Pulau Bali, Selalu membuatku Rindu.
Mengunjungi
Pulau Dewata bagi sebagian orang adalah sebuah impian, menyaksikan keindahan
alam berpadu dengan tradisi masyarakat asli yang tetap terpelihara
merupakan khasanah kekayaan pengalaman
tersendiri.
selama beberapa
hari saya dengan modal Back Pack Doang, didanai oleh sebuah Instansi saya
berkesempatan untuk mengunjungi Bali untuk kesekian kalinya, dengan menumpang Bus Pariwisata yang sudah disediakan (11/9) sekitar jam 8 pagi,kami berangkat menyusuri jalur pantura hingga perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur kami makan siang di RM Nirwana Nganjuk dan makan Malam dinikmati di RM Bromo Probolinggo
Dalam
Bus yang nyaman, dikelilingi pemandangan para penumpangnya yang mayoritas
cantik dilengkapi dengan musik dan
karaoke, saya tak menyangka bisa mendapatkan sebuah lagu berjudul Duri dalam
duka yang dinyanyikan Broery Marantika bisa menjadi begitu romantis mengiringi
perjalanan ini, Tengah malam Rabu 12/9 rombongan tiba di pelabuhan Gilimanuk
setelah sebelumnya menikmati riuhnya kerlip lampu menakjubkan di PLTU Paiton
Sidoarjo, sejam dalam kapal Very yang menyeberang ditengah dinginnya udara laut
menimbulkan nuansa tersendiri, menikmati Pop Mie dan segelas kopi terasa berbeda ketika kita ada diatas kapal.
Sekitar
jam 1.30 pagi, langit Bali yang
diterangi rembulan berbentuk sabit dan
samar samar deburan ombak selat Bali menyambut
Bis yang kami tumpangi, ditengah gelapnya malam saya masih bisa
merasakan bahwa Pulau Dewata ini tetap
pada citranya seperti sekian tahun yang lalu saya singgahi yaitu asri, hijau
dan alami dan always tradisional yang membuatku akan selalu merindukan tanah
dewata ini.
Sekitar
Subuh kami tiba di RM Soka Indah untuk Sholat, Transit dan mandi, pemandangan
pegunungan dipinggir pantai ditambah segarnya udara pagi seakan mengucap
selamat datang kepada para tamu dari Kendal ini, setelah breakfast perjalanan
dilanjutkan ke Tanah Lot, melihat pemandangan menakjubkan Pura Tanjung Galuh,
Pura Batu Bolong, Pura Batu Mejan dan Pura Luhur Pekendungan yang terletak di
pinggir tebing pantai merupakan sensasi tersendiri untuk berfoto, tak heran
banyak turis dari Eropa dan Jepang serta China yang mengambil lokasi pemotretan
disana. Sensasi melihat penduduk lokal
mengadakan upacara dengan pakaian tradisional, dengan buket bunga untuk sesaji yang diletakkan
diatas kepala diwarnai harum bau dupa niscaya akan membuat kenangan kita akan
selalu terbang ke tempat ini bahkan bertahun setelah kita mengunjunginya.kami
beruntung Kedatangan kami disana juga berbarengan dengan sebuah upacara
keagamaan Hindu, beberapa anggota
rombongan kamu juga sempat menyaksikan
Ular Putih yang konon dikeramatkan warga setempat.
Lepas
dari Tanah Lot rombongan diantar pemandu wisata kami Bli Wayan untuk beristirahat di Hotel Discovery Kartika
Plaza, sementara sebagian lainnya di Hotel Kuta Station. Sorenya tanpa buang
waktu semua rombongan langsung ngaciiir ke pantai Kuta yang terletak tak jauh
dari hotel, kami hanya perlu berjalan kaki, menikmati Brem atau Bir Bintang sambil jalan kaki,
menyaksikan para turis berjemur , dan
berbagai aktivitas turis lain seperti memotret Sunset, atau bahkan lucu
lucuan bikin tatto yang hilang dalam beberapa hari menjadi sebuah kenangan
tersendiri .
Keesokan
harinya Watersport Tanjung Benoa menjadi target berikutnya, dengan menaiki boat kami melaju membelah laut
menuju Turtle Island menyaksikan penangkaran penyu hijau disini kami menyaksikan bahwa pariwisata mampu
bersanding harmonis dengan kelestarian alam, ribuan penyu ditangkarkan muolai
dari telur, Tukik hingga induknya yang segede Baskom hidup sehat serta terurus
oleh para petugas yang ramah menyambut setiap wisatawan yang datang, kemudian
saksikan juga atraksi ular Sanca yang
begitu jinak dan bahkan bisa diajak foto bareng , ada juga atraksi sabung ayam
yang konon merupakan tradisi asli Bali, namun kami yang dari Jawa begitu
melihat ada aksi adu jago pakai taruhan uang
spontan anggota rombongan tereak..heeeh 303 tuh!!!. (303 adalah sandi
utk menyebut perjudian –red).maklum di Kendal Sabung ayam merupakan judi jika
pakai uang .
