ini yang bertajuk “Nyaman ditengah nuansa hutan” benar nyata adanya.
                (Aryo Widiyanto, Journalist,   Traveller , Backpacker, Photographer, Blogger di aryowidiyanto.blogspot.com. Twitter di @aryowidi dan Abdi Negara, Facebook :Aryo Widiyanto)