Usai
dari Turtle Island , Wahana semacam Banana Boat sudah menanti, jelas saja
pecinta petualangan seperti Bu Ayu , Bu Haris Sukma, Bu Agus Purwanto, Mrs
Umar, Bu Ratno, Bu Ira, Bu Novi Deni, dan Bu Wandi yang entah kenapa berkostum
baju tidur antusias naik Banana Boat, wis, sudah, gayanya mirip Lara Croft di
Film Thumb Raiders tuh.
Setelah
Lunch di Benoa dan Sholat di Masjid Puja Mandala dimana tercermin kerukunan
umat beragama dilambangkan dalam pembangunan lima tempat ibadah dalam satu
kompleks destinasi berikutnya adalah
Wisata di Pura Uluwatu, Pura yang
terletak di tebing curam dengan pemandangan yang sangat indah, perjalanan
menuju Pura Uluwatu unik karena
pengunjung harus mengenakan
semacam kain untuk perempuan dan sarung
untuk lelakinya, ditambah selendang seperti sabuk berwarna kuning,
ditambah lagi ratusan kera jinak siap menanti dengan berbagai tingkahnya.
Perjalanan
berlanjut ke Dreamland yang konon milik Tommy Soeharto, pemandangannya indah,
penulis berkesempatan naik ke resort atas bersama Samsul dan Dik Della , yang
untuk masuknya saja harus bayar mahal, tentu dengan “modal “dari Bu Ayu
Kusdiantoro hehehe.
Dari
Dreamland Bus bergerak menuju garuda Wisnu Kencana dimana kami menyaksikan pertunjukan
Barong Bali di Amphi Theater, luar biasa hebat, penataan dan konsep
sendratarinya memang profesional dan layak jual, seandainya saja wayang orang
di Semarang bisa seperti Sendratari Barong Bali ini.
Saat
makan malam rombongan dijamu di Pantai
Kedonganan Jimbaran, lagi lagi praktisi pariwisata Bali mampu menyulap
pantainya jadi atraksi kuliner, pengunjung duduk di kursi kayu panjang berderet
di pinggir pantai sementara di depan kami ada panggung untuk pemgunjung unjuk
kebolehan entah nyanyi, nari, atau ngoceh amburadul terserahlah yang penting
rame, dan hebatnya, itu bisa membuat kita terpesona.
Jumat
14/10, Dananu Beratan Bedugul dan Pura
Taman Ayun jadi destinasi selanjutnya, mengunjungi Danau yang terletak
dipegunungan ini saya teringat Lembang Bandung atau Boja Kendal, kondisi
geografisnya sama di dataran tinggi namun Bedugul menang karena ada Pura yang
sangat indah di pinggir danau yang uniknya berada di pegunungan, hawanya segar,
dan hampir seperti kawasan Bali yang lain , tak ada kriminalitas, semua aman.
Setelah
puas berwisata giliranberikutnya adalah membeli oleh oleh, tips yang kami
dapatkan adalah untuk Kaos dan Souvenir jika ingin dipakai sendiri dan tidak
mahal beli aja di pusat Oleh Oleh Krisna karena harganya lebih miring, kami juga
kunjungi Joger pabrik kaos Bali yang terkenal itu namun sepertinya ada beberapa
faktor seperti pelayanan dan kualitas barang yang membuat Krisna lebih cocok di
hati turis Kendal, tapi jika ingin oleh oleh untuk kerabat atau teman dalam
jumlah banyak , Pasar Seni Sukowati adalah pilihan tepat , harganya sangat
murah sebagai perbandingan Sarung Pantai yang di tempat lain seharga Rp 40.000,
di Sukowati bisa separuhnya, kaos juga jauh dibawah harga Joger dan Krisna,
tapi sayang kami ke Sukowati di hari terakhir,
sehingga pepatah bahwa “Pengalaman itu mahal” benar benar terasa,,hiks.
Sabtu
15/10 kami kembali ke Kendal dengan selamat , namun Bali . Seperti kata Petap akan termemori dalam
ingatan kami selamanya seperti kata Pak Azhar teman karib saya dari Provost ..”
Belom tentu tahun depan bisa kembali lagi ke Bali,mari dinikmati , suwun Bu
Ayu” kata pria yang pintar bahasa Medura ini sambil tersenyum. (Aryo Widiyanto, Traveller,Backpacker, Petualang yg tinggal di Akun Facebook :Aryo Widiyanto . Twitter: @aryo_widi. blogspot: aryowidiyanto.blogspot.com. dan tidur dengan pin blackberry :21DC007F)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar